Prolog

63.2K 4.6K 104
                                    

Ada satu Hadist yang aku tahu untuk tidak berlebihan dalam hal perasaan. Entah perasaan benci atau cinta. Hadist yang berbunyi.

Cintailah kekasihmu secara sedang-sedang saja. Siapa tahu di suatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu. Dan bencilah orang yang kamu benci secara biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu. (HR. Imam Tirmidzi)

Aku pernah mencintai dan kagum pada seorang laki-laki yang menurutku kala itu dia begitu keren di mataku. Pria itu adalah ayahku sendiri.

Rasa bangga dan kecintaanku pada ayahku perlahan berubah menjadi benci. Dengan alasan aku menyalahkan dia atas kepergian bundaku.

Ayahku seorang pilot dan ibuku hanya seorang guru TK. Aku dulu begitu bangganya memiliki seorang ayah yang berprofesi Pilot. Tapi lamban laun rasa bangga dan kagumku itu berubah menjadi rasa kesedihan.

Aku merasakan itu ketika aku berangkat dan pulang sekolah hanya bunda yang menjemput dan mengantarku sekolah. Sedangkan teman-temanku di jemput ayahnya.

Aku ingin ayahku yang menjemputku atau mengambil raporku seperti halnya teman sekolahku dulu. Hanya beberapa kali ayahku mengantar sekolah. Tidak lebih dari tujuh kali.

Dan ketika usiaku 8 tahun ibuku meninggal dunia karena suatu penyakitnya yang di deritanya. Aku tidak tahu, ayahku tahu apa tidak akan penyakit bunda. Tapi sejak saat itu hubunganku dengan ayah merenggang.

Aku tidak mau hidup dengan ayah. Buat apa aku hidup dengan ayahku jika halnya aku hanya akan tinggal dengan seorang pengasuh juga. Aku memilih untuk tinggal dengan nenek dari ibuku.

Hubunganku semakin jauh ketika ayahku mengenalkanku dengan calon istrinya.

Waktu itu aku berumur 10 tahun Dia datang bersama seorang wanita. Dia mengenalkan wanita itu padaku sebagai calon ibu baruku.

Aku masih ingat apa yang aku katakan padanya. "Shanum hanya punya satu ibu, namanya bunda Fira."

Lalu aku pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua.

Aku semakin membenci ayahku.

Sehingga membawaku dalam kesimpulan bahwa ayahku tidak pernah mencintai bundaku. Dia hanya mencintai pekerjaannya dan keluarga barunya.

Apakah aku disebut anak durhaka karena aku membenci ayah kandungku sendiri?

Meskipun aku bersikap dingin pada ayahku. Tapi ayahku membalas sikap dinginku dengan tetap bersikap hangat padaku. Mungkin dia merasa bersalah padaku.

Anehnya, rasa benciku pada ayahku perlahan berubah menjadi takut. Ketika aku mendengar bahwa ayahku mempunyai anak dari istri barunya.

Aku hanya berpikiran bagaimana jika ayahku benar-benar melupakanku dengan hadirnya adik baruku itu.

Aku mulai merindukan ayahku kembali.

Aku takut dia lupa padaku. Aku takut dia tidak ingat bahwa aku juga putrinya dia.

Tapi, semakin aku dewasa semakin aku mengerti. Bahwa sejatinya semuanya sudah punya jalan cerita hidup yang berbeda. Dan lambat laun rasa benciku pada ayahku sedikit demi sedikit menghilang.

Aku hanya perlu berbakti pada ayahku tanpa peduli dia masih sayang padaku atau tidak.

Meskipun rasa benciku berkurang tetap saja aku menjaga jarak dari Ayahku. Ayahku sudah punya dunianya sendiri. Punya keluarganya sendiri. Dia tidak butuh kehadiranku. Tapi jika dia membutuhkanku, aku akan ada untuknya.

Ketika dia sedang tidak bertugas dia menyempatkan waktunya bersamaku. Berdua saja. Entah dengan makan bersama atau pergi jalan-jalan ke Mall. Terkadang dia juga mengajak ibu sambungku serta kedua adikku. Tentunya dengan persetujuanku dulu.

Mereka sering mengajakku dan sesering itu pula aku menolaknya.
Meskipun aku menolak untuk tinggal bersama dengannya. Dia tetap ayah yang bertanggung jawab. Dia tetap memberikanku uang setiap bulannya terkadang lebih. Bahkan dia menawariku apa aku akan lanjut kuliah S2 dan lagi-lagi aku menolaknya.

Aku ingin lekas bekerja meskipun hanya menjadi guru TK nantinya. Sama seperti bunda. Aku ingin bekerja dengan apa yang bunda kerjakan. Aku ingin hidup tanpa uang dari ayahku lagi.

Terkait ibu sambungku yang kusebut dengan panggilan mama dia wanita yang baik. Tidak seperti ibu tiri di cerita Cinderella.

Buktinya, sekarang aku sedang bersama mamaku untuk membeli kain yang akan aku kenakan nanti di hari wisudaku. Padahal waktunya masih lama karena aku masih mau mendaftar untuk sidang di bulan ini.

Ayahku sedang menunggu di sebuah restoran. Kami sudah membeli kain yang aku pakai. Tiba-tiba aku bertemu salah satu teman kuliahku dia menyapaku dan memberikan sebuah undangan pernikahan padaku.

Ketika sampai di restoran dan duduk di depan ayahku. Dia tertarik dengan undangannya.

"Undangan pernikahan?" Tanya ayahku.

"Iya." Kataku disertai sebuah anggukan.

"Wah temenmu sudah ada yang mau nikah jadi sebentar lagi putri ayah akan menikah juga dong." Guraunya.

"Jadi penasaran calon mantu ayah nanti gimana yaa?" Lanjutnya dengan tersenyum sambil berpangku tangan. Begitu juga dengan mamaku.

Mereka sayang, hangat dan ramah padaku tapi kenapa aku selalu membuat jarak dengan mereka. Aku hanya takut, mereka meninggalkanku. Aku tidak mau terlalu berharap.

"Shanum malu-malu pa." Jawab mama Santi.

Aku ingin sekali menjawab, aku ingin punya suami yang pekerjaannya tidak seperti ayah.

Tapi aku menahannya dan menyimpannya dalam hati. Dia akan tersinggung jika aku mengatakan kalimat itu.

Cukup sekali aku mencintai seseorang seperti ayahku dengan cinta yang tingginya layaknya pesawat yang mengudara di atas langit. Tapi jika terjatuh rasanya terhempaskan dan hancur berkeping-keping atau terjatuh ke dalam lautan yang tidak bisa ditemukan lagi. 

Sesakit itu rasanya.

Perasaan sakit yang sangat menyeramkan.

Aku tidak mau terulang kembali dengan memiliki suami yang sama seperti ayah.

Salah satu pintaku pada-Nya. Kepada Sang Pemilik Hati setiap insan yang ada di dunia ini adalah untuk tidak memberikan hatiku pada sosok pria yang tidak aku inginkan sama sekali.

Seorang suami yang bukan dari kalangan Pilot.

🍁🍁🍁

Haiii.... balik lagi dengan cerita baru. Spin Off dari cerita Tulang Rusuk. Cerita Tristan, adiknya Tasya:)

Intinya semoga suka dan menikmati cerita baruku ini🙏❤

InsyaAllah ceritanya gak se-sedih kayak Tulang Rusuk dan Dua Hati😆

Gak mau ah nangis sambil ngetik lagi😭😂

Minggu, 9 Mei 2021 04:48 WIB
                 27 Ramadhan 1442 H

Lafadz Cinta Di atas Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang