INTERLUDE : 14.1

151 12 7
                                    


Mei 2014

Seungcheol memeriksa ponselnya untuk yang keberapa kali hari itu, menaik-turunkan layar ponselnya pada aplikasi messenger menatap salah satu ruang chat yang dari kemarin malam belum digubrisnya. Ada perasaan bersalah pada tatapan matanya, Ia merasa jahat, sebenarnya alasan mengapa Ia tidak menyapa Jihoon terlebih dahulu hari ini adalah sesederhana Ia akan bermain kerumah Jeonghan dan menolak untuk berbohong jika anak itu bertanya

'Hari ini bakal kemana kak?'

Ia takut jika Jihoon mengetahui fakta itu Ia akan meminta untuk bertemu, bukannya tidak ingin bertemu Jihoon, hanya saja jika disana ada Jisoo dan Jeonghan keadaannya akan berbeda. Seungcheol amat menghindari bertemu Jihoon jika disana terdapat orang lain, Ia takut jika orang menyalah artikan hubungannya dengan Jihoon. Anggap Ia jahat, tetapi Ia hanya tidak ingin Jihoon menyalah artikan maksud kedekatan mereka dan menemukan fakta bahwa Seungcheol tidak memandangnya dengan cara yang sama

Tetapi sepertinya hal tersebut sudah terlambat, Seungcheol sudah paham bahwa Jihoon menyukainya dan mencoba menutupinya sebaik yang Ia bisa, tetapi demi apapun, anak itu benar-benar tidak bisa menutupi perasaannya, bak buku yang terbuka mempersilahkan siapapun untuk membaca-setidaknya bagi Seungcheol-. Seungcheol bisa membaca dengan jelas jika Jihoon sedang senang, atau sedih hanya sebatas dari nada bicara ataupun raut wajahnya, entah, menurutnya Jihoon merupakan buku yang terbuka lebar

Dan sekarang Seungcheol hanya bisa memijat dahinya untuk mengurangi frustrasi yang Ia rasakan, bukan, bukannya menjadi third wheel yang mebuatnya frustrasi, tetapi mendengar kedua sahabatnya ini menganalisis kondisi akan kedekatannya dengan Jihoon membuatnya ingin keluar dari ruangan dan pergi sejauh-jauhnya. Ia terlalu lelah untuk menampik segala hal yang Jeonghan layangkan kepadanya mengenai Jihoon, yang jelas-jelas sudah Ia bantah entah berapa kali.

"Wah gila, chatnya tiap hari Soo" ucap Jeonghan membuat Seungcheol memecah lamunannya, menemukan bahwa ponselnya sekarang telah berpindah tangan

"Anjir, balikin Han" ucap Seungcheol mencoba untuk merebut ponselnya

"Gamauu" jawab Jeonghan yang membuat suasana kamar itu persis taman bermain berisikan anak-anak

Jisoo melihat sahabat dan kekasihnya yang sedang kejar-kejaran seperti tokoh-tokoh di film India hanya duduk manis menyaksikan sembari mengomentari. Setelah Jeonghan dan Seungcheol lelah bertingkah seperti anak kecil, pertanyaan pamungkas Jeonghan layangkan selagi meraup udara sebanyak-banyaknya setelah berlarian

"Kalian tuh apasih? Sebenernya-"
"Kaya, gue udah sering nanya, tapi gue selalu ngerasa jawaban lo ga serius gitu. Sebenernya gaperlu gue nyolong hape lo buat tau apa yang kalian omongin, gue pernah baca dari hapenya Jihoon, kalian sama, sama-sama ga masang password di hape, ya jadi gue liat-liat-"
"Tapi yang gue liat kalian lebih dari apa yang lo jelasin ke gue mengenai hubungan kalian, gue pengen jawaban jujur dari lo Cheol, satu supaya gue tau gimana gue bertingkah kalau didepan lo dan Jihoon dan dua biar gue tau lo udah bisa move on, biar gue tenang"

Seungcheol sekarang merasa seperti dalam pengadilan, dibelakang meja terdakwa yang sedang mendengar kesaksian korbannya, Ia menunduk, bingung untuk menjawab apa

"Ya gue sama Jihoon cuman temenan doang, deket, kaya gue sama lo, sama Jisoo" jelas Seungcheol

"Tapi lo pernah suka sama gue" ucap Jeonghan menepis jawaban Seungcheol

"Han jangan tai lah, gausah diungkit-ungkit" sahut Seungcheol

"Gue serius Cheol, maksud gue, dalam hubungan sedekat itu biasanya ada minimal satu orang yang punya perasaan lebih" jelas Jeonghan

"Dan bisa jadi orang itu bukan gue, untuk kasus ini" jawab Seungcheol

Jeonghan menatap Seungcheol nanar

"Kalau Jihoon suka sama lo gimana?"

"Gue gapunya perasaan lebih buat Jihoon, Han" ucap Seungcheol sambil menunduk
"Lo baca chat gue sama Jihoon, lo tau apa yang gue omongin sama dia, lo paham kan kenapa gue nemenin dia? Sesederhana kenapa lo nemenin gue juga, ga lebih" lanjutnya

Setelah itu Jeonghan menatap Seungcheol semakin intense, walaupun terlihat seperti sedang melamun, Ia hanya sedang berpikir

"Lo taukan Jihoon masih minim banget pengetahuan soal suka-sukaan?" Tanya Jeonghan, dibalas anggukan oleh Seungcheol
"Terus kalau dia ngira lo baik ke dia karena lo suka gimana?"

"Nah! Itu yang gue takut Han, gue gamau dia mikir kaya gue ngasih harapan palsu, itu kenapa gue suka menghindari ketemu dia, ketemu dia didepan lo berdua yang ngegodain kami, gue cuman gamau dia nanti sakit hati karena gue engga ngerasain apa yang dia rasain"

"Kalau ternyata dia udah terlanjur suka sama lo gimana Cheol" ini Jisoo yang bertanya

"Gue udah sering ngingetin dia untuk jangan suka sama gue"

"Perasaan ga segampang itu Cheol" bantah Jisoo

"Gue tau, terus gue harus apa?" Tanya Seungcheol menatap dua sahabatnya itu
"Gue gamungkin ninggalin dia, dia lagi kacau-kacaunya, kalau gue tinggalin dia, dia mau cerita ke siapa, gue takut dia kenapa-kenapa, tapi kalau gue lanjutin dia bisa salah kaprah. Gue bingung"

Seungcheol mengacak-acak rambutnya frustrasi

"Lo bisa coba buat suka sama dia? Kata orang suka bisa karena terbiasa" saran Jisoo

"Lo kebanyang ga, dua orang yang sama-saam ga stabil kalau disatuin kaya apa? Gue selama ini mencoba buat menjadi yang stabil di depan dia, tapi sebenarnya gue gaada beda sama dia, gabisa Soo, bisa kacau" bantah Seungcheol

"Berarti cuman masalah lo yang takut buat mencoba" jelas Jeonghan

"Ya, anggap gue pengecut, dan egois, tapi gue gamau hidup gue selamanya berantakan"

"Makasih Cheol udah mau jujur sama kita" ucap Jeonghan

"Kapansi gue pernah boong" jawab Seungcheol, berpindah dari lesehan diatas lantai mendudukan diri diatas sofa dipojok kamar Jeonghan disebelah jendela

Seungcheol meraih ponselnya dan membuka aplikasi kamera untuk merapikan rambutnya, setelah itu Ia memalingkan pandangannya ke jendela, menatap keluar. Ia menoleh hanya untuk menemukan wajah terkejut Jihoon yang bertatap mata dengannya, melihat anak itu tersenyum dan  melambaikan tangan dari kaca jendela kamarnya. Mau tidak mau Seungcheol membalas senyum serta lambaian tangannya, selepas Jihoon memalingkan pandangn Seungcheol dengan segera berpindah tempat, kembali ke tempat sebelum Ia mendudukan diri diatas sofa

"Anjing"

To be Continued

Halo semuanya, ini sebenarnya hanya bagian selingan dimana saya ingin menceritakan sebuah sudut pandang lain, dan yang pertama itu Seungcheol, mungkin beberapa bagian kedepan akan ada bagian yang seperti ini dimana saya menceritakan dari sudut pandang karakter yang jarang saya ambil point of viewnya.
Dan sekali lagi saya ingin meminta maaf jika saya tiba-tiba menghilang tanpa update, karena memang sedang ada kesibukan lain:(, mohon maaf sangat.
Mungkin saya baru bisa update secara teratur setelah akhir Mei selambat-lambatnya, jika sebelum itu saya menemukan waktu kosong dimana saya bisa menulis maka tidak akan selama itu sampai saya bisa menulis bagian yang baru.
Dan juga, cerita ini akan panjang, memang terkesan bertele-tele dan repetitif, tetapi memang tujuan saya seperti itu, saya hanya ingin meceritakan sebuah keseharian,
Untuk itu, terimakasih sudah membaca, dimohon untuk jangan bosan-bosan menunggu update dari saya, dan juga selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan,
Jangan lupa jaga kesehatan semuanya ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEMBALI LAGI [SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang