13🌻

718 134 0
                                    


**

"Plisss Bund, sebentar kok enggak lama. Ya Bund ya plisss, ini penting."

Alwi berhenti mengunyah coklat, lalu menaruh separuhnya diatas meja. Dengan berjalan berjinjit-jinjit, Alwi menguping pembicaraan Inne dan Ridho.

"Tapi Dho, Bunda mau keluar sebentar, Ayah kamu sudah berangkat ke kantor. Nanti Alwi sendiri dirumah," elak Inne.

"Itu mah urusan kecil Bund, aku bisa ajak Alwi kok," ujar Ridho.

"Emangnya kamu mau, acara kamu di ganggu sama dia? Kaya enggak tau aja sikap Alwi seperti apa," bisik Inne.

"Ohh iya yah, argh! Terus itu bocah harus dibawa kemana!"

"Yaudah lain kali aja kenapa sih?" ujar Inne.

"Enggak bisa Bund, ini hari spesial. Mesti hari ini juga Bund."

"Bunda enggak tau, udah ah Bunda mau keluar dulu ya. Yang pasti kamu jangan tinggalin Adik kamu sendiri. Paham?"

"Ish, kenapa sih. Dia udah besar, masih aja di jagain," bisik Risho.

"RIDHO!"

"Ehh, enggak Bund. Iya-iya Ridho jagain Alwi," teriak Ridho memutar bola mata malasnya.

"Ohh, jadi Kak Ridho mau ketemuan sama Kak Tamy?"

"Asikk, bakal seru nih," ujar Alwi lalu kembali ke tempat asal.

[Iya Tam, maaf ya ngerepotin. Kamu bisa 'kan ke rumah aku aja? Semua orang lagi enggak ada, jadi aku enggak bisa tinggalin Alwi sendiri. Entar Bunda ngomel lagi.]

[ .......]

[Iya Tam, aku tunggu.]

[........]

"Huff, untung Tamy pengertian. Ish! Ini tuh semua karena bocah ntu!" gerutu Ridho kesal.

"Yang mau ketemu sama bebep nya ... sampai lupa sama Adeknya ....," nyanyian Alwi ngasal.

"Apaan sih Lu, dateng-dateng nyanyi enggak jelas. Udah berisik deh, entar bisa-bisa dapur berantakan Alwi!"

"Kak, anterin Alwi ke Mang Nurdin yu. Beli es cendol," ajak Alwi.

"Kagak-kagak ah. Kakak lagi nunggu Neng Tamy, entar dia kesini. Kita enggak ada lagi!" sinis Ridho.

"Ihhh Kakak, sebentar aja kenapa sih? Entar kalau Kak Tamy kesini. Kakak mau kasih dia minuman apa? Hayoo," elak Alwi.

"Banyak tuh, buah-buahan di kulkas. Tinggal dibuat jus doang," jawab Ridho yang membuat Alwi kesal.

"Ahh yaudah. Alwi beli sendiri aja deh."

"Yaudah sono!"

"Ehh Kakak-kakak," teriak Alwi.

"Apa lagi!!"

"Uang nya?"

"Astagfirullahaladzim! Ya Allah ya Robb!"

"Pake uang kamu lah. Enak aja!"

"Uang Alwi buat keperluan yang lain," ujar Alwi dengan wajah yang berbinar.

Ridho menarik napas panjang, meraba saku nya memerikan selembar uang senilai sepuluh ribu rupiah pada Alwi.

"Yes, makasih Kak." Alwi memberikan deretan gigi putihnya membuat Ridho ingin mengacak-acak rambut Alwi.

"Iya-iya. Udah sana pergi-pergi!"

"Dasar bocah."

Sudah ada sepuluh menit Alwi belum kembali, sedangkan Tamy dan Ridho tengah berduaan di ruang tengah, seperti nya mereka sedang membicarakan hal yang sangat penting.

"Tam, kalau boleh aku jujur. Kita udah ada satu tahun seperti ini, tahun depan aku mau kita menjalankan hubungan yang serius," ujar Ridho.

"Mmm ... iya 'kah? Papah aku juga nanya kapan aku bisa bawa kamu kerumah aku," ucap Tamy tertunduk.

"Haha, benarkah? Tapi aku mau kita jalankan hubungan biasa-biasa saja. Tunggu sampai saat nya tiba."

"Iya Dho," senyum Tamy.

"Nih, buat kamu." Ridho menyodorkan bingkisan yang sama seperti ia berikan pada Alwi.

"Apa ini?" tanya Tamy.

"Itu ...,"

Brakk!

Pintu tiba-tiba terbuka lebar, Alwi menutup kembali pintu nya dengan napas yang ngos-ngosan serta keringat pada dahinya. Ridho yang melihatnya benar-benar kesal telah mengganggu acara dirinya dengan Tamy.

"Astagfirullah, Adik kamu kenapa Dho?" tanya Tamy.

Tbc_

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang