Bab 3 : I Know His Name

26.2K 3.6K 46
                                    

Hari ini aku berada di rumah ayahku. Ada acara pengajian yang di ikuti mama Santi. Yang tiap minggunya di adakan di rumah anggota yang ikut. Minggu ini bagiannya mama Santi.

Sudah dari sejak tadi pagi aku berada di rumah ayahku. Membantu mempersiapkan acaranya yang akan di adakan sore ini. Tinggal satu jam lagi.

Ayah juga mengundang teman-teman pilotnya sekalian yang katanya hanya ada tujuh orang.

Setelah semuanya sudah siap, aku kembali ke kamar yang sering aku tempati ketika bertandang ke rumah ini. Mandi dan berganti pakaian. Ayahku memintaku untuk menginap tapi aku tidak mau. Aku tidak tega jika meninggalkan nenek sendiran di rumah. Tapi nenek menyuruhku untuk menginap di rumah ayah dan mengatakan akan menginap di rumah umma Hasna.

Kalau jadi menginap nanti malam. Aku tinggal pakai bajunya mama Santi. Karena aku tidak bawa baju ganti lagi.

Setelah mandi dan sholat ashar aku bergegas turun ke bawah karena aku mendengar tamu undangan yang sudah hadir.

Ketika aku membuka pintu kamarku bertepatan juga dengan Bagas yang sedang berdiri depan pintu kamarku.

"Ada apa Bagas?" Tanyaku padanya.

"Kata mama tamunya sudah datang." Ucapnya dengan tersenyum. Adik laki-lakiku yang berumur sembilan tahun. Sedangkan adikku yang paling bungsu berumur tujuh tahun. Laki-laki juga.

Entahlah sepupu dari bunda laki-laki semua. Adik-adikku dua-duanya laki-laki juga. Hanya aku perempuan seorang.

Sebenarnya aku punya adik perempuan tapi sudah meninggal ketika masih bayi. Anak bungsu Ayah dan mama Santi.

Akupun bergegas turun ke lantai satu. Benar saja ibu-ibu pengajian mulai berdatangan.

Aku berdiri di samping mama Santi menyambut para tamu. Begitu juga dengan ayah. Tiba-tiba mataku membulat dengan sempurna.

Melihat pada pria jangkung yang memakai kemeja putih lalu tersenyum pada ayahku.

Dia lagi?

Apa dia teman ayah? Oh tentu saja dia kan seorang Pilot sama seperti ayah. Mungkin saja dia bekerja di maskapai yang sama dengan ayahku.

Aku berbisik pada mama Santi mengatakan bahwa aku akan menemani para tamu yang sudah datang selagi menunggu tamu yang belum hadir.

Nyatanya aku tidak mau bertemu dengan dia lagi. Dalam seminggu sudah tiga kali aku bertemu dengannya. Benar-benar pertemuan yang tidak aku inginkan sama sekali.

Setelah semua tamu datang acarapun segera di mulai. Tamu-tamu ayah duduk di halaman belakang dekat kolam.

Syukurlah, pak pilot itu tidak melihatku. Tapi kemungkinan untuk tidak bertemu dengannya sangat tipis. Mengingat kami masih dalam linkungan yang satu rumah.

Sewaktu acara berlangsung ayah memanggilku. Memintaku untuk membantunya membawa minuman.

"Shanum malu ayah, sama temen-temen ayah." Kataku sedikit jujur. Lebih tepatnya aku malu untuk bertemu dengan pak Pilot tersebut.

Ayahku tersenyum mendengar ucapanku. Dia mengelus kepalaku. Dia masih memperlakukanku seperti anak kecil. "Teman-teman ayah sudah tua kayak ayah. Hanya dua yang masih muda. Satunya sudah bertunangan. Dan satunya sepertinya sedang dekat seorang wanita. Jadi jangan khawatir. Kan ada ayah. Justru teman-teman ayah ingin bertemu sama kamu. Sudah lama tidak bertemu dengan kamu katanya. Mereka ingin tahu putri sulung ayah yang cantik ini." Ucapnya dengan mencubit pipiku.

"Baiklah." Kataku dengan setengah hati. Aku membawa minuman dan ayah membawa cemilan. Sebenarnya makanan dan cemilannya sudah ada tapi sudah habis.

Lafadz Cinta Di atas Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang