Gribbelia 2

27 21 4
                                    

Rumah yang tidak
seharus nya disebut
Rumah.

««««

Definisi rumah bagi kebanyakan orang untuk istiahat. Bukan? Tetapi itu tidak berlaku bagi Gribbelia.

Rumah yang biasanya dikatakan untuk istirahat, melepas beban, tempat kita berpulang serta tempat merasakan kehangatan keluarga. Namun itu hanyalah angan-angan belaka untuk seorang Gribbelia.

Di rumah itu ia hanya mendapatkan tuntutan, kekangan serta kemunafikan. Rumah baginya hanya tak lain dari tempat ia memikul beban bukan melepas beban.

Rumah minimalis dengan cat putih berdiri nampak kokoh di Komplek Perumahan Permata. Di rumah itu terlihat seorang gadis bersurai coklat, duduk di atas balkon dengan tatapan menengadah ke atas langit yang dihiasi gemerlap bintang. Tatapannya sendu, seolah-seolah sudah banyak beban yang dipikul pada pundak gadis itu.

"Munafik," gumamnya dalam hati.

"Lo pengecut Bel, lo cuma orang lemah yang pura-pura kuat, Bego!!" maki nya pada diri sendiri.

Tidak bisa dipungkiri kalau dia memang tidak sekuat yang orang-orang kenal selama ini.

Suara derap langkah kaki mengalihkan perhatiannya. Orang itu berdiri dihadapanya, menatapnya dengan tatapan yang sama seperti dulu dingin dan menuntut.

"Papa mau ngomong," ucap Aldrich to the point.

Gribbelia tidak menjawab, dia hanya mengerutkan keningnya tanda bertanya.

"Nenek ngadain acara makan malam keluarga, besok. Papa mau kita harus datang! Bersikap lah seolah-seolah keluarga kita harmonis," tegasnya tanpa bantahan.

Gribbelia mengepalkan kedua tangannya, menahan emosinya sedari tadi. "Gribbelia gak mau Pa" lirih nya, "Gribbelia cape. Berkali-kali Gribbelia harus bersandiwara ke semua orang untuk nutupin yang sebenarnya!!"

"Nurut sama papa Gribbelia!! bentaknya, "kalau kamu gak mau nanggung resiko," ancamnya penuh penekanan.

"Satu hal lagi, kamu harus bisa bujuk mama mu yang keras kepala itu untuk ikut di acara makan malam nanti!" Setelah berkata seperti itu ia langsung pergi tanpa mempedulikan perasaan putrinya.


Gribbelia terdiam dan mematung tanpa bisa membantah ucapan papanya.

Kehangatan keluarga yang hilang akibat kejadian yang tak pernah ia inginkan.

Beginilah nasibnya sekarang, Miris!

««««


"Emang gak modal lo, Dan," cibir Fernando.

"Tau ni bocah, lo kalau ngedeketin cewek modal dikit lah!" Kelvin ikut nimbrung pembicaraan kedua cowok tersebut.

"Berisik lo pada! Sirik aja jomblo," sindir nya sarkas.

"Wahh, sialan lo, Gak tau cara berterimakasih lo jadi temen," ucap fernando."Udah mending gue mau berbaik hati nge hotspotin lo."

"Lo harus sering-sering berbuat baik, Fer! Kan, dosa lo banyak," balas Fildan.

"Lo juga harusnya perbanyak istigfar biar lo berhenti mainin cewek!!" timpal Kelvin. "Kena karma baru tau rasa lo, Dan," lanjut nya.

GRIBBELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang