Rapuh

794 112 3
                                    

Tidak ada yang berubah.

Hanya kau.

Dan diriku.

Perasaanku pun padamu kian berubah, tidak.

Tapi semakin membesar, semakin membuncah.

Ku sadari diriku, aku hanyalah lelaki yang tidak tahu diri.

Yang menyukaimu yang juga lelaki.

Aku sakit, ku akui itu.

Aku ingin berhenti, tapi rasanya ada rantai yang mengikat ku agar terus mencintaimu.

Tsukishima, kumohon bantu aku.

Kupandangi dirimu yang duduk seorang diri, biasanya aku akan duduk disamping mu.

Tapi sekarang, kita memiliki jarak yang tak terbendung.

Sakit sekali melihat dirimu Seperti itu.

Aku ingin menghampirimu tapi takut kau akan menghindar.

Aku ingin memutar waktu kembali.

Aku ingin semuanya kembali seperti sedia kala.

Ku hembuskan napas saat kau pergi.

Ku langkahkan kakiku dengan pelan, menatap punggung lebarmu yang semakin tegap.

Rasanya aku ingin berlari dan memelukmu dari belakang.

Sampai dipersimpangan jalan, tepat dimana kita selalu berpisah.

Kau berhenti menatap arah lain, tepat dimana rumahku berada.

Dahiku membentuk tiga lipatan menandakan diriku sedang bingung, bertanya-tanya mengapa kau berhenti.

Saat ingin mendekatimu kau lebih dulu melangkahkan kakimu pergi.

Aku tersenyum kecut, lalu tersenyum lebar.

"Tsukki." Punggungmu bergetar, aku kira kau sudah tahu kehadiranku ternyata tidak.

Kau terkejut lalu menolehkan wajahmu.

"Ya?."

"Arigatō, atas semuanya." Kau mengernyit bingung, aku hanya tersenyum manis.

"Arigatō Tsukki." Kalimat terakhir yang akan ku ucapkan.

Untuk hari ini.

Kulambaikan tanganku walaupun aku tahu kau tidak akan membalas.

Konbawā Tsukki.

.

"Okaa-san, otou-san."

"Ha'i Tadashi, ada apa?." Aku tersenyum, ku lemparkan badanku memeluk mereka, rasanya sangat nyaman.

Maaf.

Maaf karna mengecewakan kalian.

"Astaga bayi besar kita sangat manja nee." Ayahku meledek tapi aku tidak peduli, aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Ada apa sayang?."

"Ii'e."

"Eehh, Nandē?."

Aku menggeleng, lalu berlari menuju kamarku.

Kedua orang tuaku menatap bingung, lalu tertawa bersama.

Aku malu, pipiku bersemu merah.

Mereka suka meledek.

.

"Sayang, kau yakin?." Aku mengangguk.

"Baiklah, ayahmu menunggu. Jaga diri baik-baik."

Hari ini aku akan ke tokyo, mencari sekolah baru untukku.

Sayonara TsūkkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang