Chapter V: Yang Mati itu Hidup (part 1)

343 34 0
                                    

Originally Published on April 23, 2021



A   C   T   R   O   I    D

STORY ONE

REPLACEABLE : A MOTHER

Chapter V

" Yang Mati itu Hidup "

.

.

.

.

Tahun 2120

.

.


            Mereka bertatapan. Perang, Gun akan menyebutnya begitu. Satu-satunya perang yang bisa ia lakukan melawan Off, perang mata. Karena tubuhnya yang kian hari kian merapuh, tak lagi bisa melakukan lebih banyak dari yang biasanya; biasanya ia patuh mengikuti kehendak tuan, menerima perbudakan. Ia sebut perbudakan itu juga perang, dimana ia tak menyukai apa yang dilakukannya, tapi ia terus melakukannya ke titik tubuhnya tak lagi sanggup melakukan itu. Melakukan semua hal yang Off Jumpol inginkan; menyiapkan pakaian, menyediakan makanan, melayani di atas ranjang, sampai merawat penerus keturunannya. Ya, Chimon adalah anak kandung Jumpol Adulkittiporn, tapi tidak ada urusannya dengan Gun.

Keras kepala adalah Off Jumpol, suaminya. Lelaki itu tak akan mengalah barang sekali saja, termasuk di peperangan mata ini. Tatapan Gun akhirnya turun, mengakhiri pertikaian, memilih menatap piring buah di pangkuan, tersenyum kepada potongan apel. Wah, ternyata mereka bertatapan selama itu sampai apel-apel menguning dan menghitam.

"Kau idiot atau apa?" Off duluan melempar pisau kata-kata.

Idiot, Gun mengulangi dalam hati. Satu kata itu mengiris. Meski bukan yang pertama kalinya Off mengatakan itu, kapan pun kata itu dilempar, tak ada hati yang tak terluka. Sebodoh itu kah Gun? Menikahi Off Jumpol adalah keputusan yang bodoh?

Dulu, orang-orang mengagumi Gun atas kekuatan tutur kata, kebenaran pemikiran, kejujuran perbuatan, kebebasan mengolah rasa, dan ia berjalan di garda depan sebagai sorotan yang suaranya paling didengar di antara para penyorak. Unjuk rasa. Siap menggulingkan meja-meja megah tak berakhlak. Sekarang, ia hanya seorang suami dari Jumpol Adulkittiporn, dan ia bahkan tak berdaya menolak apa pun kehendak suaminya.

"Minggu depan kontrak kita habis, kan?" kata Gun, sorotnya masih jatuh pada potongan apel.

Minggu depan perayaan pernikahan ke sembilan mereka, bertepatan dengan tahun ke tujuh kehadiran Chimon di rumah Adulkittiporn.

"Kita gak lagi ngomongin kontrak." Off berganti topangan kaki. Alisnya saling bertaut, tak sedetik pun melepaskan Gun. Vest hitam bergaris, itu pilihan Gun pagi ini, yang disiapkan oleh sesuatu di rumah Adulkittiporn. "Siapa yang bilang kau boleh melihara robot di rumah?" kata Off, terdengar menghardik.

"Dia bukan hewan peliharaan, lho.." Gun menusuk salah satu potongan kecil apel.

"Apa pun! Aku tak sudi di rumahku ada makhluk yang tidak aku hendaki."

"Anggap saja dia pelayan." Gun mengangkat potongan kecil tersebut. Tangannya gemetaran. Sepotong apel bisa terasa sangat sulit diangkat. Ah, sial. Pas mau disuap, sudah sangat dengan mulut, malah jatuh. "Setidaknya Chimon punya seseorang yang bisa dipanggil Papa. Kau tidak perlu menggaji actroid." Gun mendorong potongan apel yang jatuh ke tepi piring, potongan itu berguling beberapa kali sampai bergabung dengan yang lainnya. Ia sebenarnya tidak sedang bergairah makan apel.

OffGun: A C T R O I DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang