5

687 80 28
                                    

"Ibu tunggu tugasnya besok saat pulang sekolah."

Para murid segera membereskan peralatan sekolah mereka dan bersiap-siap untuk pulang. Setelah guru mapel bahasa keluar dari kelas, para murid menyusul di belakang.

Hanji segera bergabung dengan Erwin dan Mike yang menunggu di depan kelas. Kedua pemuda itu mengerutkan kening ketika teman wanita mereka meminta pulang saat salah satu teman mereka belum keluar kelas.

"Kita pulang tanpa Levi, lagi."

Ucapan Hanji membuat Mike dan Erwin menghela nafas. Ini sudah kesekian kalinya mereka pulang tanpa Levi.

.

Di depan ruang OSIS, Levi bersandar pada tembok dan menatap tembok di seberangnya. Ruang OSIS masih ramai, tapi sepertinya mereka sudah hampir selesai membahas sesuatu. Dugaan Levi benar setelah pintu ruang OSIS terbuka dan beberapa orang keluar. Banyak yang menyapa Levi dan disapa balik oleh laki-laki manis tersebut. Namun orang yang ia tunggu belum keluar.

Levi melangkah mendekatu pintu dan mengintip. Di dalam sana ada Eren dan Historia, teman sekelas mereka. Historia sedang membereskan buku dan alat tulisnya, sementara itu Eren memakai sepatunya sambil menunggu Historia.

"Eren."

Kedua orang di dalam ruangan tersebut menoleh. Historia melambaikan tangannya pada Levi dan tersenyum manis, "Levi."

"Hai."

"Sebentar, ya." Eren mengeluarkan selipan di sepatunya. Ia berdiri dan menepuk ujung sepatunya pada lantai. "Sudah. Historia, ayo."

Historia mengangguk dan berdiri. Segera ia kenakan sepatunya dan keluar dari ruang OSIS. Eren menyusul di belakang dan menutup pintu ruangan. Ia merangkul pundak Levi dan berjalan beriringan menuruni tangga.

"Eren, Levi, aku duluan, ya?"

"Iya, hati-hati!" Eren melambaikan tangannya. Levi hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Setelah itu Historia berlari menjauh.

Levi menatap Eren lalu mencubit pipinya, "Baru satu bulan menjadi OSIS, kau sudah sibuk saja."

"Hehe, iya. Tapi seru."

Eren menceritakan kegiatannya hari ini pada Levi sambil berkendara. Levi sebagai pendengar yang baik sesekali bertanya. Eren juga menjawab sekenanya.

Semenjak menjadi OSIS, Eren lebih sering memakai motornya ke sekolah. Sekalian mengantar dan jemput Levi. Di samping itu, Eren masih sering cemburu melihat Erwin dan Levi bersama-sama. Walaupun begitu, sebenarnya Eren semakin sibuk dengan kegiatan OSIS. Jadi waktunya bersama Levi juga berkurang.

"Levi."

"Ya?"

Eren menghentikan motornya tepat di belakang zebra cross. Ia menoleh ke belakang.

"Kau mau menonton besok malam?"

"Besok? Lusa kita masih sekolah. Apa tidak apa-apa?"

Eren mengangguk, "Tentu. Kau bisa menginap di apartemenku kalau kau mau. Lebih dekat dengan bioskop."

"Aku mau."

Lampu hijau menyala. Eren kembali melajukan motornya. Levi memeluk perut Eren dan menyandarkan dagunya pada bahu Eren. Menonton dengan Eren saat hari sekolah bukanlah masalah untuknya. Toh, dia sudah tidak bisa selalu bersama Eren saat di sekolah semenjak Eren menjadi OSIS.

.

Keesokan harinya

Levi meletakkan tasnya di atas meja. Ia duduk lalu melipat lengannya mengelilingi tas dan menenggelamkan kepalanya pada tas. Ini masih pagi, para anggota OSIS sudah harus ke ruang OSIS untuk membahas kegiatan sekolah yang akan segera dilaksanankan. Di kelas Levi banyak yang menjadi anggota OSIS, jadi kelas terasa sepi.

"Leviii!"

Levi memejamkan matanya erat ketika suara melengking milik orang yang ia sebut "sahabat" terdengar semakin mendekat. Suara itu benar-benar mengganggunya.

"Hanji, suasana hati Levi sedang tidak baik."

Levi membuka matanya. Itu suara Erwin! Lalu ia merasakan geli pada lehernya.

"Hii!

Berjengit, Levi langsung merapat pada dinding dan melindungi lehernya. Rupanya Mike sedang sangat dekat dengannya.

"Ada apa, Levi?"

Erwin menarik bangku milik Armin dan duduk menghadap Levi. Hanji duduk di tempat duduk mikasa, dan Mike duduk di kursi Eren.

Levi menggeleng, "Aku merasa semakin jauh dengan Eren."

Ketiga orang di dekatnya memandang satu sama lain.

"Apa karena dia sudah menjadi anggota OSIS?" Tanya Erwin berhati-hati.

Levi menjawab dengan anggukan. "Tapi nanti malam kita berencana menonton di bioskop." Perlahan, senyum Levi mengembang.

"Kalau begitu apa masalahnya?" Hanji mengerutkan kening. Mike mendorong bahunya karena merasa pertanyaan Hanji tidak akan menaikkan suasana hati Levi.

"Abaikan Hanji. Jangan bersedih, Levi. Masih banyak kesempatan untuk kalian bersama. Memangnya kau tidak senang Eren masuk OSIS?"

Kini giliran lengan Mike didorong oleh Hanji. "Jangan menanyakan hal itu!"

Levi berdecak, "Apa yang kalian semua lakukan di sini? Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi."

Erwin tersenyum berwibawa, "Sebagai sahabat yang baik, aku merasakan sahabat mungilku ini sedang bersedih. Sudah menjadi tugasku menghiburmu."

Mendengar hal itu, Hanji dan Mike menahan rasa mualnya. Hei, mereka juga sahabatnya, tahu!

Levi mengerutkan keningnya. "Terdengar menggelikan."

"Jahatnya." Erwin menyentuh dadanya dan bertingkah seolah dia sedang sakit hati.

"Menjijikkan sekali kau dengan ekspresi itu!" Hanji dan Mike berkata serentak. Kali ini Erwin benar-benar sakit hati.

.

Pukul tujuh malam. Levi sudah bersiap-siap di ruang TV, menunggu Eren menjemputnya. Hatinya berbunga-bunga ketika bayangan kencan mereka di bioskop. Apa film yang akan mereka tonton? Berapa jumlah brondong jagung yang akan Eren suapkan padanya? Berapa lama mereka akan berpegangan tangan? Lalu, yang membuat Levi semakin berbunga-bunga, apakah mereka akan duduk di bangku paling ujung dan berciuman?

"Ugh," Levi menepuk pipinya dan memejamkan mata erat. Pipinya merona padam dan panas. Dengan tidak sabar, Levi kembali memeriksa jam tangannya. "Eren lama sekali."

Levi mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Eren. Satu kali, dua kali, tiga kali, Eren tidak mengangkat teleponnya. Tepat sebelum ia kembali menelpon Eren, satu pesan masuk dari Eren.

Hei, umm.. aku pikir aku tidak bisa ke bioskop sekarang. Aku sedang membuat laporan di rumah Historia sekarang.
07.09

Levi mengulum bibirnya. Dengan berat hati, ia mengetik pesan sebagai balasan.

Iya, tidak apa-apa. Hati-hati di sana. Jaga dirimu baik-baik.
07.09

Baik, Sayang ^^
07.10

Ponsel kembali diletakkan di meja. Levi menyandarkan tubuhnya dan mendongak. Ia merasa kecewa tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Eren ingin menjadi OSIS lalu diterima, Levi harusnya bahagia dan mendukung Eren. Dia tidak boleh egois dan meminta Eren meninggalkan semua pekerjaannya hanya demi bisa bersama kembali.

Levi kembali mengambil ponsel dan membuka aplikasi media sosial. Dari sekian banyak cerita yang dibagikan hanya satu akun yang menarik perhatiannya. Akun itu milik Historia. Levi menekan profil Historia dan melihat foto yang dibagikan. Terlihat Historia berpose manis di depan kamera dan ada Eren sedang menghadap komputer. Levi mengulum bibirnya. Ia berusaha berpikir positif. Di foto itu hanya terlihat Historia dan Eren, tidak ada siapa-siapa lagi.

"Eren hanya berdua dengan Historia." Kecemburuan mengalahkan akal sehat Levi.

.

To be continue.

Loving You DeeplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang