Dalam istilah pertemanan
Biarkan ada tawa karena
Dalam embun hal-hal kecil
Jantung menemukan pagi harinya
Dan Butuh Di segarkan.««««
Pelajaran Fisika setelah jam Matematika memang begitu dihindari bagi kebanyakan murid, karena sama-sama menguras otak dan pikiran. Seperti itu lah yang dialami murid XII IPA 2 terlebih lagi jika guru yang sedang menjelaskan kurang asik dan terlalu serius, bisa dipastikan mereka sekarang tengah menjelajahi alam mimpinya masing-masing.
Gribbelia memainkan pulpennya bosan, tanpa mendengarkan penjelasan orang di depan. Ia bosan sama halnya dengan cewek yang duduk di sampingnya ini.
Sedangkan Febi tengah asik dengan alam bawah sadarnya, satu telinga disumpal earphone. Begitu lah Febi jika sudah menyangkut namanya pelajaran hitung-hitungan sangat mustahil cewek itu mau mendengarkan dan memperhatikan, layaknya seperti cewek kutu buku. Tidak sama sekali, membayangkan deretan rumus berjejer saja itu sudah cukup membuat kepala pening.
Sisca meyenggol lengan Gribbelia lalu berbisik. "Bel, cabut yu. Kantin."
Gribbelia langsung menatap Sisca dengan senyum lebar. Ekor matanya melirik ke belakang tepatnya ke arah tempat duduk seorang cewek yang tengah tertidur pulas di sana.
Dengan jahil Gribbelia melempar satu pulpen hingga mengenai kening cewek itu.
"Keboo!!"
Sang empu meringis. "Ssh, apa sih ganggu aja," katanya tak terima.
"Cabut!" titah Gribbelia.
Pernyataan itu sontak membuat Febi menegakkan badannya, semangat. "Yuk, gue udah enek ni sama guru yang jelasin, gak ada yang masuk diotak gue."
"Pikirin alasannya, Feb!" tukas Sisca.
Dari mereka bertiga, Febi lah yang paling cerdik mencari alasan kalau urusan bolos di tengah jam pelajaran.
Febi tersenyum. "Lo ijin duluan! Ntar gue sama Gribbelia nyusul."
Sisca mengangguk lalu mengangkat tangannya. "Pa, saya ijin ke toilet."
"Silahkan."
Setelah diijinkan ia langsung melenggang pergi ke luar kelas dengan langkah penuh semangat.
Selang beberapa menit Febi mulai melancarkan aksinya, ia menempelkan telapak tangannya di dahi Gribbelia. "Bel lo sakit? Badan lo panas banget ini," ucap Febi dengan nada sedramatis mungkin.
Gribbelia dibuat bingung oleh tingkah konyolnya Febi, ia hanya mengikuti saja alur main dari temannya ini.
Pa Andri yang sedang menjelaskan mengalihkan perhatiannya karena sedikit terusik dengan ulah kedua murid di depannya ini.
"Ada apa Febi?" tanya pa Andri.
"Ini Pa, temen saya sakit. Jadi saya mau ijin nganterin dia ke UKS, boleh kan Pa?"
Pa Andri menatap kedua cewek tersebut dengan tatapan menyelidik. "Sendiri saja, dia kelihatannya masih kuat buat jalan."
Perlu kalian ketahui kalau pa Andri itu salah satu guru killer dan terkenal akan ketelitiannya, jadi bagi murid yang ingin bolos hendaknya harus berpikir dua kali sebelum bertindak.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRIBBELIA
Teen FictionHARAP FOLLOW SEBELUM BACA 😊 . . . . . . . Ini tentang Ananta Gribbelia, cewek dengan sejuta pertanyaan dihidupnya, teka-teki kelam yang belum terpecahkan selalu jadi pengiring tidur setiap malam. 'Ananta' terlalu rumit apabila kita terjemahkan s...