fourteen

2.3K 172 15
                                    

Silahkan membaca

Jangan lupa ⭐💬

📍

📍

Vania sedang tidak mood untuk melakukan sesuatu. Itu karena kemarin setelah mendapat kabar dari Fahmi tentang Keano, Vania justru dirundung rasa bersalah. Seharusnya kemarin Vania tidak men-silent ponselnya.

Saat pulang, Vania mendapat beberapa pertanyaan dari ayahnya mengapa tidak membalas pesannya dan tidak mengangkat telfonnya. Vania jujur, jika ia bermain kerumah Jeffrie.

Untung Fahmi tidak terlalu marah padanya. Yang menjadi titik bersalahnya adalah, dimana Keano mencarinya tapi Vania tidak ada. Dan ternyata Keano sakit. Keano ingin ditemani Vania. Tetapi ya itu Vania tidak ada.

Di kelas pun Vania menidurkan diri di bangkunya. Daniel yang biasanya menjahili jadi tidak berani. Vania saat ini seperti singa yang ingin mencari mangsa.

"Van?" Deolinda akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Vania menjawabnya dengan gumaman.

"Itu, pr lo udah?" sebenarnya itu hanya basa basi agar Vania tidak terlalu bermalas malasan.

Vania menegakkan tubuhnya. "Gaada pr." Deolinda merutuki kebodohannya. Bertanya tidak dipikir pikir dahulu.

Vania berdiri dan melenggang pergi. Daniel dan Leona sontak menoleh ke arah Deolinda. Deolinda mengangkat bahunya pertanda tidak tahu apa yang terjadi dengan Vania.

Di toilet Vania mebasuh wajahnya. Dan tak sadar ada Sarah yang berada di belakangnya. Vania menatap cermin di depannya dan melihat wajah Sarah. Entah apa yang akan dilakukan wanita ular itu.

"Ngapain lo disitu. jadi kunti?" Sarah masih diam. Vania bergidik ngeri. Apakah indra keenamnya terbuka? Apakah itu hantu beneran?

"Maaf kak." setelah Sarah berucap, Vania dipukul dari belakang. Vania tak sadarkan diri. Lalu Vania dibawa oleh orang suruhan Sarah. Sarah tersenyum licik.

👟👟

Hari sudah sore, Deolinda, Daniel, Leona, dan Rizky sedang keliling mencari Vania. Ponsel Vania juga tidak aktif.

"Dia udah pulang kali." ujar Rizky seraya menguap. Jika tidak diajak Daniel mana mau dia ikut mencari Vania.

"Bego banget sih. Kalau udah pulang, ngapain tas nya masih di sekolah? Ngotak dikit lah ky." Leona berujar.

Semuanya mengangguk. Tiba tiba geng Jeffrie keluar. Deolinda langsung memanggil Ando.

"Biii!" Ando menoleh dan mendapati kekasihnya berlari ke arahnya.

"Ck, bucin." sindir Andreas.

Deolinda langsung berdiri di hadapan Ando. Wajahnya terlihat khawatir. Jeffrie sedari tadi fokus mencari keberadaan Vania namun nihil gadis itu tidak ada.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Ando. Deolinda mengangguk. Lalu Deolinda melirik Jeffrie dan tepat saat itu Jeffrie juga menatap Deolinda dengan raut yang tidak bisa diartikan.

"I-itu, Vania, Vania-"

"Vania kenapa?!" sewot Andreas. Sontak semua yang ada disana menoleh menatap heran Andreas. Kenapa pria itu terlihat sangat... khawatir?

"Lo kenapa yas? Tumb-" ucapan Mumed terpotong oleh teriakan Andreas.

"Dimana Vania?!"

"Gak tau, dari pagi udah gak ada. Tadi ada adkel yang bilang kalau dia lihat Vania ke toilet. Tapi pas gue kesana Vania nya gak ada." Andreas langsung menelfon sesorang lalu pergi. Perilakunya membuat semua orang curiga termasuk Jeffrie.

Jeffrie terllihat tidak suka melihat Andreas yang terlalu mengkhawatirkan Vania.

"Dia bawa ponselnya gak?" Deolinda mengangguk.

"Tasnya diitnggal, ponselnya dibawa. Tapi gak aktif."

"Udah cari di sekolah?" tanya Ando seraya mengelus rambut Deolinda, berniat menenangkan kekasihnya. Semuanya mendelik. Bisa bisanya disaat genting mereka uwu uwuan.

"Udah. Muter muter, Vania gak temu juga." ucap Daniel.

"Terakhir katanya di toilet kan? Kita cari disana, siapa tau ada petunjuk." ucap Didoy. Semuanya pun mengecek kamar mandi yang sempat di kunjungi Vania. Dan nihil tidak ada tanda tanda mencurigakan.

"Kita cari diluar sekolah aja. Leona sama Deolinda pulang duluan aja. Biar kita yang cari." ucap Satria seraya memakai jaketnya. Karena sepertinya akan turun hujan.

"Gak mau." tolak Deolinda. Dia ingin ikut untuk memastikan jika temannya itu baik baik saja.

"Gak. Kamu pulang, bantu doa. Okey?" Deolinda mengangguk pasrah mendengar ucapan Ando.

"Yaudah kita cari. Biar gue anter mereka pulang. Nanti kalian shareloc ke gue posisi kalian dimana." ucap Daniel. Dia tidak tega meninggalkan Leona yang sejak tadi ikut merasa gelisah. Bagaimanapun Vania sering menghibur Leona jika sedang sedih.

Semuanya pergi dengan tujuan masing masing. Di tengah perjalanan mencari Vania, Jeffrie masih sempat sempatnya berfikir tentang perilaku aneh Andreas yang terlalu mengkhawatrikan Vania. Seharusnya jika hanya teman, Andreas tidak sekhawatir itu.

Yuks streaming


MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang