I.Waktu terbaik

13 2 0
                                        

Dikota sederhana berjuta cerita ini ada banyak sekali orang yang berhasil menemukan hal indah setiap harinya, Mereka menyebutnya waktu terbaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dikota sederhana berjuta cerita ini ada banyak sekali orang yang berhasil menemukan hal indah setiap harinya, Mereka menyebutnya waktu terbaik.

Ada yang bilang suatu hari kita akan menemukan seseorang yang untuk beberapa hal tidak bisa di jelaskan alasannya. Entah itu karena keberuntungan atau bahkan kebetulan,gue sendiri gak pernah tahu karena nyatanya gue gak pernah merasakan waktu terbaik yang ramai orang-orang bicarakan.

Sejauh ini hidup gue masih seperti biasanya.pergi pagi pulang sore dari kampus,jadi rasanya gak aneh kalo sampai sekarang gue masih sendiri padahal udah hampir dua tahun gue menjadi mahasiswi. Maunya sih gue juga kayak orang-orang yang sambil menyelam minum air, kuliah maju pacar dapet satu. Tapi kayaknya itu terlalu mustahil buat gue yang socializy nya lemah banget,terbukti dengan gue yang lebih sering duduk sendiri di bandingkan berbagi dengan orang lain.

Sebenarnya setiap hari juga selalu seperti itu maka dari itu tidak usah terlalu di pedulikan,karena pada dasarnya gue gak terlalu peduli terhadap apapun. Gue menghela napas lalu memasukan sepasang earphone pada telinga kiri dan kanan gue,tatapan gue lurus melihat supir yang sudah tidak muda lagi. Di usianya yang hampir memasuki masa tua,dia masih sibuk-sibuknya bekerja karena paham atas kebutuhan keluarganya.

Ngomong-ngomong bapak juga seorang supir,gue gak tahu lagi kenapa pikiran gue bisa terhubung begitu aja ke bapak padahal gue gak terlalu dekat sama beliau.Tapi sedikit gue cerita, bapak itu adalah satu dari banyaknya laki-laki yang sayang sama putrinya. Gue?bukan. Putrinya dari istri barunya tentunya,semenjak bapak sama ibu pisah gak ada bapak yang selalu ngusak rambut gue atau bahkan meluk gue sampai akhirnya gue sesak. Dan itu adalah satu dari beberapa alasan kenapa gue memutuskan untuk pergi kuliah di jatinangor.

Bapak sama ibu samping gue awalnya nolak mentah-mentah,mereka melarang bahkan sampai jadi tim kontra gue saat gue bilang kalo gue keterima di salah satu universitas yang ada di Jatinangor.memikirkan bagaimana tindak kejahatan yang bisa saja terjadi pada gue karena jauh dari orang tua ternyata menjadi kekhawatiran mereka,perasaan gue tiba-tiba hangat karena perhatian sekecil itu yang hampir membuat gue terpana beberapa waktu sampai akhirnya perkataan telak bapak mulai membuat gue berpikir dua kali untuk tinggal lagi sama mereka.

Bapak bersikukuh nahan gue karena bapak tahu bapak gak bakalan kuat buat ngebiayain gue, dan tanpa bapak harus susah-susah buat ngejelasinnya gue udah paham lebih dulu . Gue juga gak berniat untuk membebankan segalanya ke bapak,gue tahu gue bukan anak yang berasal dari keluarga berada jadi gue berusaha memikirkan cara supaya gue bisa tanpa harus merepotkan mereka. Melalui beasiswa penuh yang di tawarkan suatu yayasan saat gue masih SMA gue keterima di salah satu universitas yang ada di Jatinangor.

Lamunan gue seketika buyar bertepatan dengan seseorang yang duduk di kursi penumpang yang biasanya kosong di sebelah gue. Seorang laki-laki dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya itu terlihat sedang sibuk mengotak-atik kamera yang ada di pangkuannya,topi hitam yang di pakai untuk menutupi rambut hitamnya tidak menjadi pengganggu untuknya.Sekilas gue melirik ke arahnya tepat saat laki-laki ini juga melirik ke arah gue, gue menganggukan kepala kecil sambil tersenyum tipis seraya menyembunyikan rasa canggung saat tatapan kami bertemu.

Jasa RaharjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang