Bagi sebagian orang moment pindah sekolah merupakan hal yang menyebalkan, bagaimana kita harus beradaptasi lagi dengan hal hal baru yang sebelumnya telah nyaman kita jalani di sekolah yang lama.
Teman teman lama yang harus kita tinggalkan, bangku sekolah ternyaman hasil berebut saat awal masuk sekolah, kantin tempat ternyaman saat istirahat, satpam sekolah yang sudah bisa diajak kongkalikong saat gerbang sekolah ditutup di depan muka kita karena telat masuk, guru guru yang kadang menyebalkan karena memberikan tugas setumpuk, dan masih banyak lagi hal hal receh yang selama setahun sudah cukup membuat kita jatuh cinta pada sekolah.
Tak terkecuali bagi seorang Alnilam Mara Birowo, tapi bukan teman temannya yang sulit dia tinggalkan, atau kantin dan bangku sekolahnya. Baginya semua itu tidak berarti kalau selama ini teman teman yang mendekatinya hanya sekumpulan pemain sinetron menjijikan yang saling menjalin pertemanan berdasarkan kebutuhan materi dan relasi saja, sekumpulan anak anak konglomerat dan para petinggi negara , berkumpul dalam satu gedung yang dinamakan katanya tempat pendidikan.
Tempat mendidik bagaimana para siswa mampu saling berteman untuk menguatkan status sosial orang tuanya. Pembicaraan akan liburan ke negara mana liburan ini, atau bagaimana untuk saling bergabung di club fitnes atau salon VVIP yang hanya dimasuki para anak kelas atas dan sebangsanya.
Bukan juga kantinnya, di sekolahnya tidak ada yang namanya berdesakan antri hanya untuk berebut bakwan atau teh manis. Di sekolah yang maha elit itu yang uang gedungnya saja bisa menyekolahkan seluruh penghuni sekolah barunya ini, makanan sudah terjadwal setiap harinya, dengan mempertimbangakn kebutuhan masing masing siswa, alergi para siswa, timbangan nutrisi dan protein yang berbeda untuk masing masing anak, akan diantarkan langsung ke meja makan kita oleh para pelayan layaknya restoran bintang lima.
Tidak ada yang namanya akan telat masuk sekolah, berkeringat lari menuju gerbang takut kena hukuman jalan bebek atau membersihkan toilet. Sudah ada mobil jemputan yang akan menjemput setiap anak ke depan pintu rumahnya untuk menjemput mereka dan mengantarkannya kembali dengan selamat ke rumah masing masing. Walaupun banyak juga siswa yang lebih memilih diantar jemput oleh supir pribadi mereka sendiri, tentu saja alasannya adalah ajang pamer, menunjukan di kelas sosial mana mereka sekarang dengan mobil yang dibawa untuk dipamerkan.
Bukan pramuka, silat, voly, ataupun PMR, kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah. Balet, panahan, renang, science club, kuda, fotografi, dan masih banyak lagi kegiatan sekolah bagi orang orang di tingkat atas seperti mereka.
Hal yang membuat Nilam sebal, pindah ke sekolah negeri kumuh yang kata ayahnya hanya memiliki gedung bertingkat tiga, tidak akan ada lagi kolam renang tempat Nilam biasanya melarikan diri saat bosan berbasa basi terus di puja apabila tas sekolah keluaran terbarunya diikuti sebagian anak keesokan harinya, atau jam tangan ratusan juta yang dibelinya
saat belanja online diberondong dengan saling memamerkan apa yang mereka juga beli tadi malam tidak mau kalah.Sekolah yang bahkan tidak habis pikir dipilihkan ayahnya. Sekolah terburuk dari yang terburuk yang pernah dia lihat, letaknya hanya beberapa meter dari jalan raya yang padat, suara klakson bersahut sahutan dan juga asap knalpotnya yang bisa membuat paru parunya ikut bermasalah.
"Maaf menunggu lama Bu Lira." Bapak Bapak yang menjabat sebagai Kepala sekolah yang tadi sempat pamit keluar masuk kembali sambil membawa map berwarna biru, kembali duduk di depan Nilam dan Ibunya, dalam ruangan yang sangat sempit untuk ukuran kepala sekolah. Tidak ada kursi khusus untuk menerima tamu, hanya ada satu meja yang sekarang dipakai ketiga orang ini saling berhadapan, satu kursi yang dipakai si kepala sekolah, dan dua kursi di seberangnya yang diduduki Nilam dan Mamanya sekarang. Selebihnya, hanya ada satu rak kaca di samping sebelah kanan tempat menyimpan piala piala yang didapatkan sekolah, yang isinya sudah sangat penuh hingga tidak beraturan lagi, lemari di sebelah kiri mungkin untuk menyimpan dokumen dokumen rahasia atau entahlah apa itu karena pintunya tertutup, dan satu lagi rak panjang yang ada di belakang kursi yang diduduki kepala sekolah, tempat bertumpuk tumpuk map beraneka warna berjubel disana tidak teratur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Di Balik Putih Abu Abu
Teen FictionAlnilam Mara Birowo, nama yang begitu indah karena sama dengan nama bintang biru besar di rasi Orion. Setidaknya itulah pendapat orang tuanya, tapi mereka lupa kalau bintang Alnilam hanyalah bintang kesekian puluh yang tercerah di langit malam. Hidu...