15. Epilog

1.5K 133 3
                                    

Tertanda.

Sorry for typo

________________

Sejak hari itu mereka hidup bersama, Jungkook bahkan semakin melembut padanya, Jimin tak bisa menjelaskan perasaan yang ia rasakan sekarang, tapi masih ada satu pertanyaan dikepalanya yang selama ini hanya menggantung tanpa ada jawaban.

Jimin yang sedang menatap Televisi kini menoleh kearah Jungkook yang masih fokus dengan laptop didepannya, pria itu bertambah tampan saat ia mengenakan kaca mata bundar dan menatap fokus kearah laptop didepannya, Jimin mau tak mau memerah karnannya.

"Jangan memandangi ku terus menerus" ujar Jungkook tiba-tiba tanpa melepas pandangannya dari laptop dipangkuannya, Jimin yang ketahuan sedang menatap Jungkook hanya bisa menunduk malu.

"Jungkook, aku ingin bertanya"

Jungkook yang mendengarnya langsung menoleh, menatap Jimin dengan pandangan bertanya. Jimin yang ditatap sedikit merasa ragu "tanyakan saja" ujar Jungkook yang telah melihat jelas keraguan dari mata Jimin.

Jimin menghela nafas, matanya terangkat dengan lembut menatap kearah Jungkook "bagaimana kau mengenalku?"

Jungkook tersentak, lalu tak lama ia tersenyum lembut. Ia menyampirkan laptopnya dari pangkuannya, lalu dengan tatapan mata dan tepukan tangan dipangkuannya, ia menyuruh Jimin untuk duduk dipangkuannya yang dituruti pria itu.

Jimin menduduki paha Jungkook,dan Jungkook segera menariknya kedalam pelukannya. Tangannya bahkan mulai mengelus rambut Jimin, dan bibirnya ia kecupkan kepipi tembem milik Jimin yang membuat pipi itu seketika memerah. Jungkook meletakkan dagunya dipundak Jimin, memasang ekspresi berpikir.

"Saat itu umurku 7 tahun, aku tak memiliki satupun keluarga. Mereka membuangku didekat sampah, dan aku hidup bertahun-tahun hanya dengan memakan sampah. Saat itu musim dingin, aku tidak memiliki pakaian yang layak, aku juga tak memiliki makanan yang bisa kumakan, bagiku musim tersial adalah musim dingin" jelasnya dengan nada sedikit suram, Jimin hanya mendengarkannya dengan tangannya yang sesekali mengusap punggung Jungkook dengan lembut.

Mereka tak saling berhadapan karna Jungkook tak membiarkannya melihat wajahnya dan hanya memeluknya dengan erat, namun Jimin tahu jika Jungkook sedang menahan tangisnya.

"Dan kala itu.... aku ingat jelas, wajah seputih susu, dengan pipi mochinya yang mengembung merah, matanya yang bersinar terang menatapku dengan pandangan polos dan senyum yang memabukkan. Bibir tebalnya yang entah kenapa tak bisa kulupakan, anak kecil itu sedikit lebih kecil dariku namun tubuhnya sangat berisi, membuatku iri sekaligus merasa gemas" ujar Jungkook lagi, Jimin tersentak dan tanpa sadar terdiam, gerakan mengelus punggung Jungkook terhenti. Ia hanya bisa menatap tembok didepannya dengan pandangan rumit.

"Ia memperkenalkan dirinya padaku dengan suara yang sangat menggemaskan, ia bahkan bertanya padaku apa aku baik-baik saja, ia memberikan aku mantelnya meski ia tahu jika cuaca sangat dingin, ia memberikan aku sebuah sup dengan tangannya yang bergemtar kedinginan. Ia hanya tersenyum dan menyuruhku untuk menerimanya, dan saat aku melihat bintang-bintang dimatanya meski rasa dingin menusuk tubuhnya, ketika aku melihat senyum lembutnya meski wajahnya memucat karna kedinginan, ia tetap memberikan tatapan lembut dan senyum tulus itu padaku. Saat itu aku tersadar, jika aku ingin memilikinya, mengurungnya dan hanya mendapatkan senyum dan tatapan itu hanya untukku"

Jungkook berbisik ditelinga Jimin "jadi Park Jimin, kaulah penyebab mengapa aku menjadi Tuan penguntit, karna kau adalah obsesiku"

Ia mengigit telinga Jimin hingga meninggalkan bekas, tubuh Jimin seketika bergetar merinding mendengarnya, namun perasaan hangat hadir didadanya. Perasaan ini Memberikan Jimin kepastian jika Jungkook tak akan meninggalkannya sekalipun.

Karna seperti yang dikatakan oleh pria itu

Ialah obsesinya

Jimin terkekeh, lalu tersenyum. Ia segera melepaskan pelukan mereka, menatap kearah Mata Jungkook yang memerah. Tangan Jungkook sudah mulai masuk kedalam pakaiannya namun Jimin membiarkannya bahkan ia hanya tersenyum genit kearah Jungkook.

"Setelahnya, kau diadopsi oleh keluarga Kim?"tanya Jimin, tanpa menghentikan tangan-tangan nakal Jungkook ditubuhnya, Jungkook hanya mengangguk, ia sudah malas membahas masa lalu jadi segera ia menyerang bibir Jimin tanpa memberikan celah padanya untuk bertanya lagi.

Dan Jimin?

Ia tersenyum kecil diantara ciuman mereka, jika Tuan penguntitnya memiliki obsesi padanya sejak dini, maka Jiminpun sama, ia tergila-gila dengan tuan penguntit dihadapannya ini.

Mereka melepas ciuman mereka dan saling menatap mata mereka satu sama lain dengan dalam, Jimin tersenyum dan mengecup bibir Jungkook

"I love you, Mr. Stalker"

________________

The End!

Nanti bakal ada extra tenang aja 😜

Ga nyangka bisa selesein ini begitu cepet, sebenarnya akutuh mau rest bentar selama bulan puasa, tapi nanggung banget uda mau selese jadi kulanjutkan saja deh hehe

Maaf banget kalo cerita ini kurang nyentuh, atau ga sesuai ekspetasi kalian apalagi endingnya 😭

Tapi aku tetep harap kalian suka sama cerita ini, dan bisa kasih aku banyak dukungan untuk ceritaku lainnya

Terima kasih semuanya atas dukungan kalian 🙏, aku enjoy banget ngebikin crita ini dan aku harap kalian juga

See you ✨

Jangan diapus dari perpus kalian dulu ya, masih ada extra chap 😉

21.04. 2021

Mr. Stalker✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang