5

12.5K 1.4K 40
                                    

Elang tidak melakukan apapun, ketika Elora mendapatkan tamparan dari Fahri. Ia sendiri masih syok pada kabar buruk yang dikatakan Elora. Di depan pintu kamar gadis itu, Elang berdiri tengah menimbang sikap aneh Elora, apakah berhubungan dengan masalah ini? Jika memang benar, siapa lelaki yang telah menghamili sahabatnya? Kenapa Elang tidak tahu apapun? Kenapa Elora menyembunyikan hal sebesar itu darinya? Masih banyak tanya lainnya yang ingin disampaikan pada pemilik masalah.

Elora sedang istirahat setelah mengacaukan perasaan orang tuanya. Setelah semuanya selesai, gadis itu akan meminta maaf. Cara ini yang bisa dilakukan Elora sebagai pertahanan diri. Sekalipun tidak rela, ia tidak akan mengganggu hubungan Elang dan Dinda. Dengan cara ini, Elora akan bersabar agar hatinya pulih dari kecewa yang terlanjur menyusup.

Mulai hari ini, mungkin akan ada banyak hal yang berubah. Dari mereka yang sering menghabiskan waktu bersama hingga terbuka dengan pribadi masing-masing. Esok, tidak ada lagi waktu itu karena Elang telah memilih untuk mengisi hari seseorang, satu hal yang membuat Elora juga memilih caranya. 

Dua kali mengetuk pintu kamar Elora, tidak mendapatkan respons Elang mengetuk ketiga kalinya dengan cukup keras.

"Aku boleh masuk?"

"Ada apa?" Elora bertanya balik. Tidak ada tanda-tanda jika gadis itu mengizinkannya masuk seperti saat dulu.

Elang tidak suka dengan sikap Elora. "Jika tidak bisa, ikutlah denganku."

"Aku mau istirahat. Capek."

Elang menahan tangan Elora dan mendorong pintu kamar gadis itu agar bisa masuk ke kamarnya. 

"Apa yang ingin kamu katakan?" Elora menatap tajam saat Elang mengunci pintu kamarnya.

Saat berbalik, yang pertama kali diperhatikan Elang adalah perut Elora. "Yang kamu katakan, benar?"

Tidak perlu mengatakan hal yang sama. "Aku menunggu, katakan jika memang ada perlu."

"Kamu tidak terbebani, benar kamu hamil?"

Elora tersenyum, "Apakah aku harus menangis disaat sedang bahagia karena mengandung anak lelaki yang aku cintai?"

Elang tidak percaya, kenapa Elora berani berbicara seperti itu. "Tidak ada laki-laki baik yang menyentuh seorang wanita."

Termasuk kamu? "Kami saling mencintai, apakah ada hal yang tidak mungkin?" senyum Elora masih bertahan. Raut jatuh cinta tidak dibuat-buat, karena cinta wanita itu masih menggebu pada lelaki yang sama. "Nanti, kalau kamu jatuh cinta pada seseorang, kamu juga akan melakukan hal yang sama." mata Elora tidak berkedip saat mengatakan kebenaran yang pernah dilihatnya.

"Kita sering bersama, apakah aku menyentuhmu?"

"Sering. Kamu sering memelukku." Elora harus menahan diri agar tidak berteriak. "Tapi bukan karena cinta. Kita sahabat." menjeda sejenak, gadis itu mengalihkan tatapannya dari wajah yang amat dirindukannya akhir-akhir ini. "Tapi, dulu."

"Kamu benaran hamil?"

Elora membuka kancing kemejanya, cara ini yang bisa membungkam mulut Elang. "Kamu mau buktinya?" 

Elang memalingkan muka ketika tangan Elora sudah menyentuh kancing ketiga. "Apa yang kamu lakukan?" 

Nada kecewa dari kalimat Elang sudah membuatnya aman. Artinya Elang percaya. "Sekalipun aku telanjang, kamu tidak akan bernafsu. Kita cuma sahabat." dibalik kata-kata itu, tersimpan banyak kesakitan yang tengah merajut luka yang belum ada kepastian arah.

"Setiap menit aku di sampingmu, apakah tidak pantas aku tahu apa yang sedang menimpamu?" wajah Elang memerah. Ia marah, kenapa masalah sebesar ini menimpa sahabatnya?

Sebelum menjawab, Elora kembali melihat lelaki yang tidak akan lama lagi akan mempersunting sepupunya. Laki-laki yang telah memupuskan harapnya. "Kamu tidak seistimewa itu bagiku."

Tangan Elang mengepal. Lantas selama ini, bagaimana anggapan Elora untuknya? Tujuh tahun mereka menghabiskan waktu bersama, baik dirinya maupun Elora sudah mengenali pribadi masing-masing, sedetail Elang mengetahui jadwal tamu bulanan Elora. Tidak ada yang terlewatkan.

Melihat Elang diam, Elora menyuruh laki-laki itu pergi. "Keluarlah jika tidak ada kepentingan."

"Aku akan menikah."

Elora sadar, inilah titik terendah dalam hidupnya. Disaat Elang mengakui perasaan dan kayakinannya melamar wanita pilihan lelaki itu yang jelas bukan dirinya.

"Selamat." datar nada dan sikap Elora menyembunyikan getaran yang siap.meretakkan hati dan membawanya ke dasar bumi.

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang