Bab 2 : Dia Lagi?!

30.7K 3.7K 75
                                    

Aku memasukan motorku ke dalam halaman dan mengunci gerbang terlebih dahulu. Di teras depan aku lihat ada sepatu laki-laki.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam." Jawab dua orang yang duduk berdampingan dengan saling memegang tangan. Dua tangan yang besar dan kokoh serta dua tangan yang sudah keriput.

"Waahhh... Shanum sudah besar yaa nek. Apa sebaiknya kita segera cari pendamping untuk dia ya Nek." Ucap kakak sepupuku yang bernama Firman.

Aku hanya mencoba tersenyum  mendengar ucapannya. Tidak tahukah dia? Bahwa sesungguhnya aku menaruh hati padanya.

Iya benar aku jatuh hati pada kakak sepupuku sendiri.

Awalnya aku pikir, bahwa cinta yang datang padaku ini salah. Terlebih menurut agama. Tapi setelah kutahu bahwa sepupu adalah bukan mahram kita. Jadi itu berarti sepupu laki-laki dan perempuan bisa dinikahkan.

Meskipun ada yang menganggap menikah dengan sepupu sendiri hal yang kurang elok. Tapi ada juga di beberapa daerah yang memang sengaja di jodohkan dengan sepupu sendiri.

Untuk alasannya aku tidak tahu, kita hanya bisa menghargai setiap adat, budaya dan tradisi di setiap daerah bukan?

"Harus yaa kalimat pertama yang diucapkan adalah kalimat itu?" Kataku kesal. Dia malah tersenyum.

"Lagian, kenapa harus Shanum yang nikah duluan. Shanum masih kuliah. Seharusnya kak Firman yang duluan nikah." Kataku dengan tersenyum. Dimana bibir dan hatiku tidak pernah sama jika menyangkut kak Firman.

Kedua bibirku mengukir senyum tapi hatiku mengukir goresan yang hanya menimbulkan perih.

Dia cinta pertamaku dan aku masih mencintai dia sampai sekarang.

"Kalau aku gampang yaa nek." Ucapnya sambil tersenyum pada nenek Kalsum. Nenek Kalsum menanggapi ucapan kak Firman dengan mencubit pipinya.

"Gampang, gampang. Sampai sekarang kamu belum menemukan wanita yang pas buat kamu. Setiap nenek atau orang tuamu mencari calon untukmu kamu selalu menolak." Tegur nenek.

"Yaa gimana nenek. Kalau gak pas di hati." Kata Kak Firman cengengesan.

Aku tersenyum miris mendengarnya. Itu berari aku juga tidak pas untuk Kak Firman?

Hah.... Kenapa juga aku harus jatuh hati pada kakak sepupuku sendiri? Tidak adakah pria lain di luar sana yang bisa ku cintai. Pertanyaan yang sedari dulu menjadi beban pikiranku.

Aku menatap Kak Firman yang tertawa bahagia sambil bersenda gurau dengan nenek. Tahukah dia bahwa aku sudah mencintainya dari dulu?

Sadarkah dia tentang perasaanku padanya bahwa dia lebih dari sekedar kakak untukku. 

Nenek Kalsum kembali mencubit kak Firman gemas. Kali ini cubitannya dia daratkan di lengan Kak Firman.

Nenek Kalsum hanya punya dua orang putri. Yaitu bundaku dan Umma Kak Firman. Bundaku yang termuda sedangkan Umma Hasna yang tertua. 

Umma Hasna menikah dengan seseorang yang cukup terpandang. Masih family dengan salah satu Kiyai di pesantren Sidogiri. Makanya Baba kak Firman mempunyai Yayasan Pendidikan Islam dari Paud, TK dan Madrasah Diniyah.

Untuk sekolah Paud dan TK tetap masuk pada pagi hari dan sudah terakreditasi A tapi untuk Madrasah Diniyah yaitu sekolah yang hanya di peruntukan untuk perlajaran agama di mulai dari jam dua siang sampai jam lima sore. Lalu ketika Maghrib dan Isya biasanya ada anak-anak tetangga atau anak yang memang sekolah Yayasan Nurul Islam mengaji di Mushalla keluarga kak Firman.

Lafadz Cinta Di atas Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang