MOVE ON

6

Gimana kabarnya bos?

Udah siap nemu kejutan belum?

Kalau udah ayok dimulai lagi ceritanya.

Oke, jadi dari mana gue mau mengawali part ini. Rasanya gue nggak mau cerita, tapi karena udah terlanjur nyebur. Ya udah renang aja sekalian.

Waktu itu sekitar awal April tanggal 6 kalau nggak salah. Pokoknya dua Minggu setelah final sepak bola waktu itu, gue jalan sama Elsa.

Ya, terbilang gue sering jalan sama dia, nongkrong ke angkringan sama temen-temen lain. Apa ya, mungkin karena Elsa anak tongkrongan juga gue jadi ngerasa lebih dekat sama dia.

Jujur, semakin hari hati gue makin gak karuan pas sama Elsa. Rasanya deg-degan tapi juga seneng. Dia anaknya gampang akrab sama siapa-siapa.

Sama temen kelas gue aja langsung kenal. Kalau kata Eja sih, "Elsa tiap hari ngechat gue Ri. Nanyain lo doang."

Sebegitu gigihnya dia deketin gue. Ini salah satu perbedaan Elsa sama Diba. Ketika Diba lebih condong ke "minta diperjuangkan" kalau Elsa lebih ke "mau memperjuangkan."

Ya meskipun pantasnya perempuan itu diperjuangkan, tapi gue salut sama usaha Elsa. Jarang-jarang ada perempuan yang kaya gitu.

Makanya pas di angkringan itu gue memberanikan diri. "Sa, mau gak jadi cewek gue?"

Yang mana temen-temen langsung ngeledekin. Angkringan jadi gaduh seketika. Minta ditraktir semua.

"Jangan mau Sa, Fari itu siluman kadal." Celetuk Ibnu antara serius gak serius. Raut wajahnya susah ditebak. Tapi kayaknya dia bercanda sih karena abis itu Ibnu digeplak sama Eja.

"Jangan gagalin acara makan gratis, Ib!"

Temen-temen gue emang gak ada akhlak. Gue yang deg-degan nunggu jawaban Elsa mereka malah sibuk bertengkar. Sampai akhirnya hati gue lega banget pas Elsa jawab. "Iya, Fari."

Tapi lupakan soal jajan gratis dan jawaban Elsa. Karena sekarang yang bikin gue heran Genta yang dari tadi diem langsung pergi gitu aja. Terus dia gumam kecil yang masih bisa gue denger. "Anjing."

Parahnya, gue sempet mikir kalau Genta suka sama Elsa.

🌻🌻🌻

Abis itu sekitar pukul 10 malem gue baru sampai rumah. Setelah nganterin Elsa pulang gue mutusin buat buka hp karena dari tadi nggak sempet main hp.

Ada beberapa chat dari temen sekelas minta tugas, sama ada dua chat dari Adiba. Kaya gini chatnya.

Adiba

Fari, ban motorku bocor nih. Boleh minta tolong buat datang ke pertigaan deket rumah kamu nggak?

Nggak jadi deh, Ri hehehe. Maaf ya ganggu

Seketika gue melotot. Terus ngerasa deg-degan gak karuan. Antara khawatir, bingung, dan menyesal. Semua nyampur jadi satu. Parahnya lagi dia chat gue jam setengah 8 malem.

Makanya buru-buru gue telepon dia. Soalnya gue chat nggak dibalas. Gue nggak mau jadi orang yang nggak bisa ada buat Diba untuk kesekian kalinya.  Ya Allah biarin kali ini aja Fari ada untuk bantuin Diba.

Sampai panggilan ke 10 Diba baru angkat telepon gue. "Iya Fari, ada apa?"

Sialan. Bisa-bisanya dia tanya ada apa.

"Lo di mana? Udah pulang? Sorry gue baru buka hp baru aja." Kata gue ngegas.

"Udah pulang, kok. Tadi dijemput Genta."