Chapter V: Yang Mati itu Hidup (Part 2)

260 36 3
                                    

Originally Published on April 23, 2021



A    C    T    R    O    I     D

STORY ONE

REPLACEABLE : A MOTHER

Chapter V

" Yang Mati itu Hidup "

.

.

.

.

Tahun 2120

.

"Ssstt.."

Actroid itu mendesis mencegah Off membuka pintu kamar Chimon lebih lebar. Off mematung kemudian menoleh, disapa wajah familier.

"Dia baru saja tidur." Bisik si actroid dengan ibu jari di depan bibir. Off hampir tak menemukan perbedaan bibir itu dengan milik Atthaphan.

"Aku orangtuanya."

"Aku juga."

Dua kata itu, rasa-rasanya membuat Off ingin menarik kerah bajunya lalu ia hajar sampai robot itu tak berani lagi mengucapkan hal yang sama. "Idiot. Minggir."

Actroid itu tertawa kecil. Renyah dan aneh. Begitu aneh actroid itu bisa menirukan cara tertawa Gun semirip itu. Oh, hati Off mencelos dengan sebersit rasa sakit. Barangkali, ia yang salah ingat soal tawa Atthaphan. Tak ingat lagi kapan terakhir kali ia mendengar tawa riang Gun. Belakangan, Gun tertawa untuk sindiran saja.

Sambil merangkul lengan Off, actroid itu berkata, "Sayang, Chimon ingin kamu datang ke sekolahnya." Lalu ia membuka pintu kamar Chimon dengan hati-hati.

Off diam-diam melirik actroid tersebut. Dari cara dia menyelipkan lengannya di lengan Off, dia seolah-olah tak menyadari bahwa dirinya bukan manusia.

Di antara kegelapan ruang kamar Chimon yang dindingnya dipenuhi lukisan menyala dalam gelap; antariksa, astronot dan roketnya, Off menemukan sebuah gulungan selimut di atas ranjang. Selimut bermotif bintang-bintang yang juga menyala dalam gelap. Ide glow in the dark ini datangnya dari Atthaphan, sebab Chimon amat takut kegelapan.

"Chimon tidur cepat malam ini. Kami bersenang-senang seharian. Pasti capek."

Off mengernyit, ingin membantah pernyataan sok tahu itu. Dia berbicara seakan dia sudah terbiasa berada di sini. Bagaimana bisa dia tahu Chimon menikmati waktu bermainnya?

Mereka menutup pintu kamar Chimon lalu menuju kamar mereka.

"Sayang, kamu belum bilang tadi siang kenapa kemejamu berdarah. Sekarang, tanganmu yang berdarah. Kenapa lagi?" ia menarik salah satu tangan Off, mengusap punggung tangannya lalu ia tiup luka sayatan di ibu jari. Warna darahnya masih segar tapi mengering karena dibiarkan.

"Luka biasa." kata Off.

"Kenapa?"

Alis actroid itu mengerut. Ia menatap Off, memohon penjelasan. Hati Off mendesah, sesuatu teriris. Sakit bercampur sedih. Mau dilihat dari sisi manapun, wajah itu milik Gun Atthaphan. Jika bukan karena cacat di sorot matanya, perwujudan itu benar-benar seorang Gun Atthaphan.

OffGun: A C T R O I DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang