6

580 74 25
                                    

Koridor sekolah mulai terlihat ramai. Banyak murid dengan terburu-buru memasuki kelas mereka dan menunggu kedatangan guru. Di tengah-tengah kesibukan itu, langkah kaki menghentak dan cepat membelah keramaian koridor. Langkah itu milik anggota OSIS bernama Eren Yeager. Rambut cokelatnya menempel di kening berkat keringat hasil lari paginya. Ia memacu langkahnya ke kelas demi menemui kekasih tercintanya.

Pintu kelas dibuka kasar hingga menimbulkan pekikan nyaring dari orang yang duduk di dekat pintu.

"Levi! Levi!" Dengan kalap, Eren berlari mendekati mejanya dan menemukan Levi yang sedang memandangi jendela kelas.

Mendengar namanya dipanggil, Levi menoleh. Ia menatap datar Eren yang sedang mengatur nafasnya. Levi menegakkan posisi duduknya dan mengarahkan seluruh perhatiannya pada Eren.

"Hei," Eren menyentuh kedua bahu Levi dan menatapnya dalam, "Maaf, semalam benar-benar di luar perkiraanku. Kukira akan selesai cepat, tapi ternyata laporannya tidak hanya satu."

Levi mengangguk singkat. Ia sudah menduga Eren akan kembali meminta maaf padanya. Levi merasa sedikit tidak keberatan. Toh, itu kewajiban Eren.

"Tidak apa-apa. Bukan masalah."

Eren mengulum bibirnya. Ia hendak berucap kembali saat sesorang memanggilnya di pintu kelas, "Eren, di sini kau rupanya. Mikasa mencarimu."

Armin, yang memanggil Eren pun masuk ke kelas. Levi menghela nafas, ia sudah menduganya. Eren menghela nafas pelan. "Kita pulang bersama nanti. Aku akan mengantarmu." Diusapnya rambut Levi halus. Kemudian dua sahabat itu pergi keluar kelas. Kembali Levi duduk sendirian di bangku itu.

Pelajaran hari itu sangat membosankan. Anggota OSIS memang sempat kembali ke kelas masing-masing, tapi saat hampir pulang, mereka kembali dipanggil ke ruang OSIS. Bahkan beberapa guru mulai jengah saat para anggota OSIS itu meninggalkan pelajaran.

Sampai akhirnya, saat pulang sekolah tiba. Kelas sudah kosong saat Levi keluar dari kelas. Sebenarnya, tadi ketiga sahabat Levi mengajaknya pulang, tapi Levi menolak karena Eren bilang akan mengantarnya.

Pintu kelas dikunci, Levi berjalan ke ruang guru untuk menyimpan kunci itu bersama dengan kunci kelas lain. Setelah itu Levi berjalan ke ruang OSIS. Suasana sekolah mulai hening. Levi mengerutkan kening saat ia tidak mendengar suara apapun dari ruang OSIS, lalu ia mendengar langkah kaki mendekat. Dengan perasaan berharap, Levi berjalan cepat dan berbelok ke lorong ruang OSIS. Harapannya pupus ketika ia melihat laki-laki berambut pirang pendek sedang mengunci ruang OSIS.

"Armin?"

Merasa terpanggil, Armin menoleh. "Levi? Mencari Eren?" Tentu saja Armin tahu, ia ada di sana saat Eren mengatakan itu. Levi mengangguk. Sepertinya ia tahu apa jawabannya, " Eren mengantar Histotia pulang."

Sudah kuduga, Levi mengulum bibirnya. Levi mengangguk dan berterima kasih pada Armin. Mengetahui isi hati pacar sahabatnya, Armin pun mengajak Levi ke lobi sekolah sambil berbincang ringan, sekedar untuk mencairkan suasana. Levi sedikit terhibur untuk sesaat, tapi itu semua berakhir setelah Armin pergi. Kini ia harus berjalan pulang sendirian.

"Hah, Eren, Eren," Levi menggeleng pelan. Ia mulai melangkahkan kakinya keluar dari sekolah. Batu kerikil yang ditemuinya ditendang.

"Historia saja terus. Levi kapan?" Amarahnya semakin meluap kala ia melihat Eren menjalankan motornya menuju sekolah tapi tidak melihatnya. Jalanan memang ramai, tapi.. ah, sudahlah!

Sesampainya di halte, Levi duduk di kursi tunggu. Ia mengecek ponselnya untuk melihat waktu kedatangan bis selanjutnya. Tidak lama lagi bis yang ditunggunya akan datang. Jika saja aku tidak menunggu sebentar di kelas tadi pasti aku bisa pulang dengan Erwin, batin Levi kesal.

Loving You DeeplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang