6

12.1K 1.4K 40
                                    

"Kamu tidak mau bertanya?"

Elora ingin Elang pergi. Elora ingin sendiri. Ia tidak sanggup mendengar rangkaian kalimat Elang yang tengah menggambarkan kebahagiaan lelaki itu dengan wanita lain. Elora ingin menyadarkan diri, setidaknya untuk saat ini bantal bisa menampung kesakitan dan kekecewaannya.

"Siapapun yang kamu pilih, pasti yang terbaik. Semoga bahagia." senyum Elora kembali merekah. Gadis itu tidak tahu di menit keberapa nanti dirinya ambruk.

"Aku pernah memilihmu. Kamu sahabat terbaik." tulus, Elang mengatakannya.

Hal yang tidak diinginkan Elora terjadi. Elang sedang berbicara, dan ia harus mendengar. Mau tidak mau, Elora harus menahan diri agar tidak ambruk di depan Elang. Mata Elang yang tidak berhenti menatapnya, memaksa sikap Elora tetap terkendali.

"Jujur. Aku kecewa." Elang menunduk. Perkara kehamilan Elora membuatnya hancur. Seolah dunia tengah mengejeknya jika dia tidak bisa menjaga sahabatnya. 

"Katakan padaku, siapa lelaki itu?"

"Aku tidak pernah bertanya apapun sehingga hari ini aku mendengar jika kamu akan menikah. Siapa wanita itu, di mana kalian bertemu? Bagaimana caramu jatuh cinta, sudah berapa lama menjalin cinta? Pernah aku bertanya sekalipun sebagai sahabat aku berhak mengetahuinya?"

Elang tertegun. Kalimat panjang itu semacam isi hati yang terluka.

Air mata Elora menitik. Dua kali mendapati Elang dan Dinda bermesraan, mulai saat itulah kepercayaannya pada sosok bernama Elang memudar.

"Hari ini, kamu tidak perlu bertanya. Karena aku memberitahu tanpa merepotkanmu harus mencari tahu siapa lelaki itu." karena Elang tidak punya waktu untuk itu. Dia akan sibuk mengurus pernikahannya.

"Mendengarmu telah memiliki kekasih hati, jujur aku terkejut. Aku mendoakan kebahagiaanmu." Elora mengusap air matanya. Suaranya mulai parau. "Cukup dahulu, kita berbagi kisah mengisi hari. Tidak lagi sekarang. Baik aku dan kamu tidak lagi harus tahu tentang kita." tak apa jika sakit, Elora harus melepaskan laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suami orang.

"Kamu telah memilih jalan hidup, begitu juga denganku yang akan menyusul."

Elang pernah melihat Elora menangis, tapi tidak pernah membuat gadis itu menangis. Hatinya sakit melihat gadis itu.

 "Maaf."

"Pergilah. Antara kita tidak ada lagi hubungan." Elora terisak. Gadis itu tidak rela, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. "Aku juga akan bahagia." itu harap terbesar Elora. 

"Kita masih sahabat."

Elora menggeleng. "Tidak ada persahabatan abadi antara wanita dan laki-laki. Terlebih kamu akan menjadi seorang suami."

"Apa maksudmu?" Elang tidak mau salah mengartikan kalimat Elora. Tidak ada persahabatan abadi antara wanita dan lelaki, apakah karena sebuah hal?

Elora membuka pintu kamarnya. "Aku mau tidur."

Elang merasa ada sesuatu yang menyayat hatinya. "Dia Dinda. Sepupu kamu."

Apakah Elang harus berbicara lagi? Hati Elora sedang sekarat. Gadis itu tidak tahu apakah masih akan hidup setelah Elang benar-benar pergi?

"Aku mencintainya."

Dua kata yang merupakan pengakuan Elang untuk wanita lain, membuat Elora hampir jatuh. Elora tidak sekuat wanita lain. Ini cinta pertamanya, dan laki-laki itu sudah menghabiskan waktu selama tujuh tahun bersamanya.

"Aku mau tidur." Elora memaksa agar jiwanya masih bertahan.

"Aku ingin memelukmu."

Elora ingin menghentikan, tapi ia terlalu lemah karena keadaan yang semakin menghimpit kesadarannya. Pelukan Elang, masih sehangat dulu, sayangnya pelukan itu bukan hak milik Elora. 

"Baik-baik. Katakan apa yang kamu butuhkan. aku masih sahabatmu." 

Elora memejamkan matanya. Ia menggigit bibir menahan rasa sakit dan kecewa yang cukup besar di hatinya.

"Jaga kandunganmu. Sebagaimana doamu, begitu juga doaku untukmu. Aku lebih berharap kamu bahagia." 

Kapan terakhir kali Elang melihat Elora tersenyum dan bermanja kepadanya? Akhir-akhir ini, yang ditinggalkan Elora adalah kesan asing seolah mereka tidak saling mengenal.

Tubuh Elora bergetar. Detak jantungnya melemah.

Sebelum keluar meninggalkan sahabatnya, Elang mengusap sayang kepala Elora. Merangkum Wajahnya, Elang mencium dalam, kening gadis itu. "Aku menyayangimu." 

Elora ambruk di lantai kamarnya dalam keadaan tidak sadarkan diri begitu pintu kamar ditutup oleh Elang.

Di dinding batas kamar Elora, Elang merunduk menangis. Ia menyayangi Elora, laki-laki itu menyayangi sahabatnya. Sama hal dengan Elora, Elang juga berat berpisah maka dari itu ia tetap ingin bersahabat kendati Elora menolaknya.

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang