Episode: 6

710 76 4
                                    

"Kenapa tidak jadi mengatakannya tadi?"

Satu pertanyaan Jisoo akhirnya membuka ruang sunyi di antara dirinya dan Seungcheol. Sedari tiga puluh menit sejak mereka berdua akhirnya memutuskan untuk saling diam di perjalanan menuju Namyangju.

"Dengan melihat kondisi appa yang seperti itu?" Jawab Seungcheol pelan. Lelaki itu memilih untuk tetap fokus memandang jalanan di depannya.

Terlalu malas atau tidak peduli, entahlah jisoo tidak mau tahu. Dirinya hanya menghela napas pelan. "Appa bukan sakit jantung. Jadi jika bicara tentang ini tidak akan jadi masalah."

Membuat Seungcheol yang bergantian menghela napasnya pelan. Melihat Jisoo di sampingnya yang lebih memilih menatap jendela luar mobil, membelakinya.

"Bukan waktu yang tepat." Balas Seungcheol pelan. Kembali mencoba memfokuskan dirinya lagi untuk tetap menyetir.

"Lalu kapan waktu yang tepat? Saat hari pernikahan kita? Tepat di altar lalu kau tiba-tiba bicara di depan semua orang jika kau tidak bisa meneruskan pernikahan ini dan pergi seperti pecundang di hadapan orang?-"

"Hong Jisoo!" Potong Seungcheol sepihak. Menatap sang kekasih tidak percaya. Membuat mereka saling menatap selama sepersekian detik. Menemukan dua onixnya yang sempat menatap sepasang manik Jisoo yang mesyaratkan penuh rasa kecewa dan marah kepadanya.

Sebelum Seungcheol akhirnya berusaha meredam emosinya sendiri dengan kembali mengalihkan perhatiannya pada jalan tol di depannya.

"Kenapa tiba-tiba ingin putus dan membatalkan semuanya? Apa karena ada orang lain?" Tapi sepertinya Jisoo tidak akan membiarkan ruang kembali sepi diantara mereka. Jisoo masih butuh banyak penjelasan dari lelaki choi itu. Tentu saja, lagipula menurut Jisoo mereka perlu banyak pembicaraan.

Terpaksa membuat Seungcheol kembali menatap ke arahnya sebentar, lalu menggeleng. Menjawab pertanyaan yang dilontarkan pria manis itu padanya. "Tidak pernah ada orang lain selain dirimu."

Mengabaikan Jisoo yang tengah tertawa getir di sebelahnya. Tapi memang itu kenyataannya. Terlepas dari ini semua, Seungcheol tau jika memang tidak ada orang lain di hatinya selain Jisoo, selama delapan tahun ini mereka bersama.

"Aku benar-benar tidak tahu lagi dengan jalan pikiranmu." Ingin sekali Jisoo menjambak dan memaki lelaki di sebelahnya ini.

"Delapan tahun oke. Kita bersama, berkencan, lalu memutuskan untuk menikah secara sadar dengan tanpa paksaan. Kau melamarku dan aku menerimanya. Lalu tiba-tiba saat pernikahan kita tinggal dua minggu lagi, kau memutuskan untuk membatalkan semuanya. Bukan karena orang lain, tapi karna dirimu sendiri yang ternyata sudah tidak mencintaiku." Jisoo berusaha menjelaskan dengan senyum getirnya yang entah dirinya bingung sekali apakah saat ini Ia harus menangis atau justru tertawa.

"Kau tau ini hal paling konyol yang pernah terjadi selama hidupku."

"Apa yang ada di pikiranmu? Kau berpikir aku hanya boneka pion yang ketika kau mengatakan kita menikah, oke aku harus menurut dan kita menikah. Lalu saat kau bilang kita batal menikah, dan aku harus menurut untuk oke kita batal menikah. Semudah itu? Tanpa memikirkan jika aku ini manusia dan memiliki perasaan dan aku kekasihmu?!" Demi apapun hati Jisoo rasanya sakit sekali tapi hatinya juga masih membutuhkan penjelasan atau setidaknya harapan untuk masih menyelamatkan semuanya.

"Bukan begitu."

Jawaban seungcheol yang singkat semakin membuat Jisoo frustasi dibuatnya.

"Ya lalu?! Kau bahkan tidak menjelaskan ini semua padaku. Aku sangat membenci kebiasaanmu yang selalu memilih diam, diam, diam, diam merahasiakan semuanya. Selalu tidak pernah bicara dan menceritakan semuanya padaku! Selalu seperti ini! Memang seharusnya kau menikahi dirimu sendiri!"

Fate • [cheolsoo](√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang