9

3 0 0
                                    

Putus dari Elsa nggak serta merta masalah gue selesai gitu aja. Enggak sama sekali. Elsa masih sering chat dan telepon gue. Apa ya, kaya njir nih orang kenapa chat mulu sih.

Dia juga masih sering chat mama. Itu yang nggak gue suka. Mama selalu bilang, "Ri, Elsa nyariin kamu. Kalian ada masalah?"

"Fari udah putus, Ma." Jelas gue karena udah nggak mau lagi denger soal Elsa yang rewel ini itu.

"Loh kenapa?"

"Nggak cocok aja."

"Kelihatannya dia masih sayang banget sama kamu."

"Fari udah nggak sayang. Elsa nggak sebaik kelihatannya."

"Fara bilang juga apa. Abang sih nggak percaya. Cantik juga siapa tuh namanya, Adiba ya?"

"Adiba siapa?" Tanya mama gue.

"Itu temen sekolah si Abang Ma. Cantik, mukanya juga kalem nggak neko-neko." Jelas Fara. Emang sih, dia pernah ngobrol sama Adiba waktu gue vc an. Dan ya, mereka malah akrab banget.

"Apaan sih, Far." Kata gue nggak suka. Sebel aja kalau dia mulai kompor kaya gini.

"Kamu jangan jadi kadal, Kak. Astaghfirullah nyebut." Kata mama yang mana buat gue ngehela napas.

"Nggak niat jadi kadal, cuma kebetulan aja keadaannya lagi ruwet banget."

"Terus kamu mau gimana?"

"Minta maaf sama kak Diba sana. Awas, Abang buat perempuan nangis nanti langkah Abang dikutuk Malaikat." Kata Fara nggak tau dia dapet kalimat itu dari mana.

"Tuh, dengerin adek kamu. Jangan buat perempuan nangis." Kata mama.

"Iya ma."

Kaya abis dapat siraman rohani. Gue bener-bener ngelakuin apa yang Fara bilang. Gue mau minta maaf sama Adiba, tapi sayangnya dia nggak bisa gue hubungi. Mau nggak mau gue langsung samperin dia ke kelas waktu pagi-pagi.

"Dib, bisa ngomong sebentar?"

Iya, Diba yang lagi baca buku langsung natap gue bengong. Kaya nggak paham sama apa yang gue bilang. Mungkin dia terlalu kaget karena tiba-tiba gue nyamperin dia. Bahkan itu adalah hal yang jarang banget gue lakuin.

"Mau ngomong apa?" Tanya Diba.

"Dib, gue nggak suka basa-basi. Gue minta maaf sama lo soal apapun yang gue lakuin ke lo."

"Apa sih, Fari. Minta maaf kenapa?"

Kenapa Diba kaya gini? Kenapa dia nggak marah aja ke gue? Kenapa dia malah natap gue dengan sorot mata tulus dan penuh binar kaya gitu?

"Maaf karena nggak jujur dari awal kalau gue udah ada cewek."

Adiba senyum ke gue. "Mau kamu ada pacar atau enggak, kayaknya nggak terlalu penting juga buat kamu bilang sama aku. Kita cuma temen, Ri."

"Tapi gue udah buat lo sakit hati." Kata gue lagi.

"Ini bukan salah kamu. Ini adalah pilihan aku sendiri. Sejak awal emang aku aja yang keras kepala." Jawab Adiba masih mencoba tenang. Kaya seolah-olah dia nggak ada masalah sama sekali.

"Kamu nggak perlu kaya gini Fari, aku nggak suka." Kata Diba lagi. "Gapapa, perasaan kamu itu urusan kamu, perasaan aku jadi urusanku. Aku nggak mau perasaan aku jadi beban buat kamu."

Sakit hati gue denger Diba bilang kaya gitu. Sampai rasanya gue pengen peluk dia tapi gue masih sadar tempat.

"Sejak awal yang buat patah hati aku ya diriku sendiri." Jeda sejenak. Gue juga nggak bisa jawab ucapan dia.

"Maaf karena aku kamu sama Elsa jadi kaya gini."

"Elsa bilang apa sama lo, Dib? Bilang sama gue."

"Dia nggak bilang apa-apa, Fari. Tapi aku yakin dia sakit hati banget. Pasti dia cemburu, pasti dia salah paham dan ngira kita ada apa-apa. Padahal kita bukan apa-apa. Iya, kan?"

Sekali lagi Diba bohong. Bahkan gue udah denger langsung dari Elsa setelah itu kalau dia marahin Diba. Elsa marah karena nganggep Diba adalah penyebab hubungan gue sama Elsa berakhir.

Terbuat dari apa hati Diba ini?

🌻🌻🌻

Setelah pembicaraan gue sama Diba waktu itu, nggak banyak hal yang berubah. Diba masih baik saat gue tanya kabar dia, tapi dia nggak pernah chat gue duluan kalau gue nggak chat dia.

Bahkan di sekolah dia juga nggak nyapa gue kaya dulu. Dia cuma senyum sekenanya aja. Mungkin, Diba cuma mau nunjukin kalau sebenarnya dia baik-baik aja. Tapi gue yang nggak baik-baik aja.

Waktu itu gue putus sama Elsa sekitar April akhir akhir, terus gue inget tanggal 5 Mei puasa. Iya, hari Minggu 5 Mei 2019 puasa pertama kali.

Sebelum libur awal puasa sekolah gue ngadain kerja bakti. Alasannya, biar kalau pas libur nggak ada sampah atau kotoran di lingkungan sekolah. Biar pada semangat yang kerja bakti, kepala sekolah gue sampai nyewa 5 penjual angkringan buat dibawa ke sekolah. Biar anak-anak bisa makan gratis sepuasnya.

Gue kerja bakti bersihin kelas, kadang juga bantu angkat-angkat meja biar dituker yang lebih bagus. Terus gue lihat Diba lagi nata buku di perpustakaan sama temen-temennya. Sesekali gue lirik dia yang lagi angkatin buku sambil ngobrol sama Lilis.

"Astaghfirullah, jaga mata!" Ibnu geplak kepala gue.

"Sakit, Ib." Kata gue. Ya masalahnya dia mukul nggak cuma bohongan.

Terus Diba noleh karena gue ribut sama Ibnu. Ya, tadinya gue niat nyapa dia tapi si somplak Ibnu malah udah nyeletuk duluan.

"Adiba, semangat kerja bakti. Jangan sampe kecapekan ya. Nanti kalau udah selesai ayo ke angkringan bareng!" Ibnu teriak-teriak sampe dilihat banyak orang. Goblok Ibnu, bisa juga ngomong pelan-pelan, nggak usah kaya lagi di hutan.

Terus Diba ketawa, "iya!" Kata dia. Gatau yang dia iyain apa. Karena buktinya Ibnu sama Diba nggak barengan ke angkringan. Malahan Diba nggak kelihatan pas temen-temen pada makan.

🌻🌻🌻

Tanggal 23 Mei 2019 kan masih puasa ya. Gue Ibnu, Eja, sama Yosan mutusin buat ngabuburit. Singkatnya, karena ada jalan baru yang baru selesai dibangun waktu itu, yang mana bisa dibuat rute dari rumah gue kemudian balik lagi ke rumah. Akhirnya gue sama temen-temen muter-muter kesana.

Sekitar jam 5 gue ada ngechat Diba. Seinget gue, Diba pernah bilang kalau rumahnya di daerah sana.

Gue bilang kalau gue ada di jalan deket rumah dia. Terus dia jawab kalau dia lagi nggak di rumah. Dia lagi di Tetamart, nah ternyata Tetamart yang dimaksud Diba itu Tetamart yang baru aja gue lewatin sama temen-temen.

Rasanya kayak, njirrr ternyata belum diizinkan buat ketemu. Gatau kenapa rasanya kayak nyesel gitu. Padahal kan gue udah sempet lewat tapi nggak mampir tuh Tetamart.

Ya udah akhirnya gue balik pulang. Tapi, gue bersyukur dari situ gue udah mulai coba akrab sama Diba lagi kaya kemarin. Tapi ya gitu, dia masih agak cuek. Bales chat cuma, iyaa, hahaha, Oalah gitu, oke oke. Ya, tapi gapapa sih udah lumayan dari pada nggak komunikasi setiap hari.

Tar dulu, sampai sini dulu ceritanya. Gue mau mandi terus ngabuburit, ya biarpun cuma lewat google map. Soalnya emang virus Corona ini nyuruh kita dirumah aja. Jadi kalian juga jangan keluar rumah dulu kalau nggak ada hal yang penting.

Tetep jaga kesehatan. Oke.


MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang