II. jalan waktu

6 1 0
                                        

Bayangan tentang bagaimana tenangnya gue yang bisa beristirahat dengan nyaman semalaman tiba-tiba lenyap begitu saja ketika gue membuka isi tottebag gue yang ternyata isinya bukan punya gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangan tentang bagaimana tenangnya gue yang bisa beristirahat dengan nyaman semalaman tiba-tiba lenyap begitu saja ketika gue membuka isi tottebag gue yang ternyata isinya bukan punya gue. Ini tottebag gue ketuker sama punyanya si akang tadi.

Gimana mungkin tottebag yang berisi peralatan praktek bisa secepat kilat berubah menjadi hoodie hitam yang demi apapun aromanya bisa bikin gue kecanduan. Gue memejamkan mata gue, rasanya bingung banget. Kepala gue udah mau pecah aja saat melirik jam yang udah menunjukan pukul setengah delapan, setengah jam lagi gue berangkat ke kampus sedangkan gue masih mendekam di dalam kamar mikirin gimana caranya barang gue balik sedangkan gue gatau nama sama bentukan wajah si akang yang kemarin duduk di samping gue.

Lain kali gue emang harus mempertimbangkan usulan fadia supaya mengganti tottebag murah diskonan di Oren dengan karung goni supaya kejadian kayak gini gak lagi-lagi terjadi. Tapi sebenarnya kejadian kayak gini juga gak pernah gue alami ,ini baru pertama kalinya dan pihak yang patut di salahkan dalam hal ini adalah si akang kemarin.

Gue berdecak sebal,meskipun keadaan gue lagi bingung gue masih inget mandi sama siap-siap. Maka dari itu sekarang gue memutuskan untuk pergi berangkat daripada telat,rasa hangat mulai menjalari kulit gue saat gue mulai melangkah menuju ke halte bus . Karena jam juga masih menunjukkan waktu pagi matahari disini gak terlalu beringas jika dibandingkan dengan siang hari ketika matahari tengah terang-terangnya,rasanya buat buka mata aja susah . Jatinangor udah mirip gurun Sahara kalo siang hari.

Sekitar sepuluh menit akhirnya bus yang gue tunggu udah kelihatan hilalnya,dengan tangan yang menenteng tottebag gue masuk ke dalam bus lalu duduk di kursi keempat dari deretan pertama. Iya, gue memutuskan untuk membawa tottebag ini . Karena kalau dipikir lagi,bisa jadi orang yang kemarin balik lagi naik bus jadi gue bisa balikin barangnya terus minta balik barang gue. Meskipun gue gak pernah tahu gue bakalan ketemu lagi atau enggak seenggaknya gue udah berusaha.

"Raridu Kitu ,dya" bertepatan saat gue turun dari bus gue udah di sambut oleh julidan gak bermanfaat dari teman sekelas gue. Perempuan berambut sebahu itu liatin gue sambil geleng-geleng kepala.

"Bukan mau" jawab gue sambil lalu. Gue mulai mensejajarkan langkah gue dengan fayza yang udah lebih dulu sampai di sini mengingat rumahnya sama kampus terbilang cukup deket.

Berbeda dengan gue yang ngekost, Fayza ini orang jatinangor asli. Dari a-z dia hafal tentang pernangoran.maka dari itu sesekali gue juga suka di ajak kesana-kemari menjelajahi nangor di kala kita semua lagi butuh healing karena tugas yang sakaeling.

"Perasaan gak ada praktek, kenapa bawa tottebag?"

"Emang gak ada, tottebag gue ketuker" bisa gue liat Fayza mengernyit,gue gak berniat membahas hal ini lebih lanjut kalau aja fadia gak tanya tentang itu ini. Sambil mendengarkan celotehan nya,langkah kaki gue sama Fadia pelan-pelan mulai mendekat menuju kelas.

Jasa RaharjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang