Berbeda

789 121 1
                                        

Kau berbeda, sangat berbeda dari biasanya.

Kau mengabaikan ku, kau bahkan enggan bertegur sapa dengan ku.

Kau kenapa?

Mungkin hanya perasaanku saja, mungkin mood mu memang tidak terlalu baik.

Tapi entah kenapa situasi ini membuatku tidak nyaman.

Kau selalu pergi sendiri, pulang sendiri.

Padahal aku sudah menunggumu Tsukishima.

Kau berubah, tapi satu yang tidak pernah berubah darimu.

Sisi kasarmu.

Kulihat kau menyentak tangan seorang gadis yang ingin menyentuh pipimu, aku melihatnya.

Tepat didepan mataku, dan mata kita saling bertemu.

Kulihat bola matamu membesar tanda terkejut tapi seketika kau bersikap biasanya.

Datar dan malas.

"Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu." Kau mengatakan itu secara gamblang didepan wanita cantik itu.

Seketika wanita itu menangis dan kau pergi begitu saja tanpa merasa kasihan.

Begitu pun aku.

Kukira hanya hari ini kau akan mengabaikan ku, tapi ternyata sudah seminggu ini kau enggan melirik bahkan menatap ku.

Nee Tsukishima, apa salahku?

Apa karna kau malu berteman dengan orang bodoh seperti ku?

Atau karna kau memang sudah bosan denganku?.

Tatapanmu semakin datar, perkataanmu pun semakin menyakitkan.

Semua orang yang mengajakmu berbicara pun kau beri panahan.

Kau sebenarnya kenapa?

"Tsukki."

Kau menoleh lalu sepersekian detik kau membuang muka.

Kuremas dadaku perlahan, sakit.

"Tsukki, Gomen. Jika aku ada salah tolong bicara lah, j-jangan menghindari—."

Kau pergi tanpa sempat ku selesaikan apa yang ingin kukatakan.

Kau pergi begitu saja.

Sebenarnya ada apa denganmu!

Sial! Rasanya ingin berteriak dan mengeluarkan semua keluh kesahku.

Kau kejam Tsukishima.

"Oi Yamaguchi...Kalian bertengkar?." Tanaka-san memanggil, aku hembuskan napas lalu menggeleng.

"Uh, lalu?."

"A-aku tidak tahu, mungkin saja moodnya sedang tidak baik. A-atau memang aku yang tidak sengaja membuatnya marah." Kulihat para senpai menatap ku penuh selidik membuatku tidak nyaman.

Sugawara senpai pun menepuk pundakku perlahan lalu tersenyum lebar, "Berbaikanlah, kau tahu Tsukishima kalau marah semakin menyeramkan."

Aku terkekeh canggung, lalu mengangguk.

.

Tidak.

Tidak ada yang dapat kulakukan, Tsukki bahkan tidak pernah mengangkat telpon dan membalas pesanku.

Sialan kau Tsukishima.

Kepalaku pusing, pikiranku melayang, nyawaku seakan pergi entah kemana, semangatku hilang.

Sayonara TsūkkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang