41🌻

660 149 21
                                    


******

Gelak tawa terdengar dari arah dapur. Alwi seperti sudah kenal lama dengan Mpok Atik. Mereka mengobrol, bercanda tawa bersama. Tidak apa-apa setidaknya Alwi tidak terus merasakan goresan luka. Biarkan senyumannya hadir kali ini.

Gelak tawa tersebut terhenti ketika Alwi kembali merasakan tubuhnya tidak lagi kuat untuk berdiri. Hampir saja minyak panas tumpah pada tangan nya, dengan sigap Mpok Atik menahan tubuh nya dan menjauhkannya dari kompor.

"Den!" panggilnya panik.

Alwi di bantu Mpok Atik untuk duduk di kursi meja makan, Alwi memijat kepalanya pelan. Berniat agar rasa pening nya hilang. 

Setelah beberapa menit, makanan terjadi di meja makan. Mpok Atik berniat ke atas untuk mengambil obat milik majikannya. Sedangkan Alwi kini tengah menyantap makanan di hadapannya.

Krettt.

Mpok Atik masih mencari di laci kamar Alwi, menggusar-gusar kan tangannya sampai pada akhirnya ia tidak sengaja menemukan sebingkai poto dimana terlihat wanita serta laki-laki yang di tangan wanita tersebut terdapat bayi kecil. Dan di sebelah nya anak laki-laki berumur sekitar 9 tahun.

Mpok Atik nampak tengah berfikir, ia mengamati poto tersebut lama. Sampai pada akhirnya ia kembali meletakan poto tersebut dan bergegas ke bawah setelah menemukan benda yang ia cari.

Setelah selesai ia menyantap makanan nya, Alwi bergegas mengambil air minum. Dan meninggalkan semangkuk bubur itu yang masih tersisa. Setelah nya ia duduk kembali menunggu Mpok Atik datang membawa obat nya untuk ia minum.

"Ini Den," sodor nya memberikan beberapa bungkusan pada Alwi.

"Terima kasih." Alwi menerimanya di sertai senyuman yang terpencar pada wajahnya.

*****

Ridho memarkirkan mobilnya di halaman rumah Tamy yang sangat luas. Setelahnya ia mengetuk pintu pemilik rumah, tidak ada sahutan ia berpikir bahwa mungkin keluarganya Tamy tengah berlibur. Saat hendak melangkahkan kaki menjauh dari pintu depan rumah Tamy, tiba-tiba pintu terbuka dengan sempurna.

Ceklekk!

"Maaf, cari siapa?"

Wanita paruh baya dengan handuk yang ada pada kepalanya serta baju putih yang menutupi seluruh badannya. Seperti nya ia baru saja selesai mandi.

"Mbak ini siapa ya? Saya ke sini mau ketemu sama Tamy. Pacar saya, dan saya baru lihat mbak. Atau mbak ini kerabat Tamy?" tanya Ridho mengamati wanita di hadapannya.

"Maaf Mas, rumah ini sudah menjadi milik saya. Rumah ini sudah mereka jual."

Degg!

Ridho melotot tidak percaya, bagaimana bisa? Bagaimana mungkin! Kenapa Tamy tidak memberitahu nya. Atau mengucapkan selamat tinggal seraya ada perpisahan. Tapi ini? Menghilang tanpa ia tau.

"Haha, mbak jangan bercanda deh. Enggak mungkin rumah ini di jual. Kalau rumah ini di jual pastinya pemilik rumah ini memberi tau saya mbak!!"

"Soal itu saya tidak tau Mas, yang pasti rumah ini sudah menjadi milik saya. Silahkan pergi Mas jika tidak ada kepentingan yang lain!"

Brak!

Setelahnya pintu di tutup rapat oleh sang pemilik rumah baru. Ridho berjalan sempoyongan, pikiran nya kacau kali ini. Hari ini ia kehilangan 2 orang sekaligus. Kenapa semesta tidak adil padanya.

Di saat ia membutuhkan orang yang akan sigap mendengar keluh kesah nya. Kenapa sekarang orang tersebut hilang tanpa adanya kabar. 

Ia mengendarai mobil dengan tatapan kosong ke arah jalan raya. Tidak ada semangat lagi dalam hidupnya. Kenapa semuanya harus berakhir di sini. Sampai pada akhirnya ia tersadar ketika sinar memasuki kornea matanya serta klakson mobil yang terdengar nyaring.

Ridho membanting stir mobil ke arah yang lain, sehingga berakhir menabrak pohon besar yang ada pada pinggiran jalan. Kendaraan seketika banyak yang berhenti, orang-orang berlalang ke sana-kemari.

Cittt! Brakk!

Matanya sudah tertutup rapat bersamaan asap yang keluar dari mobil miliknya.

Prang!

Gelas yang ada pada tangan Alwi pecah tidak tersisa. Entah kenapa perasaan nya kini tak karuan. Ia segera bangkit dan dalam pikirannya sekarang hanyalah Kakak nya.

"Astagfirullah, Den. Kaki nya enggak papa ada yang luka enggak?" di saat Alwi tengah khawatir ada orang lain juga yang khawatir terhadap dirinya.

"En ... enggak ada Mpok, maaf yah biar Alwi yang beresin." Alwi hendak jongkok namun di cegah cepat oleh Mpok Atik.

"Jangan Den, Aden lebih baik duduk saja. Biar Mpok yang beresin yah."

Alwi mengangguk samar, lalu pikirannya kini kembali pada sang kakak. Entah kenapa ia ingin sekali menemuinya sekarang.

****

Inne mondar-mandir tidak jelas di depan rumahnya. Perasaan nya sama seperti Alwi, ia menggenggam hanphone di tengahnya berharap Ridho menghubungi dirinya.

"Ya Allah, jagalah putra hamba di mana pun ia berada."

Di saat kekhawatiran nya melanda. Tiba-tiba saja ponsel nya berdering. Ia tersenyum ketika mendapati kontak yang menelpon nya adalah Ridho. Segera ia menyambar menanyakan keadaannya.

"Hallo, Dho. Kamu dimana sayang. Kamu baik-baik saja bukan?"

"Maaf Bu, apakah ini salah satu keluarga korban?"

"Korban?" heran Inne lalu segera memperjelas maksud dari si penelpon.

"Ini siapa ya? Kenapa ponsel putra saya ada pada anda."

"Maaf Bu, beberapa menit berlalu putra ibu mengalami kecelakaan. Dan sekarang kami tengah bergegas ke rumah sakit medika. Ibu langsung ke sini saja."

Tubuh Inne seketika kaku, bagai di sambar petir siang bolong seperti ini. Ia segera menutup telpon nya dan bergegas ke rumah sakit.

"Tunggu Bunda sayang."

Alwi terus membujuk Ayah nya untuk pergi menemui Ridho juga Bundanya. Alwi terus memohon pada Ananda tanpa menghiraukan keadaan nya.

"Ayah, Alwi mohon hanya sebentar. Atau kalau enggak Alwi minta ponsel Alwi buat hubungin Kak Ridho atau Bunda. Ayah Alwi mohon." Alwi menggenggam tangan Ayah nya erat.

"Enggak Al!!"

"Sebentar saja Yah. Alwi janji setelah nya Alwi kembalikan ponsel Alwi sama Ayah."

Ananda masih mengubris perkataan putranya. Alwi yang semakin lama semakin kesal segera berlari keluar meninggalkan Ananda sendiri.

"Yaudah kalau Ayah enggak mau. Alwi bisa sendiri!!"

"Alwi, hei tunggu!"

Ananda menarik jaket abu-abu milik Alwi dan berlari mengejar anaknya.

.
.
.
.
Dah, jangan lupa ★😂🙏 terima kasih 💜💜

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang