Bel makan siang berbunyi. Guru Kimia kelas 1 pun mengakhiri pelajaran dan segera keluar kelas. Seketika kelas terbagi menjadi 3 kelompok, ada yang keluar untuk membeli makanan di kantin, ada yang mengeluarkan kotak bekal lalu membawanya keluar kelas dan memakannya bersama teman di kelas lain, ada juga yang memakan bekal di kelas.
Eren memakan bekalnya di kelas seperti biasa. Sebenarnya dulu ia sering makan dengan Mikasa dan Armin di taman belakang atau di kantin, tapi kebiasaan itu berubah setelah ia mulai menyukai Levi. Levi tidak suka keramaian, jadi dia makan di kelas. Karena keadaan kelas selalu sepi saat jam makan siang, teman-teman Levi dari kelas sebelah datang untuk makan bersama Levi dan Hanji, mereka adalah Erwin dan Mike.
"Bawa bekal apa?"
"Emm.. sebentar, aku lupa," Eren membuka kotak bekalnya. Ia baru ingat persediaan makanan di apartemennya sudah habis jadi ia hanya memasak mie instan dengan telur dan sosis, "hanya ini."
Levi menatap Eren dengan tatapan datar. Lalu Levi beralih menatap Eren dengan tatapan yang sama datar. "Bagi setengah untukku!"
"Hee!" Eren menggeleng cepat. "Tidaak! Mie instan satu bungkus saja tidak membuatku kenyang."
"Ck!" Levi membuka kotak bekalnya. Seketika bau masakan khas restoran bintang lima menyapa hidung Eren. Betapa terkejutnya Eren melihat isi kotak bekal Levi. Ada nasi putih, ayam kecap, tumisan buncis, dan jamur goreng tepung. Astaga, jam berapa Levi bangun untuk membuat makanan ini? Bahkan makanan itu dihias menggunakan selada hingga menambah nilai keindahannya.
"Punyaku!" Eren kembali tersadar saat Levi membagi mie instannya menjadi dua dan menumpahkan yang setengah pada tutup kotak makan Levi.
"Eren, ini untuk kebaikanmu."
"Tapi nanti aku lapar—"
Ucapan Eren terpotong saat Levi memberinya setengah porsi nasi yang Levi punya ke dalam kotak makan. Tidak hanya itu, Levi juga membagi semua lauk yang ia punya menjadi dua dan meletakkannya di atas tutup kotak makan Eren.
"Mau selada?" Levi menunjuk selada yang ada di bawah ayam kecapnya.
Eren menatap lekat bekal makan siangnya. Sangat bewarna dan menaikkan nafsu makannya. Besok ia harus membawa mie instan lagi agar bisa diperlakukan seperti ini lagi oleh Levi.
"Eren?" Levi sedikit mendorong bahu remaja berambut cokelat.
"Ha? Apa?" Tersadar, Eren menengok Levi.
"Mau selada?" Levi kembali menawarinya.
"Ah, boleh."
Levi pun mengambil beberapa lembar daun tersebut dan meletakkannya di atas nasi Eren. "Selamat makan."
"Selamat makan!"
Setelah menyuap tumisan buncis, Eren kembali dikejutkan oleh rasa masakan Levi.
"Wah, kau pintar sekali memasak."
"Terima kasih." Pipi Levi bersemu samar.
"Tapi ada yang kurang." Bibir Eren mengerucut.
Levi menoleh. Ia yakin sekali masakannya tidak kekurangan rasa. Apa yang kurang?
Eren mendorong bekal makanannya pada Levi. Kening Levi semakin berkerut.
"Maksudnya?"
Eren balas menatapnya dengan senyum menyilaukan, "Suapi!"
Tanpa bertanya lagi, Levi mengambil mie instan dan menyuapi Eren. Seketika kedua remaja dimabuk cinta ini lupa sedang ada di mana mereka. Beberapa orang yang masuk ke kelas terpaku melihat momen menggemaskan sekaligus menyebalkan (untuk yang iri) dari kedua anak adam tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You Deeply
FanfictionApa yang kalian rasakan ketika orang yang kau kejar sejak lama mau menerima perasaanmu? Yah, Eren tidak menunggu selama itu untuk mendapatkan Levi, karena Levi memiliki perasaan yang sama terhadap Eren, tapi dia malu menunjukkannya.