Gejolak emosi dan hati nurani
Tidak semestinya selaras
Keduanya selalu bertabrakan
Dan saling menghakimi satu sama lain.««««
Candaan, gelak tawa serta dentingan sendok mendominasi ruang bercat putih. Tepat di meja makan yang ramai dihiasi dengan celotehan-celotehan hangat dari sang pemiliknya, tetapi, ada seorang cewek nampak gelisah berada di sana.
Jika semua anggota keluarga yang berada di ruang ini bahagia menikmati acara makan malam itu, tetapi bagi Gribbelia justru sebaliknya, dia muak! sangat muak, jika bisa dia ingin sekali menghilang dari hadapan orang-orang yang ia anggap dalam lingkup keluarga besar.
Suara getaran dari benda pipih di sling bag miliknya menghentikan aktivitas makannya, ia merogoh benda tersebut dan terdapat satu notifikasi dari nomor yang sengaja tidak ia beri nama.
+81356******
Ikut gue! Balkon.Satu senyuman tercetak di bibir Gribbelia, arah pandangnya kini beralih ke cowok yang ternyata tengah menatapnya balik, sepersekian detik berikutnya cowok itu beranjak dari tempat duduk dan melenggang pergi.
Mengerti arti pesan itu, Gribbelia langsung beranjak dari tempat duduk hendak mengarah ke tempat yang dimaksud. Ketika ia hendak berdiri satu cekalan di lengannya menahan pergerakannya, orang itu menatapnya dengan tatapan menghunus.
Aldrich menatap tajam lalu berbisik di telinga putrinya. "Inget pesan papa, duduk tenang dan tidak usah banyak tingkah!"
Lagi-lagi Gribbelia hanya tersenyum dan berkata setenang mungkin "Permisi, Bela mau ijin ke toilet dulu."
"Mau nenek temenin, Bella?" tanya wanita paruh baya yang mengenakan pakaia merah maroon.
Scarlet leani Adijaya-- nenek Gribbelia satu-satunya wanita sangat disegani dan dihormati di keluarga ini, karena ketegasan dan kekejaman nya, berpakaian merah maroon sudah menjadi ciri khasnya sejak dulu.
"Gak usah nek, Bella bisa sendiri," ucap Gribbelia sembari tersenyum, bersamaan dengan langkah kaki menuju tempat yang di maksud.
««««
Di bawah remang-remang cahaya lampu balkon, nampak seorang cowok tengah berdiri menghadap ke arahnya dengan kedua tangan di saku celana.
Cowok itu tersenyum manis, hingga memperlihatkan lesung pipitnya.
"Gimana kabar lo, Bel?" tanyanya sembari menyodorkan satu gelas minuman
Gribbelia menoleh sekilas. "Seperti yang lo lihat."
Mata Gribbelia terpejam menikmati setiap lamabaian angin malam yang menerpa wajahanya, jika kebanyakan orang menyukai keterangan Gribbelia justru menyukai Kegelapan. Ia suka gelap dan sunyi karena hanya di dua keadaan itu lah ia mampu merasakan ketenangan dan kedamain.
Kenapa dia tidak suka terang? Karena bagi Gribbelia cahaya tidak selalu datang di saat kita membutuhkan keterangan. Seperti halnya matahari yang tidak timbul pada siang hari di saat bumi di landa hujan. Namun berbeda halnya dengan kegelapan yang selalu hadir di saat malam hari tiba.
Gara tertawa hambar. "Masih sama seperti dulu, kan? Lo kayanya betah banget sama keadaan yang gak memihak ke elo."
"Gak ada orang yang mau di posisi kaya gini, Gar, termasuk gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GRIBBELIA
Teen FictionHARAP FOLLOW SEBELUM BACA 😊 . . . . . . . Ini tentang Ananta Gribbelia, cewek dengan sejuta pertanyaan dihidupnya, teka-teki kelam yang belum terpecahkan selalu jadi pengiring tidur setiap malam. 'Ananta' terlalu rumit apabila kita terjemahkan s...