13.Buku

155 69 187
                                    

Masa lalu ku pernah berat
Hari-hari ku pernah susah
Aku mampu pada detik ini
Karena dibumi ada kamunya.



✨✨✨



Nessa, Ditta dan Ririn bersiap siap untuk pergi ke toko buku. Tidak jauh dari rumah sakit itu. Sebenarnya mereka masih inggin menemani Dina dirumah sakit, tapi sepertinya tidak bisa karena waktu jenguk yang dibataskan dirumah sakit ini.

Sudah sedikit agak tenang sekarang, hadirnya mereka membuat Dina tersadar dari tidurnya yang lama, entahlah hanya kebetulan saja atau memang takdirnya.

Gadis gadis itu juga sudah berpamitan dengan Ibunya Dina, sebelum beranjak pergi.

Mereka berjalan diatas trotoar dimana tempat itu khusus untuk pejalan kaki saja. Dan menuju toko buku yang lumayan agak sedikit dekat, hanya beberapa meter.

Dibelakang jelas saja Reval mengikuti gadis gadis itu. Ia membuntutinya.

Tibalah ditoko ini, dimana semua bukunya tersusun rapih. Agar pembeli berminat untuk membelinya, sepertinya memang sudah tradisi. Setiap toko masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri untuk memuaskan pelanggannya.

Mereka bergegas masuk kedalam toko tersebut.

"Ririn pengen buku novel yang in my dream ada ga ya?" tanya gadis itu ketemannya.

Ya, novel yang ia cari itu ialah terpopuler sejak dua bulan yang lalu. Banyak sekali peminatnya saat itu.

"Udah abis kali Rin." jawab Ditta.

"Ah, Ririn telat dong."

"Banget," jawab Ditta dengan cepat.

Ririn hanya memasangkan wajah suramnya.
Lalu ia mencari lagi dengan mata yang teliti, siapa tau masih ada. Batin Ririn.

Nessa sibuk membaca salah satu buku, entah buku apa itu. Yang jelas ia tertarik untuk membacanya.

Dan, Ditta mengambil salah satu buku yang ada didepan matanya saat ini dan membacanya berjudul 'panduan memasak untuk camer'. Lalu ia beritahukan ke Ririn.

"Nih, baca ini aja." gumam Ditta.

Ririn memandang ke arah Ditta, melihat buku yang Ditta tunjukan kearahnya itu.

"Emang harus ya?" tanya Ririn dengan polosnya.

"Harus biar lo tau mana garam mana micin." riuh Ditta, lalu ia tertawa.

"Ririn tau garam, kan suka Ririn makanin kalo lagi gabut." jawabnya.

"Udah gue tebak, pantes aja lo cacingan," kata Ditta.

"Ririn kalo gabut juga suka ngitungin beras,"

"Otak lo udah ga waras!" cetus Ditta.

"Waras ko, masih berfungsi dengan baik,"

"Menurut lo aja itu si." jawab Ditta.

Membuat Nessa menggelengkan kepalanya. Melihat kedua sahabatnya itu.

"Serius tauuuuu." kata Ririn dengan nada bicara yang dipanjangkan.

"Hidup dibawa santai, jangan kebanyakan serius Rin," jawab Ditta, dengan tertawanya itu.

"Hidup itu harus serius, kalo ga serius kapan seriusnya?" tanya Ririn.

"Ya kapan kapan." jawab Ditta sambil tertawa.

Membuat Ririn menatap dengan tatapan sinis ke arah gadis itu.

Nessa berjalan menuju tempat duduk yang tersedia di toko ini, sambil membawa salah satu buku untuk ia baca.

Diary Nessa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang