six

3.4K 251 22
                                    

Silahkan membaca

Jangan lupa ⭐💬

📍

📍

"Gila, hari ini ada pelajrannya agus ya? Gue belum ngerjain tugasnya anjing." ucap Daniel. Leona yang disebelahnya memberikan buku tugasnya kepada Daniel dan diterima dengan tulus oleh Daniel.

"Maakaci ayang." Daniel mengusak rambut Leona. Tanpa disadari ada yang baper karena kelakuannya.

"Ck, katanya cuma sahabat. Kok sayang sayangan." sindir Vania. Daniel menoleh dan menatap sinis Vania.

"Katanya udah mantan, kok masih gamon." timpal Daniel. Vania menendang kursi Daniel yang ada di depannya. Deolinda meringis pelan melihat keributan disampingnya.

"Halo epribadeh. Pak agus komembek." Pa Agus datang dan duduk. Daniel masih santai mencontek pekerjaan Leona.

"Hai pak agus!" sorak seisi kelas.

"Jadi kita belajar apa hari ini."

"Belajar mapel bapak lah." timpal Rizky.

"Oh iya, mapel saya apa?"

"Matematika, pak."

"Yasudah, mari kita buka eits. Saya hampir lupa, bukannya kemarin ada tugas? Kumpulkan sekarang. Yang tidak mengumpulkan lari 10× di lapangan." titah pak Agus. Semua pun berbondong bondong mengumpulkannya. Daniel yang sudah ketahuan menyontek akhirnya disuruh lari.

"Van, lo gak ngerjain?" tanya Deolinda saat melihat Vania yang menatap kosong buku tulis matenya.

Vania menggeleng. "Lari deh." gumam Vania.

Ada 5 orang anak yang belum mengumpulkan. Diantaranya, Rizky, Bagas, Vania, Lala, dan Daniel.

Akhirnya mereka berlima berlari di lapangan. Walaupun cuaca lagi panas panasnya.

👟👟

"Gini nih, punya guru serandom agus." gumam Rizky. Bagas yang sedari tadi mengatur napasnya mulai berjalan menjauhi lapangan. Sedari tadi Bagas memang menahan kencingnya. Jadi maklum dia meninggalkan temannya.

"Padahal dia guru penjas. Malah katanya dia guru mate." timpal Daniel.

"Siapa yang ngomong dia guru mate coba." sewot Lala.

"Gue sih, berarti ini salah gue. Akhhhh." Rizky menjambak rambutnya frustasi. Seharusnya dia tidak berbicara seperti itu. Bisa dilihat siapa yang random disini.

"Iky bego sih." ucap Daniel seraya mengipaskan tangannya.

"Capenya. Panas lagi. Pulangnya kapan?" Vania berbicara sambil mengadah. Keringatnya bercucuran. Dia sudah lama sekali tak olahraga. Sekali olahraga badannya remuk.

"Bentar lagi. Ini masih jam ke tujuh. Kurang jam ke delapan. Apa kita bolos aja ya?" Vania memutar bola matanya malas. Ia tahu tabiat Daniel. Suka membolos.

"Nih." tiba tiba tangan seorang pria terulur memberi sebotol minuman Air dingin. Vania menerimanya dengan senang hati.

"Makasih, jef." Jeffrie hanya tersenyum tipis. Satu satunya hobi Jeffrie sekarang adalah memandangi Vania. Jika seandainya Jeffrie seperti itu saat pacaran mungkin Vania akan baper. Berbeda dengan sekarang, ia hanya merasa biasa. Jeffrie sendiri menyesal dulu telah menyia nyiakan Vania.

"Ada orang disini. Mohon pengertiannya." timpal Daniel. Jeffrie langsung menatap tajam Daniel.

"Dah yuk, ke kelas." ajak Lala. Rizky, Daniel dan Lala beranjak. Vania dan Jeffrie masih duduk di tepi lapangan. Jika Vania sudah kembali bersama teman temannya mungkin Jeffrie akan melakukan hal yang sama. Tapi karena Vania masih disini ia akan menemani gadis itu.

"Lo, pacaran sama Sarah?" pertanyaan Vajia mengundang kerutan di dahi Jeffrie. Jefrrie menatap Vania lekat.

"Nggak." Vania mengangguk dan menunduk.

"Bagus. Setidaknya cari level yang beda. Jangan sesama murahan." Vania langsung beridri dan pergi. Jeffrie hanya menatap sendu punggung Vania yang kini kian menjauh.

"Aku harus apa biar kamu maafin aku!" ucap Jeffrie dengan lantang. Vania berhenti dan menoleh.

"Orang yang bener bener serius pasti tau apa yang mau dia lakuin buat orang yang dia sayangi. Paham?" tanpa disadari setetes air mata jatuh mengenai pipi Jeffrie.

Vania melenggang pergi meninggalkan Jeffrie yang merenung. Jeffrie akan lebih berusaha lagi mendapatkan Vania apapun caranya. Itu tekad jeffrie.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang