VII. Harap waktu

0 1 1
                                    


Jika di tanya apa gue terbiasa dengan kehadiran Raharja sekarang ini, gue tentu akan menjawab tidak.

Jika di tanya apa gue terbiasa dengan segala kebaikan Raharja yang bisa saja gue salah mengartikan kebaikannya ,gue juga akan menjawab tidak.

Meskipun sebenarnya kehadiran Raharja tidak terlalu dominan sekarang tapi gue gak menjamin nantinya. Untuk gue yang biasa kemana-mana seorang diri,sosok Raharja tentu saja selalu bisa mengganti kekosongan saat gue merasa seorang diri.

Seperti sekarang ini,di samping gue sudah ada Raharja yang sibuk menggerutu di balik setirnya. Raharja gak berhenti mengomeli gue karena katanya gue ceroboh suka menanti-nantikan tugas sehingga sekarang gue harus mencari-cari bahan yang gue butuhin buat pratikum besok.Gue sama sekali gak meminta atau bahkan menyuruhnya untuk ikut mencari bahan tersebut, ini pure karena dirinya sendiri yang menawarkan diri . Tapi ketika bahan yang gue butuhin belum ketemu dia malah sibuk mengomel sambil menyalahkan jika gue ceroboh lah ,gak inget tugas lah, keasikan sendiri sama semua kata-kata pedes lainnya.

Raharja dan mulut pedasnya. Ah mantap.

"Segitu susah nya apa minta tolong sama gue sedari siang?"diam. Gue memilih diam tanpa menghiraukan Raharja yang sibuk menatap gue dengan kesal, padahal gue aja yang punya tugasnya biasa aja .

"Re"

"Iya apa?"

"Kenapa gak bilang,lo pikir gue gak bakalan bantuin lo buat nyari tikusnya?"

Iya,sekarang gue malem-malem kedinginan cuma buat nyari hal kecil semacam tikus yang biasanya di jual di perapatan. Gue kalem aja tanpa mikir kalo bisa saja tempat jualnya tutup karena sekarang Musim hujan dan ternyata hal itu gak meleset sama sekali karena tempat jualnya tutup dan itu yang menyebabkan sekarang Raharja uring-uringan sedangkan gue ketenangan.

Besok gue ada pratikum patologi,gue gak tahu pasti apa hal yang gue lakukan tapi yang jelas gue di suruh membawa tikus entah untuk apa. Kasian sih ,tapi mau bagaimana lagi gue juga gak berdaya . Nasib gue ada di ujung tanduk asdos.

"Bukan gitu ja. Yakali hal kecil gini gue harus bilang sama lo terus minta bantuan lo?"gue gak mau. Gila aja cuma hal sekecil gue nyari tikus gue harus bilang ke Raharja yang notabenenya cuma sekedar teman. Apa kata semesta?

"Terus lo malem-malem keperapatan sendirian mana lagi hujan,lo gak mikir gimana bahayanya itu? Masih untung gue keluar buat ketemu sama ambar" mata gue seketika terbuka,gue menoleh ke samping dimana Raharja masih menatap gue dengan tatapan kesalnya. Gue gak peduli dengan tatapan itu,yang kini gue cari adalah sebuah pembenaran tentang kenapa Raharja harus bertemu dengan Ambar malam-malam seperti ini.

Apa ada hal yang sangat serius?

Tidak bisa di katakan besok pagi?

Atau —

Kenapa gue harus peduli?

"Gue males minta tolong sama Raharja yang mulutnya nyerocos kayak emak-emak" gue kembali menutup mata gue , berpura-pura tertidur sembari menenangkan pikiran gue yang memberontak meminta pernyataan lebih lanjut kenapa Raharja bertemu dengan ambar malam-malam.

"Terserah"

Setelah itu gue memilih tidak menjawab,sibuk dengan pikiran gue ketika merasa mobil raharja kembali melaju.

"..ja"

"Apa kenapa? Gue gak ngapa-ngapain sama ambar.dia minta tolong udah gitu aja"

Giliran gue yang memutar bola mata gue ,malas "ya siapa juga yang mau tahu urusan lo?gue gak peduli"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jasa RaharjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang