Tertanda.
Sorry for typo
______________
Jimin terbangun, sudah satu bulan ia jalani hidup bersama dengan Jungkook.
Tak terasa waktu berlalu, dan Jimin melihat kearah samping ranjangnya dimana hanya ada kekosongan disana, selalu seperti itu, Jungkook akan selalu meninggalkannya dipagi hari lalu kembali dimalam hari.
Entah mengapa ia merasa seperti seorang murahan.
Ia mendesah pelan,perasaan aneh itu kembali lagi, ia tak menyukai perasaan ini.
Perasaan yang membuatnya gelisah, takut, kecewa, sedih, marah.
Setelah sebulan lamanya Jungkook tinggal, ia selalu dipaksa untuk menerima kehadiran pria itu dan setiap ia bertanya maka Jungkook hanya akan menjawab bahwa ia akan menerimanya.
Jimin terkekeh mengingat ucapan pria itu, ketika ia berusaha untuk mengusirnya
Menyesal?
Menerimanya?
Yang benar saja?
Untuk apa ia menerima pria yang selama ini menguntit dihidupnya?
Untuk apa ia harus menerima pria yang jelas-jelas sudah melecehkannya?
Jimin mendesah kecewa, ia ingin mengusir pria itu pergi namun itu begitu sulit.
_______________
"Jimin jika ada sesuatu yang menganggu katakanlah!" Ucap Hoseok, hari ini Hoseok mengajaknya makan siang bersama disebuah taman dekat sekolah, taman itu masih sangat sepi dan sedikit orang yang berkunjung.
Jimin menoleh, merasa tak yakin.
Hoseok melihatnya dan tersenyum tipis, akhir-akhir ini Jimin terlihat berbeda. Ia bukan lagi Jimin yang ceria dan bebas seperti dulu, ia terlihat seperti Jimin yang terkurung didalam jeruji yang tak terlihat.
Hoseok selalu melihat wajah terkekang dan terbebaninya yang membuat ia khawatir dengan temannya itu.
"Aku tak apa"
Kata itu lagi
Hoseok mendesah kecewa "tak apa ceritakan saja, namun jika kau belum siap tak apa, kau bisa menghubungiku. Aku akan selalu berada disampingmu"
Jimin mengangguk pelan dan melanjutkannya makannya, tak menyadari tatapan Hoseok yang tertuju padanya dengan khawatir dan sedih.
____________
"Jimin, ada seorang kurir paket menunggumu" ucap Namjoon dengan segelas cangkir berisi kopi.
Jimin meliriknya dan mengangguk, namun dikepalanya ia sedikit merasa bingung, sejak kapan ia memesan paket?
Jimin melihat kearah kurir paket yang tengah terduduk diruang tunggu dengan kepala menunduk, dipangkuannya terdapat sebuah kotak berukuran sedang.
Jimin berdiri didepannya
"Apa kau mencariku?" Tanya Jimin
Kurir itu langsung mendongak dan tersenyum kearahnya, Jimin mau tak mau langsung terbelak dan mundur beberapa langkah, matanya melihat sekeliling kantor yang masih terlihat sibuk.
"Aku ingin mengirimmu paket"
"Aku tak memesan apapun" balas Jimin tajam
"Terima saja, ini atas namamu"balas kurir dengan santai
"Jungkook hentikan, dan pergi" paksa Jimin, ia menarik tubuh Jungkook keluar dari ruang kantor yang hanya dituruti dengan baik oleh Jungkook, ia bahkan terkekeh ketika pakaiannya ditarik oleh Jimin.
Ketika Jimin merasa aman, ia mulai melihat Jungkook yang masih memeluk kotak itu, menatapnya dengan dingin dan tajam.
"Tanda tangani ini" Jungkook menyerahkan sebuah kertas dan pen pada Jimin, bersikap seolah ia bukan siapa-siapa Jimin selain hanya kurir paket biasa.
Jimin buru-buru menerimanya dan menandatanganinya, mengambil kotak dengan cepat lalu menyuruh Jungkook pergi. Jungkook tersenyum "jangan lupa dibuka" suruh Jungkook sambil tersenyum.
Ia mengecup bibir Jimin yang membuat pria itu tersentak kaget, lalu Jungkook segera pergi dari hadapannya dengan senyum tampan.
Jimin menatap tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, ketika sadar ia langsung menatap punggung Jungkook yang semakin mengecil dengan tatapan kesal.
Ia tersadar dengan kotak itu dan melihatnya, menatap aneh kotak yang dikirim Jungkook, perasaannya tak enak.
Ia membukanya perlahan, matanya terbelak ketika melihat isi didalamnya, ia langsung mengambil beberapa foto Polaroid didalamnya meremasnya dengan kencang bahkan menyobeknya. Ia kembali meletakkan semua foto dirinya yang sudah hancur itu dan memilih untuk membakarnya.
Jimin benar-benar dibuat marah oleh perilaku Jungkook, bagaimana bisa ia menyimpan semua foto Jimin bahkan disaat Jimin masih sendiri diapartemennya.
Jimin membakar kotak itu dengan gambaran api dimatanya, menatap kotak yang mulai terbakar dengan tajam.
"Jimin?" Hoseok menaiki atap gedung sekolah dan melihat Jimin yang tengah menbakar sesuatu, alisnya menukik bingung
Jimin menoleh dan menatap Hoseok dengan sedikit keterkejutan, "apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada, hanya membakar beberapa sampah. Ayo kita kembali" ajak Jimin sambil menarik tubuh Hoseok pergi dari atap sekolah, Hoseok mengikuti dengan kepalanya yang sesekali menoleh kearah api yang membakar kotak dengan tatapan penasaran.
______________
"Bagaimana hadiahnya?" Tanya Jungkook dimeja makan sambil meminum secangkir teh, matanya menatap tab ditangannya namun pertanyaan itu tertuju pada Jimin
Jimin melihatnya tajam "kau!"
Jungkook mendongak dan tersenyum ketika melihat tatapan marah Jimin yang menuju kearahnya "bisa-bisanya kau mengirimkan hal seperti itu?!!" Teriak Jimin marah
"Kau menyukainya?"
"Sialan!" Jimin melempar sepatunya dan berjalan kearah kamarnya berada dengan emosi, sedangkan Jungkook hanya diam dan kembali kepekerjaannya.
Jimin diam dikamar dengan gelisah, ia harus segera menyingkirkannya.
Jimin mengambil ponselnya
"Halo, Jimin? Ada apa?"
"Namjoon, aku butuh bantuanmu"
_________
30. 03.2021
Update double hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Stalker✓️
Fanfic| Kookmin | Penulis: Ldy_Rw Tags: BXB, BOYS LOVE ⚠️tw // Rape ____________________ Jimin tak pernah merasa setakut ini dalam hidupnya, setiap ia melangkah ia seolah merasa jika ada seseorang yang selalu memeperhatikan setiap langkahnya. Tak ada...