Nilam duduk di bangku paling belakang bersebelahan dengan meja laki laki yang sempat di tatapnya tadi. Entah apa yang membuatnya begitu penasaran tidak seperti biasanya. Saat tatapannya sesekali menoleh ke samping kiri dimana laki laki itu duduk, laki laki itu malah pura pura tidak tau kalau dia sedang diperhatikan, padahal sebelumnya saat Nilam di depan tadi mereka sempat bertukar tatap walau hanya sebentar.
"Hay, aku Rika". Suara seorang gadis yang duduk di sebelahnya membuyarkan lamunannya yang sedang memperhatikan bangku sebelah.
"Iya, denger ko tadi pas lo disuruh pindah ke sini". Jawab nilam sambil ikut memasukan tasnya ke dalam kolong meja seperti apa yang Rika lakukan. Merasa tidak tega tas baru seharga jutaannya akan bersarang di kolong meja yang kecil itu, karena mungkin saja sesuatu akan menggores nya di dalam.
"Oh, iya ya".Gadis yang bernama Rika tersenyum kikuk. "Kamu kenapa mau duduk di belakang?, jarang loh anak perempuan mau duduk dibelakang". Katanya sambil memperhatikan baris paling belakang yang memang hanya diisi oleh siswa laki laki semua.
"Gue males aja duduk di depan". Jawab Nilam sambil menumpu wajahnya dengan satu tangan di atas meja.
Tidak lama berselang, seorang Guru masuk dengan buku bertumpuk di tangannya, tatapannya mengedar ke seluruh kelas dengan tatapannya tajam, dan langsung saja membungkam suara seluruh isi kelas yang bergemuruh seperti suara tawon.
"Ayo keluarkan bukunya. PR yang kemarin nanti kumpulkan setelah pelajaran ya!. Sekarang buka halaman dua belas". Suara sang Guru sebenarnya terdengar ramah tapi entah kenapa membuat seluruh murid terdiam tak berani angkat kepala. "Ada murid baru ya, Nilam, kalau gak salah namanya". Sang Guru menoleh ke arah Nilam sambil memicingkan mata dan mengangkat dagu agar melihat lebih jelas. "Kamu bisa lihat buku teman sebangku kamu dulu ya, besok harus sudah punya bukunya tapi ya". Sang Guru menarik kedua sudut bibir memaksakan senyum dan langsung berdiri menghadap papan tulis.
"Itu, Bu Sri, Guru MTK. Dia killer, Nil. Mukanya baik tapi kalo kasih tugas gak kira kira". Rika kembali bersuara sambil berbisik dan menarik buku pelajarannya ke tengah tengah meja niat berbagi dengan Nilam.
Nilam mencoba memperhatikan apa yang ditulis Bu Sri di papan tulis, dia boleh saja anak pembangkang, tapi dia adalah anak berprestasi di sekolahnya yang dulu. Jadi secara naluriah, memperhatikan pelajaran adalah hal biasa baginya.
Dia harus mulai beradaptasi dengan cara belajar di sini. Kalau di sekolahnya yang dulu biasanya mereka lebih memakai teknologi daripada buku tulis manual seperti ini, sekarang dia harus membiasakan diri untuk mulai mempunyai buku tulis untuk mencatat.
Nilam kembali menoleh kearah kirinya dimana laki laki itu duduk. Di saat siswa lain dengan tekun atau mungkin pura pura tekun memperhatikan sambil sesekali mengangguk anggukan kepala sambil mencatat. Laki laki yang belum diketahui namanya itu terlihat menyandarkan punggungnya pada kursi dengan pandangan lurus tanpa ekspresi, tidak berniat mencatat apalagi membuka bukunya yang tetap tertutup di atas meja.
Nilam hafal dengan gaya laki laki seperti itu, kalau dalam novel yang sering dia baca di kamarnya saat suntuk karena tidak diperbolehkan keluar rumah, takut capek kalau kata Mamanya. Laki laki seperti ini, yang pembawaannya misterius, lumayan ganteng (bagian ini harus dicatat dengan jelas, dia hanya lumayan ganteng saja). Biasanya adalah siswa dengan sikap pemberontak dan otak dungu.
Dua jam pelajaran matematika Nilam lalui dengan sedikit kebosanan, bagian pembahasan itu sudah lebih dulu mereka bahas saat di sekolahnya yang terdahulu. Jadi Nilam sudah hafal dengan rumus dan segala isinya. Nilam jadi bingung sendiri, apa ada perbedaan kurikulum ataukah memang sekolah ini memang tertinggal dalam hal pembahasan. Seperti keadaan sekolah dan semua isinya yang memang tertinggal jauh menurut Nilam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Di Balik Putih Abu Abu
Teen FictionAlnilam Mara Birowo, nama yang begitu indah karena sama dengan nama bintang biru besar di rasi Orion. Setidaknya itulah pendapat orang tuanya, tapi mereka lupa kalau bintang Alnilam hanyalah bintang kesekian puluh yang tercerah di langit malam. Hidu...