BAB 5

11.9K 71 0
                                    

Sebulan setelah menikah, hari-hari berlangsung seperti biasa bagi karin, seperti kesepakatannya dengan rico, karin mencoba menjalankan pernikahan pura-puranya ini dengan semestinya. Walau karin dan rico sekamar namun ranjang mereka terpisah, kadang setiap malam rico berteleponan dengan pacarnya mira, disamping karin yang lagi asyik bermain game.

Kadang karin malah menjadi teman curhat rico saat mira sedang ngambek. Karin juga sebagai tempat riko bertanya saat dia ingin memberi kado buat kekasihnya mira, walau bagi sebagaian besar orang pernikahan ini bakalan dianggap aneh, namun karin menjalankan enjoy aja.

Bagi karin yang cuek malah merasa beruntung, semua disini serba dilayani, serba tinggal ambil, mau bangun jam berapa gak ada yang ngomel kaya mami, dan rico memang memegang janjinya, dia mengguyuri karin dengan uang belanja yang lebih dari cukup, dan rico selama ini tak pernah memanfaatkan statusnya sebagai suami, sepertinya rico tidak tertarik kepada karin sebagai wanita.

Sandiwara mereka sangat sempurna tak ada yang menyadari kalau pernikahan yang mereka jalani hanyalah pura-pura belaka, di depan orang karin memainkan perannya sebagai istri yang perhatian, dan rico sebaliknya juga memainkan perannya sebagai suami yang romantis.

Rico benar-benar memenuhi janjinya kepada karin, dia mengguyur karin dengan limpahan materi, bagi rico tak sulit memenuhi janjinya itu, kini daddy dan mami karin memutuskan untuk pindah ke kampung halaman membuka usaha kecil-kecilan di sana, rumah mereka sengaja dibiarkan begitu saja, sesekali mereka juga akan berkunjung ke jakarta untuk menengok karin ataupun aji begitu pikir daddy dan mami.

Karin kini sibuk mencari-cari tempat kuliah, dia mencari berbagai referensi tempat kuliah yang sesuai dengan minatnya, kini karin tertarik untuk kuliah di jurusan design, namun karin belum memutuskan ingin masuk jurusan mana.

***

Siang itu jam 10 pagi, di kamarnya karin sedang browsing tentang universitas yang paling recomended, berbagai situs universitas telah dia buka, beberapa review tentang universitas tersebut telah dia baca, namun karin belum menentukan pilihan, masih sekitar 5 bulan lagi pendaftaran baru untuk kuliah.

Rico suaminya, sedang melakukan perjalanan dinas, paling tidak begitulah yang diucapkan rico kepada papah, karin tau kalau rico sedang liburan bersama mira kekasihnya, karin sendiri tak peduli mau kema na atau apa yang dilakukan rico, sebagaimana yang telah disepakati, mereka saling memberikan ruang privasi.

Sejak pagi tadi karin belum mandi, dia merasa sangat malas hari itu, karin masih mengenakan tanktop putih dengan hotpants pendek warna pink, tali beha yang diikat di leher semakin menambah seksi penampilan karin.

Karin keluar dari kamar, bi tinah sedang beres beres di meja makan, "non karin mau sarapan?" tanya bi tinah, "ehhm, boleh bi, tapi nanti aja, saya mau berenang dulu," jawab karin.

"Ya udah non karin berenang, nanti bibi bawain sarapannya kesana," ujar bi tinah, karin manggut-manggut, "ah ya bi, makasih ya bi," ucap karin lalu ngeloyor ke kolam renang, bi tinah tersenyum-senyum memandang karin, sejak karin hadir, bi tinah seperti punya teman, sifat karin yang periang, serta gayanya yang cuek kadang membuat bi tinah sering tertawa sendiri.

Karin melompat ke kolam renang tanpa mengganti bajunya dengan baju renang, dia berenang dengan menggunakan baju yang dia kenakan saat itu, 2 kali karin berenang bolak-balik, lalu karin kemudian naik dan duduk di bangku panjang sambil tiduran, "ini non sarapannya," bi tinah membawakan nasi goreng dan jus jeruk ke hadapan karin.

"Wow enak banget kayaknya nih bi, makasih ya bi," ucap karin, "sama-sama non, makan yang banyak ya non biar cepet punya momongan," ujar bi tinah mesem-mesem, kemudian dia berpamitan ke dalam.

Karin menyantap sarapannya dengan lahap, "ughh juara nih masakan bi tinah, gak kalah sama masakan mamih," ujar karin dalam hati, "ehm..enak banget kayaknya," suara berat menyapanya, hampir saja karin tersedak. Seseorang menyodorkan jus jeruknya, "hati-hati dong, jangan buru-buru," ucap orang itu, karin mendongak, "eh papah,"

Bram membuka kimononya, lalu melompat ke air, dia berenang sebanyak 4 putaran, lalu kemudian naik, "rin, tolong lempar handuk itu," pinta bram, karin melemparkan handuk ke arah bram, "aduh sopan gak ya," ujar karin menyesal telah melemparkan handuk seperti itu pada mertuanya.

"Ah gak usah terlalu sungkan rin, santai aja," bram seolah bisa membaca pikiran menantunya itu, bram lalu duduk di sebelah karin yang telah selesai sarapan.

Karin kembali berbaring kedua lengannya di angkat le atas, sehingga ketiak putih mulus terpampang jelas, bram melirik menantunya itu, "kamu katanya mau kuliah lagi rin, apa sudah milih mau kuliah apa,"

"Karin mau kulih arsitek pah kalau gak ya design grafis," jawab karin, bram tersenyum melirik menantunya yang cantik ini, "sebenarnya sih papah pengen cepet punya cucu, tapi ya gak apa-apa, umur kamu juga masih muda, kamu harus kejar impian kamu," ucap bram, karin melihat ke arah mertuanya, "makasih ya pah," ucap karin tersenyum manis.

"Berenang lagi yuk, kita lomba," ajak bram, karin menggeleng, "ntar ah pah, karin abis makan, masih kenyang, ntar kram perutnya," ucap karin, "ok deh papah berenang dulu," ujar bram berdiri dari tempatnya, dia langsung melompat ke air.

Sebanyak empat putaran bram berenang, dia kemudian menepi, di hadapannya terlihat sepasang kaki putih mulus, bram mendongak, menantunya datang membawa handuk "nih pah handuknya," ucap karin tersenyum manis.

Bram mengangkat tubuhnya dari air, diambilnya handuk di tangan karin, bram mengelap tubuhnya, walau sudah usia 55 tahun fisik bram masih bagus, ototnya masih kencang, bram mengeringkan air di dadanya yang di penuhi bulu.

Karin berjalan kembali ke tempat duduknya, kemudian bi tinah datang membawa sarapan untuk bram, "monggo tuan, ini sarapannya," ujar bi tinah, sepring nasi goreng dan kopi panas dan segelas air putih terhidang di meja.

Bram makan dengan lahap, karin meperhatikan mertuanya makan dengan tersenyum, karin sudah menganggap mertuanya itu seperti daddynya sendiri, jadi dia gak canggung lagi berpakaian minim didepan mertuanya.

"Pah karin masuk dulu ya, mau mandi, karin mau pergi ke tempat kuliah, mau nanya-nanya juga, oh ya, papah hari ini gak ke kantor?" tanya karin, "papah agak siangan nanti, kamu minta pak sugi antar aja, daripada nyetir sendiri," ujar bram sambil makan sarapannya.

"Ohh ya deh gimana ntar, karin masuk ya pah," ujar karin pamitan, bram mengangguk, diperhatikannya menantunya itu dari belakang, bram tersenyum, dia merasa senang ada karin menantunya itu, karin yang ceria membuat bram merasa terhibur dengan kehadirannya.

Namun bram juga merasa ada sesuatu yang gak semestinya terjadi dengan menantunya, biasanya kalau perempuan yang sudah menikah dia akan sungkan berpakaian seperti karin di depan mertua, namun karin terlihat seperti anak-anak polos saja, tapi bram berpikir mungkin karena karin sudah menganggap dirinya sebagai ayah sendiri jadi dia gak sungkan.

Bram terus melahap sarapannya, handphonenya di meja bergetar, bram melihat nama wulan memanggil, bram mengabaikan saja, dan terus menyantap sarapannya.

***

Hasrat dan ObsessiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang