Menyalahkan Diri

152 15 13
                                    

"Lo harus bangun, Kay! Kita semua nungguin lo di sini," ucap Aksa dengan segala rasa kesedihannya.

Aksa terus mengguncangkan tubuh Kayla yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjang.

Sudah tiga hari Kayla mengalami koma di rumah sakit akibat kejadian beberapa hari lalu. Ya, pisau milik Calvin berhasil menembus tubuh mungil milik Kayla.

"Lo harus tenang, Aksa!" Bryan mencoba menenangkan Aksa. Dia benar-benar sudah kehabisan kata-kata bagaimana caranya membuat Aksa tenang dan berhenti menyalahkan dirinya atas kejadian ini.

Dengan cepat Bryan membawa Aksa keluar dari ruangan Kayla sebelum perawat melihat dan mengusirnya karena sudah masuk tanpa se-izin mereka.

Tentu saja ruangan Kayla masih belum boleh di kunjungi karena keadaanya yang masih tidak memungkinkan itu.

Aksa benar-benar frustasi. Dia tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Hatinya selalu sakit melihat Kayla yang terbaring lemah di sana.

"Gue nggak akan maafin diri gue kalau sampai Kayla kenapa-kenapa." Aksa menyadarkan tubuhnya pada dinding. Seluruh tenaganya dan semangatnya mendadak hilang sejak beberapa hari lalu.

"Ini bukan salah lo," ujar Ana di sela isakannya.

Aksa tersenyum penuh luka. "Udah jelas-jelas ini semua salah gue. Coba aja gue datang lebih cepat, pasti Kayla nggak bakalan kayak gini."

"Lo pikir cuma lo doang yang sedih ngeliat Kayla kayak gitu? Kita juga, Sa! Gue benar-benar ngerasa nggak berguna sebagai sahabat karena nggak bisa jagain dia!" Mia emosi, sedikit muak melihat Aksa dengan segala keegoisannya.

"Seharusnya lo bersyukur masih datang walaupun telat. Bayangin kalau lo nggak datang sama sekali," lanjut Mia mencoba menyadarkan Aksa bahwa yang dilakukannya itu sudah benar.

Ana membawa Mia duduk pada kursi panjang yang sudah di sediakan, sedangkan Aksa masih terdiam di tempat.

Saat ini hanya ada Aksa, Bryan, Ana, dan Mia saja di rumah sakit. Sedangkan teman-temannya Aksa yang lain sedang sibuk mencari di mana  keberadaan Calvin.

Calvin lolos. Dia berhasil melarikan diri setelah melakukan perbuatannya yang kejam terhadap Kayla.

Saat itu Aksa benar-benar tidak memikirkan Calvin, seluruh perhatiannya hanya tertuju pada Kayla yang sudah terjatuh di lantai dengan darah segar yang keluar dari bagian perutnya.

Hanya Bryan yang mencoba menangkap Calvin saat itu. Sayangnya, Bryan tidak berhasil menangkap Calvin karena tiba-tiba, temannya datang dan membantu Calvin melarikan diri.

Sempat terjadi perkelahian di antara Bryan dan Calvin, tetapi lagi-lagi Bryan kalah karena harus melawan empat orang sekaligus.

"Lo kenapa?" tanya Mia bingung saat melihat ekspresi wajah Ana yang terlihat sangat kesal. Mia berpikir, bahwa Ana sedang chattingan dengan Aldi.

"Gue habis ngehubungin tante Arlin," jawab Ana kesal.

"Gue udah nggak ngerti lagi sama jalan pikirannya tante Arlin, bisa-bisanya dia nggak ada di waktu anaknya lagi koma kayak gini." Ana meremas ponselnya, menyalurkan segala kekesalannya terhadap Arlin.

Bukan hanya Ana, Mia dan yang lainnya pun merasakan hal yang sama. Mereka berdua terus menghubungi mamanya Kayla, berharap dia bisa datang dan memberikan kekuatan kepada anaknya yang tengah berjuang untuk hidup. Tetapi apa? Arlin bahkan tidak membalas satu pesan pun dari mereka.

Mia menghela napasnya dengan pasrah. "Gue nggak bisa bayangin gimana jadi Kayla, kasihan dia."

Selang beberapa menit seorang dokter bersama dua perawat datang, mereka bertiga mulai memasuki ruangan Kayla.

Hal itu membuat ke empat orang itu sontak berdiri, mereka tidak sabar menunggu kabar dari dokter tentang perkembangan kondisi Kayla.

"Gimana kondisinya Kayla sekarang, Dok?" tanya Aksa cemas setelah dokter keluar dari ruangan Kayla.

"Karena lukanya terlalu dalam, maka proses mengeringnya membutuhkan waktu yang lumayan lama," jawab Dokter.

Aksa mengepalkan tangannya erat. 'karena lukanya terlalu dalam' sial!! Ucapan Dokter itu membuat Aksa kembali teringat akan Calvin. Aksa melihatnya. Dia melihat dengan jelas bagaimana kejamnya Calvin menancapkan pisau itu di perut Kayla.

Aksa bersumpah, dia akan menghabisi Calvin nantinya.

Jawaban dari Dokter itu kembali membuat mereka semua melemas, bukan kabar seperti ini yang mereka mau, mereka hanya ingin mendengar kabar baik tentang Kayla.

"Kalian tenang saja, walaupun begitu lukanya pasti akan sembuh. Saya sudah memberikan obatnya, biarkan pasien istirahat. Kalau begitu saya pamit ke ruangan saya."

"Terima kasih, Dok."

Suara dering di teleponnya membuat Bryan menjauh dari sana, dia ingin mengangkat sebuah panggilan masuk dari Aldi dengan tenang.

"Hallo, Di, gimana?"

"Calvin kabur ke luar negeri."

"Kok bisa?!!"

"Ceritanya panjang, nanti gue cerita di basecamp."

"Oke, gue ke sana sekarang!!"

Tut tut!!!

"Kenapa?" Bryan terkejut ketika melihat Aksa yang tiba-tiba berada di belakangnya.

"Nggak ada apa-apa, gue mau balik dulu ya sebentar." Bryan ingin pergi namun Aksa menahannya.

"Nggak usah bohong! Jadi, di mana si berengsek itu?!!"

Bola mata Bryan bergerak ke sana kemari mencari alasan, dia tidak mungkin memberi tahu Aksa tentang kabar yang barusan di dapatkannya. Tetapi rasanya percuma, Bryan tidak akan mungkin menutupinya dari Aksa.

"Calvin kabur ke luar negeri."

Aksa tersenyum remeh mendengarnya. "Ke mana pun lo pergi gue pasti akan ngehabisin lo, sialan!!"

TO BE CONTINUED...

Maaf banget lama, karena pekerjaan jadi baru sempet up sekarang🙏😊

Vote dan komen dulu yuks!😘



❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang