Jenny beserta tiga orang temannya; Lisa, Jisoo dan Rose, sedang asik berbincang cantik di sebuah cafe. Mereka terlibat percakapan yang cukup seru tentang trend makeup terbaru, merek kutek peel off yang tengah naik daun, hingga sikap masing-masing kekasih saat mereka tengah marah.
Percakapan itu harusnya terus terjalin, jika saja Jisoo tidak tiba-tiba memekik saat melihat Hanbin dan Yeri berjalan beriringan masuk ke toko pakaian wanita. "Demi apa Jen, gue barusan liat cowo lo masuk ke toko sama Yeri."
Jenny yang mendengar nama sang kekasih disebut pun segera membalikan badan, "mana? Gak ada? Halu kali lo!" Serunya.
"Ih, kan tadi gue bilang kalo mereka masuk ke toko! Ya jelaslah kalo sekarang gak ada." Jawab Jisoo lagi dengan gemas.
Inginnya, Jenny tak mau ambil pusing perihal fakta yang barusan Jisoo katakan. Bukan apa-apa, tapi Jenny lebih memilih untuk percaya pada Hanbin. Namun ucapan Lisa selanjutnya sedikit menyinggung rasa percayanya.
"Kalo emang bener Hanbin sama Yeri jalan bareng, fix sih, dugaan gue selama ini kalo mereka ada hubungan itu bener!" Ucap Lisa.
Rose yang sejak tadi asik mendengarkan sambil menyesap minumannya, kini ikut buka suara, "gue juga pernah gak sengaja denger, June bilang : cewe lo, terus nunjuk kearah Yeri."
"Nah kan, berarti jelas sekarang kenapa anak osis pada gak suka kalo lo deket-deket sama Hanbin. Itu semua karena, sekretaris kesayangan mereka itu pacaran sama ketua basket paling populer di sekolah." Tambah Jisoo.
Kini Jenny hanya bisa merenggut kesal sambil menatap lurus kearah toko yang disebutkan Jisoo. Jika memang benar Hanbin selingkuh darinya, ia tentu tidak akan tinggal diam!
Jangan lupakan kepopuleran Jenny disekolah yang sebelas-duabelas dengan Hanbin. Sebagai ratu di tim cheerleaders, pendukung Jenny tentu lebih banyak dari Yeri yang terkenal jutek itu.
Jika ia meminta Hanbin untuk memilih, tentu saja pria itu akan memilihnya. Jenny yakin seribu persen!
.
.
.
Hanbin menyelipkan anakan rambut Yeri kebelakang telinga gadis itu. Membuat Yeri tersipu malu. "Kamu beneran gak mau beli hoodie yang tadi? Padahal lumayan loh, warnanya bisa kembaran sama aku." Ujar Hanbin saat dirinya dan Yeri masih mengantri untuk membayar di kasir.
Gadis itu menggeleng pelan, "gak ah, nanti Jenny makin menjadi-jadi, lagi. Aku males banget liat dia yang selalu ngaku jadi pacar kamu. Kok ada ya, orang gak tau malu kayak dia?"
Hanbin menanggapi kekesalan gadisnya dengan senyuman yang mampu menarik perhatian kaum hawa manapun. Bahkan berhasil membuat kekesalan Yeri menghilang entah kemana.
"Makanya, aku harap kamu jangan tanggepin Jenny. Biarin aja dia ngaku pacar aku, kan kamu yang tau lebih jelas, siapa pacar aku..."ujar Hanbin sambil mengelus pelan punggung tangan milik Yeri.
Yeri baru akan membalas ucapan Hanbin, namun ponsel milik kekasihnya berdering nyaring. Selanjutnya Hanbin mohon izin untuk mengangkat telepon yang dikatakan pemuda itu dari ibunya.
Setelah Hanbin sampai diluar toko, ia langsung mengangkat panggilan yang masuk dengan senyum tak kunjung pudar. "Halo baby? Udah kelar kursusnya? Mau aku jemput jam berapa? Oh, aku lagi nongkrong di mall deket tempat les kamu sih. Hm? Biasa lah sama anak-anak. Jadi mau aku jemput kapan? Sepuluh menit lagi? Okeeee, see u soon baby~"
Usai Hanbin menutup panggilan teleponnya, pemuda itu kemudian memasang ekspresi tak enak, lalu masuk ke toko untuk menemui Yeri. "Sayang, maaf banget tapi aku diminta mama buat jemput Hanbyul. Dia baru aja kelar les dan supir gak ada yang stand by di rumah. Kamu gak papa kan, kalo aku tinggal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Pensiun
Fiksi PenggemarBagi Hanbin, dunianya sudah cukup sempurna. Sahabat yang setia, wajah tampan, otak yang masih mampu diajak bekerja keras, hingga kepopuleran namanya di sekolah. Belum lagi deretan nama gadis yang pernah pemuda itu kencani. Namun dunianya berhasil di...