Chapter II: Muntahan Memori

584 55 3
                                    

Originally published on December 19, 2020






A    C     T    R    O    I      D

STORY TWO

LOST AND FOUND : A LOVER OF A MEMORY

Chapter II

"Muntahan Memori"

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Chimon menelungkup di pelukan Atthaphan. Riuh langkah kaki dan derit troley di luar kamar menjadi nyanyian  nina bobo. Bau obat-obatan menguar, tetapi itu bagian favorit Chimon. Ia akan menyebutnya aroma yang menjadi khas Papa. Tiap kali aroma ini tercium, maka yang tergambar dalam benak adalah sosok pelukan hangat dan suara menenangkan di tiap dongeng kisah-kisah keajaiban sebelum tidur. Rumah sakit tidak menjadi hal buruk bagi Chimon Wachirawit Adulkittiporn. Rumah sakit adalah tempat bertemu Papa.

"Chimon," Gun Atthaphan mengelus kepala Chimon. "Kalau sudah besar, mau jadi apa?"

"Mau jadi seperti Papi."

"Jangan!"

Kedua bahu Chimon didorong sampai Chimon bangun tercekat kaget. Dorongan seperti itu, bagi Chimon kecil, bagaikan tamparan yang mencampakkan dirinya. Apa salahku? Ia bertanya-tanya dalam hati yang mengempis disedot bahagianya oleh perasaan cemas dan takut.

"K-kenapa?" Chimon kecil terbata, badannya gemetar. Takut ia membuat Papa marah. Takut Papa menangis. Takut dibenci atas kesalahan dalam perkataannya. Takut Papa tak mau lagi bersamanya. Takut Papa kembali tidur dan Chimon dibuat menunggu lama, sangat lama, lagi dan lagi, lalu Papa akan menjauh darinya dan orang-orang pun menyembunyikan keberadaan Papa.

"Kamu sendiri... kenapa ingin seperti Papi?"

Chimon tak berkata. Suara Papa berubah keras dan tinggi seperti membentak.

"Papi itu seperti Brutus!" Suara Papa mengiang, menghajar kepala Chimon dengan dua gambar wajah. Raut sangar, berewok hitam, buncit, dan badan besar. Itu Brutus, tapi Papi itu tinggi, lebih kurus dari Brutus, dan tidak punya berewok. Papi ramah senyum, tidak seperti Brutus. Brutus selalu pakai kaos belang-belang biru-putih, dan Papi selalu mengenakan pakaian kantor hitam-putih.

OffGun: A C T R O I DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang