Bab 4 : Terbersit

25.1K 3.6K 65
                                    

Tristan Esa Putra Affandi

Sudah tiga kali aku bertemu dengannya dalam sepekan ini. Pertama di bandara. Gadis muda yang sibuk dengan dunianya. Tidak peduli dengan sekitarnya dan selalu melihat pada jam tangannya. Gadis yang sibuk dengan kertas-kertas putih yang di susun menjadi rapi.

Tidak tahu kenapa gadis itu menyita perhatianku bahkan aku sampai mengabaikan sapaan para pramugari yang biasa menyapaku.

Dia gadis yang sibuk. Atau pura-pura sibuk. Karena dia hanya duduk sendirian di kursi tunggu.

Tak lama aku lihat dia berdiri dan berjalan ke arah seorang pria dan meminta tanda tangannya. Dia tersenyum kepada pria tersebut.

Katakankah aku jatuh hati pada senyumannya.

Tanpa dia sadari dia menjatuhkan sesuatu dan aku berlari untuk mengambil barang yang dia jatuhkan. Ternyata sebuah kartu mahasiswa. Namanya Shanum Shaquella Harun. Nama yang indah sesuai dengan orangnya.

Ketika aku berbicara padanya tidak sekalipun dia tersenyum padaku. Bahkan dia menatapku dengan pandangan seakan-akan aku akan mengganggunya.

Yang lebih parah lagi dia memanggil ku pak. Benarkah aku setua itu baginya?

Baik, dari segi umur aku selisih delapan tahun dengannya. Masih pantas kan untuk di panggil Mas bukan Pak.

Dia gadis pertama yang merasa risih denganku. Dimana semua wanita yang ada di bandara ini menaruh perhatian padaku.

Sedangkan dia tidak.

Bahkan dia mengabaikanku seperti tidak tertarik padaku? Apa yang kurang dariku? Apa aku kurang keren untuknya?

Aku masih sempat mendengar dia memberikan sebuah julukan padaku yaitu Playboy Jerapah.

Aku tidak tersinggung. Bahkan aku menyunggingkan senyumanku ketika aku mendengarnya.

Sebuah julukan yang unik kataku.

Sepertinya pertemuan pertama kami tidak memberikan kesan yang baik untuknya. Entah kenapa aku dengan berani mengatakan jika bertemu dengannya lagi aku memintanya untuk memanggilku dengan panggilan Mas.

Terdengar lebih manis dan halus bukan dari pada panggilan pak.

Memang benar ucapan adalah doa dan terbukti aku bertemu dengannya lagi.

Pertemuan kedua yang tak terduga. Dia ternyata seorang guru TK di Sekolah keponakanku.

Yang membuatku semakin tidak percaya adalah pertemuan ketiga kami yaitu saat ini. Ketika aku tahu bahwa dia putri sulung dari captain Harun. Melihat nama belakang yang dia miliki. Kenapa aku tidak kepikiran bahwa dia putri dari captain Harun yang begitu terkenal di kalangan kami. Seorang pilot yang beribawa dan berkarisma. Tapi kan ada banyak nama Harun di dunia ini. Tidak langsung tertuju pada Captain Harun yang kukenal.

Ternyata benar dunia itu sempit. Tidak selebar daun kelor.

Meskipun baru tiga kali bertemu dengannya. Dia gadis yang akhir-akhir ini membuatku banyak berpikir tentangnya.

Dia gadis yang sedikit galak, cuek dan suka marah kepadaku. Kepada orang lain dia begitu baik dan murah senyum. Sedangkan padaku dia begitu galaknya.

Aku terus memerhatikan dia ketika dia menelepon seseorang yang sepertinya kakaknya atau keluarganya. Entahlah aku bingung dengan silsilah keluarganya.

Soalnya cara Shanum memanggil captain Harun sangat berbeda. Bagas dan Damar memanggil papa sedangkan Shanum memanggil Ayah.

Atau mungkin Shanum anak angkat? Tapi sepertinya captain Harun mengatakan kalau dia putri kandungnya. Apa mungkin Shanum anak dari istri pertama. Sedangkan Bagas dan Damar adalah anak dari istri kedua.

Lafadz Cinta Di atas Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang