Lowestiale, city in Riverworth, 1840.
Terik matahari siang menerangi sebuah Kota yang dipenuhi dengan lautan manusia ribut. Kereta kuda berlalu lalang di jalan raya sibuk. Toko-toko terlihat ramai menghiasi pinggiran jalan dengan para pedagang yang tak henti-henti menyerukan barang-barang dagangannya hingga suaranya terdengar sampai ujung jalan.
Peluh membasahi pangkal dahi yang kemudian bergerak menyentuh kain lusuh yang memeluk tubuh. Suara derapan kaki menggema disekitar lorong gang kecil di sebuah ujung jalan kota. Seorang perempuan berlari menuju pintu belakang sebuah rumah pantas di ujung jalan kota, tepat di sebelah toko jam yang dikelola oleh keluarga pebisnis paling sukses di kota. Dengan tergesa-gesa gadis itu masuk dari pintu belakang yang langsung menuju dapur, meletakkan keranjang yang dipenuhi dengan bahan pangan di atas meja dapur.
"Dasar anak sialan" Seorang pria tua berjalan tergopoh-gopoh ke arah gadis itu dan menarik helaian rambutnya dengan keras.
Lori meringis kuat dan tak berhenti berusaha melepaskan jambakan kuat itu namun tidak ada hasil. Pria tua yang terbilang sebagai kepala keluarga Emmet itu tidak menanggapi berontak yang dilakukan gadis itu. Siapa sangka John Emmet, pria tua yang disebut sebagai 'pebisnis paling sukses di kota' itu merupakan sosok yang tidak terlalu baik dirumahnya— ah lebih tepatnya untuk anak angkatnya.
"Berani-beraninya kau pergi, dimana makananku?!" Pria tua itu kembali membentak gadis yang berusaha menahan tangannya untuk menjambak lebih keras lagi.
"P-Paman, makananmu sebentar lagi akan siap." Terlalu lama menahan sakit. Rambutnya mungkin sudah banyak yang lepas dari akarnya dan kusut tak karuan. Merasa sulit untuk menahan sakit lagi, sedikit air mata hampir jatuh membasahi pipi gadis itu.
"Anak haram sepertimu tidak pantas mendapat ilmu. Untuk apa kau pergi ke perpustakaan? Dasar tidak berguna." Baru saja pria tua itu ingin melayangkan tamparannya sebelum ia mendengar suara bel di pintu tokonya di sebelah rumah. Menoleh pada arah suara bel sesaat, pria itu berdecak kesal dan mendorong Lori sampai tersungkur sebelum kemudian pergi menuju toko.
Merasa aman, Lori kembali berdiri dan merapihkan surai panjangnya dan bajunya yang kusut. Merasa bersyukur karena Ayah tirinya tidak melanjutkan tindakannya tadi. Tanpa ingin berlama-lama ia kembali mengerjakan kegiatan yang seharusnya ia lakukan sambil merutuki dirinya yang terlambat membuat makanan untuk keluarga Emmet karena ke perpustakaan tadi.
Sudah lebih dari 7 tahun Lori menghabiskan masa mudanya dengan hidup seperti ini. Tidak seperti saat pertama kali bertemu dengan keluarga Emmet. Hidupnya menjadi menyedihkan setelah ia dituduh mencuri perhiasan milik saudari tiri yang iri padanya, Viviane Emmet karena 'merebut semuanya' saat pindah di sekolah yang sama dengannya.
"Hey, jalang." Perempuan muda yang sebaya dengannya berjalan mendekati Lori dengan sebuah keranjang berisi pakaian dan menumpahkannya ke depan gadis itu.
"Ck, apalagi yang kau inginkan Viviane?" Lori berdecak kesal ketika melihat pakaian yang berserakan di lantai, menoleh kearah perempuan sebayanya itu dengan raut jengkel.
"Cuci itu sampai bersih! Sekarang!" Perempuan itu beringsut kesal kedepan Lori ketika melihat Lori menatapnya dengan tatapan jengkel.
Lori melengos memutarkan bola matanya dan kembali mengerjakan pekerjaan yang sedang dilakukannya tadi tanpa menghiraukan perkataan perempuan itu.
"Hey?! kau baru saja memutarkan bola matamu?! Dasar pencuri tidak tahu diri!" Plakkk. Satu tamparan mendarat di pipi kanan Lori, membuatnya menoleh ke arah Viviane
KAMU SEDANG MEMBACA
The Call of Dawn
Ficção HistóricaWas "Before Dawn" Happily ever after, hal terakhir yang diharapkan oleh segala yang hidup di dunia. Termasuk Lori, perempuan muda yang hidupnya dipenuhi dengan liku dan luka. Ada apa? Mengapa ia tidak bisa hidup bahagia seperti putri putri yang ada...