Sebuah Pernyataan

162 10 6
                                    

"Lo ngapain di sini?" tanya seorang perempuan yang berada di kursi roda.

Aksa bergeming. Matanya menatap keseluruhan tubuh perempuan itu dengan sangat teliti.

Aksa benar-benar merasa terkejut. Bagaimana mungkin ada Kayla di hadapannya saat ini?

Bukankah...???

Apakah Aksa hanya berhalusinasi?

Tidak! Ini nyata. Kayla benar-benar ada di hadapannya. Ia sehat.

"Aksa, lo ngapain di sini?" tanya Kayla mengulangi. Ya, perempuan yang duduk di kursi roda itu adalah Kayla.

Aksa tersadar, ia mengerjapkan matanya.

"Lo beneran Kayla, kan?" tanya Aksa memastikan.

Kayla mengangguk membenarkan.

"Lo masih hidup?" Aksa berjalan ke arah Kayla.

Di tanya seperti itu membuat Kayla merasa sedih. "Lo nyumpahin gue mati?" Kayla memasang raut wajah sedih.

Bukannya merasa bersalah, Aksa justru tersenyum. Kelakuan Kayla yang seperti itu membuatnya terlihat sangat menggemaskan di mata Aksa.

Sampai akhirnya Aksa tidak bisa menahan kebahagiaannya, saat itu juga Aksa langsung memeluk tubuh Kayla dengan sangat erat hingga membuat Kayla sedikit merasa sesak.

"Mph! Aksa! Lepasin!" menyadari bahwa Kayla merasa sesak, Aksa pun merenggangkan pelukannya. Ia tidak berniat untuk melepaskannya. Berada di pelukan Kayla membuat Aksa merasa nyaman.

"Lo kenapa, sih?? Aneh banget?" pertanyaan Kayla barusan berhasil membuat Kayla melepaskan pelukannya. Seketika ia tersadar akan sesuatu.

Bryan!

"Bryan sama yang lain ke mana?"

Kayla mengedikkan bahunya. "Tadi gue di antar sama Bryan ke sini, habis itu dia pergi nggak tau ke mana."

Ternyata ini semua memang sengaja mereka lakukan. Lihat saja, Aksa akan memberi perhitungan kepada mereka semua yang sudah berani mengerjainya.

"Kenapa?" tanya Kayla yang di jawab dengan gelengan kepala.

Dengan segera Aksa membawa Kayla keluar dari ruangan itu. Mereka baru tersadar jika sedari tadi sedang berada di ruang jenazah.

Namun saat hendak membuka pintu, Gilang dan Farel muncul dengan tiba-tiba membuat Kayla dan juga Aksa seketika terkejut.

Gilang dan Farel juga tidak kalah terkejut, mereka saling bertukar pandangan.

Hingga beberapa detik kemudian...

"S-setan!!!" Baik Gilang maupun Farel berlari dengan sangat kencang hingga nyaris menabrak seorang suster yang sedang berjalan.

Tentu saja hal itu membuat Aksa dan juga Kayla tertawa karena merasa lucu melihat tingkah konyol temannya itu.

"Kenapa sih? Kok pada ngira gue udah meninggal? Apa jangan-jangan gue habis mati suri ya?" pertanyaan Kayla semakin membuat Aksa tertawa, ingin sekali rasanya ia mencubit pipi Kayla dengan sangat kencang karena saking gemasnya.

"Aksa! Kok lo malah ketawa, sih,?!!"

"Nanti gue ceritain," ucap Aksa di sela tawanya, ia pun melanjutkan untuk keluar dan berjalan membawa Kayla ke taman yang berada di belakang rumah sakit ini.

Saat Aksa sedang mendorong kursi roda yang sedang Kayla duduki, tiba-tiba saja Kayla mendongakkan sedikit kepalanya hingga bisa melihat wajah Aksa dengan jelas dari bawah.

"Kenapa?" tanya Aksa saat menyadari Kayla memerhatikannya.

Kayla hanya menggeleng. Ia kembali menatap ke arah depan.

*****

Saat ini Aksa dan Kayla sudah sampai di taman belakang rumah sakit. Setelah Aksa membantu memindahkan Kayla ke kursi panjang, ia pun ikut duduk di sebelah Kayla, namun sudah beberapa detik kemudian tidak ada yang membuka suara satu pun.

Mereka berdua terhanyut oleh pikirannya masing-masing.

"Gimana keadaan lo sekarang?" sampai akhirnya, Aksa pun membuka obrolan terlebih dahulu.

"Gue.... Gue minta maaf." namun tiba-tiba saja suara Kayla terdengar seperti bergemetar. Kayla menangis.

Hal itu membuat Aksa menjadi panik dan juga bingung secara tiba-tiba. Apakah ada yang salah dari pertanyaan yang Aksa berikan??

"Lo enggak seharusnya di sini. Seharusnya lo benci sama gue, karena gue enggak pernah percaya sama lo. Gue enggak pantes lo perlakuin baik kayak gini." suara tangis Kayla semakin pecah. Ia menyatakan semua keganjalan di hatinya.

Kayla merasa bersalah. Mengingat bagaimana dirinya membela Calvin habis-habisan dan membenci Aksa yang ternyata memang benar ucapannya.

Kayla merasa tidak pantas masih di perlakukan dengan baik oleh Aksa.

Kayla masih terisak. Dengan santai, Aksa pun membawa Kayla ke dalam pelukannya.

Tentu saja Kayla menghindar, namun Aksa justru semakin kuat memeluknya membuat Kayla pasrah dan mau tidak mau menjadi menangis di dekapan Aksa.

Namun bukannya tenang, Kayla justru semakin terisak saat Aksa memeluknya. Ia menumpahkan segala kesedihannya di sana.

Nyaman. Itulah yang Kayla rasakan saat ini.

"Maafin gue," ucap Kayla di sela isakannya.

Aksa tidak menjawab. Tangan kanannya sibuk mengelus rambut Kayla dengan begitu lembut.

"Kenapa lo enggak benci sama gue? Seharusnya lo —"

Cup.

Perkataan Kayla sontak berhenti. Ia merasa jantungnya hampir saja loncat dari tempatnya saat Aksa tiba-tiba mencium puncak kepalanya.

"Gue enggak mau lo nyalahin diri lo sendiri lagi. Gue sayang sama lo."

*****

TO BE CONTINUED...

VOTE DAN KOMEN DULU YUKS😂❤




❤️KAYSA♥️[ Revisi Setelah Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang