VI.Restu waktu

0 1 0
                                    

Lindap yang semakin menggelap diiringi dengan angin yang berhembus kencang mampu membuat gue yang sedang duduk bersedekap tangan di kursi bergidik karena kedinginan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lindap yang semakin menggelap diiringi dengan angin yang berhembus kencang mampu membuat gue yang sedang duduk bersedekap tangan di kursi bergidik karena kedinginan.

Di depan gue ada Raharja yang baru saja tiba setelah beberapa menit lalu turun ke bawah untuk memesan makanan. Gue sempat menolak untuk makan disini,karena kesepakatan gue sama raharja hanya minum tapi Raharja malah kekeuh memesan makanan yang bukan hanya untuknya tapi untuk gue juga. Tentu saja gue menolak mentah-mentah lagipula kan niat gue menyetujui ajakan Raharja pulang karena merasa tidak enak setelah melihat raut wajahnya. Gue yakin Raharja ingin mengatakan sesuatu tapi mungkin sulit karena waktu dan tempatnya tidak memungkinkan.

Aneh memang, tapi memang itu nyatanya.

Bukannya gue merasa sudah dekat karena Raharja mengajak gue pulang bersama atau bahkan makan bersama seperti sekarang. Tapi karena gue adalah manusia yang kadang merasa jika orang yang di hadapan gue juga membutuhkan teman cerita. Gue sadar jika Raharja juga merasa demikian,kita baru mengenal beberapa hari itupun karena ketidaksengajaan tetapi bukankah tidak ada batasan dalam hal bercerita atau bahkan menumpahkan segala keluh kesah kita?

Raharja memang mempunyai teman seperti jilsan dan juga Hamdi ,tapi belum tentu Raharja nyaman atau bahkan bisa menceritakan segala hal yang terjadi padanya. Meskipun Raharja adalah seorang laki-laki tapi tetap saja mungkin dia juga adalah tipe pemilih.

Memilih untuk bercerita dan memilah kepada siapa dirinya harus bercerita.

Sama seperti gue yang memilih untuk menyimpan rapat segala hal yang terjadi dalam keluarga gue, bukan karena gue nggak percaya Fayza tapi karena gue rasa ini bukan sesuatu yang penting untuk di ceritakan meskipun suatu hari nanti akan ada saatnya gue lemah dan memilih menyerah.

Raharja menautkan tangannya lalu menaruhnya di atas meja"makanan disini enak,lo pasti suka"

"Gue gak yakin. Enak buat lo bukan berarti enak buat gue,lagipula selera kita bisa jadi beda"

"Asin manis"

Seketika gue mengernyit "gue suka asin sama manis,tapi kalo manisnya keterlaluan gue gak suka"Lanjut Raharja yang membuat gue tertawa.

Gue berdecak pelan"kalo gitu sayang banget.."satu alis Raharja terangkat"gue harus bilang kalo selera kita sama"

Raharja menjentikan jarinya"udah gue duga,kita pasti banyak punya kesamaan. Entah dari segi makanan atau—" Ucapan Raharja terhenti ketika seorang laki-laki berpakaian rapi mulai menyimpan beberapa makanan di atas meja kami.

"Atau?" Tanya gue mencoba memulai kembali perkataan raharja yang sempat terpotong.

"Gak ada,lupain"

Gue menghela napas gue pelan lalu menyandarkan kembali punggung gue pada kursi. Gue benar-benar penasaran saat raharja mengatakan hal yang menggantung beberapa saat lalu. Tapi saat gue kembali bertanya,dia malah menolak untuk kembali melanjutkan perkataannya,apa yang bisa gue perbuat selain mengangguk.

Jasa RaharjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang