Latih tanding

891 128 2
                                    

Hari ini kau terlihat berbeda, wajahmu memang datar tapi hari ini terlihat semakin datar dan tidak bersemangat.

"Tsukki sakit?." Kau menggeleng membuatku cukup lega, tapi entah dorongan dari mana aku malah mengusap rambutmu.

Membuat mu menatapku penuh tanda tanya.

"Gomen, Tsukki." Ku turunkan tanganku lalu pergi ketempat dudukku, hari ini sepertinya Mood mu sedang tidak baik.

Aku akan mencoba membuat Mood mu seperti biasanya.

"Tsukki, Tsukki."

"Urusai Yamaguchi."

"Gomen, Tsukki." Ya, Aku berhasil.

Sepertinya kau sangat menyukai panggilan itu sehingga wajahmu terlihat memiliki warna.

Atau hanya khayalanku saja.

"Ganti baju." Katamu, syarat akan perintah dan mana mungkin ku tolak.

Rasanya sangat aneh melihat dirimu berganti pakaian didepanku padahal kau sudah sering melakukannya.

Pipiku merona walaupun samar, ku hembuskan napas merasa gugup akan situasi ini.

Ku lirik dirimu yang sudah berganti pakaian bahkan sepertinya akan meninggalkan ruangan, dengan cekatan aku berganti dan menyusulmu dengan cepat.

Tidak ada percakapan hingga menuju ruang klub.

Sudah biasa.

Berdiri didekatmu saja sudah cukup bagiku.

Dasar bucin.

.

Setelah mandi ku dudukkan diriku didepan meja belajar, ku ambil buku bercorak kuning dengan gambar burung diatasnya.

Kubuka perlahan dan mulai menuliskan semua apa yang ku alami hari ini.

Diary

Ya, aku menulis diary.

Dan isinya hanyalah dirimu Tsukishima.

Tersenyum lebar, ku lemparkan ke arah belakang saat kepala ibuku menyembul dari balik pintu dan memanggilku untuk segera turun.

Ku tutup buku dengan pelan agar semua tentangmu tersimpan dengan tenang.

.

Hari ini, latih tanding.

Dengan salah satu Sekolah ternama di Miyagi dan juga merupakan Sekolah dengan klub voli terbaik.

Aoba Johsai.

Ku lihatnya Hinata yang terlihat sangat gugup bahkan sepertinya terkena serangan panik.

Lucu.

Itu hiburan yang menarik tapi rada kasihan melihatnya seperti orang bodoh.

Kulihat dirimu yang sedang pemanasan, keringat bercucuran dikening hingga lehermu.

Sangat indah.

Aku suka.

Aku tersenyum tipis, lalu mendekati Hinata untuk menenangkannya.

Tapi sepertinya apapun yang kami ucapkan hanya membuat Hinata semakin gugup dan gelisah.

Ya tuhan, aku lupa satu hal.

Aku juga gugup, bahkan tanganku sudah banjir keringat.

Tanganku pun dingin.

Apa aku bisa melakukan hal yang sama seperti latihan.

"Yamaguchi." Aku tersentak, "Ganbatte ne." Pipiku memerah lalu mengangguk semangat.

Walaupun kau mengatakannya tanpa semangat.

Tapi itu sudah menunjukkan kau peduli padaku.

Terima kasih, Tsukishima.

Sayonara TsūkkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang