4:: Di Kala Hujan

2 0 0
                                    

"Sialan! Pake hujan segala!" Stella berteriak kesal saat merasakan hujan yang makin deras. Gadis itu segera berhenti di sebuah halte bus yang cukup sepi. Untung saja tidak ada orang, karena Stella sedang malas berdesak desakan. Jika saja mobil mini cooper kesayangannya tidak sedang diservis, Stella tidak akan menggunakan motor sehingga kehujanan begini.

"Sorry motor kesayangan, lo kehujanan dulu ya." Lirih Stella saat melihat motor scoopy putihnya yang terparkir di pinggir jalan dengan dibasahi oleh derasnya hujan.

Stella dengan malas duduk di tempat duduk halte yang tersedia. Gadis itu tidak pernah suka dengan yang namanya hujan deras. Suara derasnya hujan yang begitu keras selalu terdengar menyeramkan di telinga Stella. Stella selalu ketakutan jika mendengarnya, apa lagi saat ia sedang sendirian seperti sekarang. Stella kini tidak hanya ketakutan dengan suara hujan namun juga kedinginan. Stella hanya menggunakan seragam dilapisi kardigan yang sudah lumayan basah karena terkena rintik hujan tadi.

Gue berharap tiba tiba Rey dateng terus ngajakin gue pulang bareng. Batin Stella penuh harap. Karena seingatnya tadi Reynald mengendarai mobilnya.

Setelah Stella berharap dalam hatinya, sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan halte yang Stella singgahi. Stella merasa asing dengan mobil itu. Seketika harapannya pupus karena sadar jika itu bukan mobil milik Reynald. Stella pun memutuskan untuk diam saja sambil terus memperhatikan mobil hitam itu. Tak lama kemudian jendela mobil itu terbuka setengah hingga menampakkan wajah seorang laki laki yang sudah tidak asing di mata Stella.

"Masuk! Gue anterin pulang mau?!" Ucap laki laki itu dengan suara yang berusaha ia buat sekeras mungkin agar dapat menembus suara derasnya hujan.

"Nggak." Jawab Stella singkat dengan wajah cueknya. Dia berharap Reynald yang menawarinya pulang, bukan Altair!

"Hujannya deres banget Stel, kayaknya selesainya masih lama juga. Udah lo bareng gue aja!"

"Enak aja! Masa gue harus tinggal motor kesayangan gue?!" Stella tidak akan membiarkan motor scoopy kesayangannya itu diabaikan begitu saja, apa lagi di tempat umum seperti ini. Bagaimana jika ada yang mengisengi motornya atau bahkan mencurinya? Tidak akan Stella biarkan.

Mendengar penolakan Stella, Altair jadi kesal sendiri. Namun Altair juga sadar, bukan hal baik untuk meninggalkan motor Stella di tempat umum seperti ini. Altair bingung dibuatnya. 

"Ah udah lah." Gumamnya frustasi. Tanpa mengucapkan apa apa lagi kepada Stella, Altair segera menutup kaca mobilnya dan segera menjalankan mobilnya untuk pergi dari sana. Stella melotot dibuatnya. Ia kira Altair akan terus membujuknya lebih keras lagi. Nyatanya Altair malah meninggalkannya begitu saja. Namun Stella memutuskan untuk acuh. Lagi pula ia memang tidak berharap untuk pulang bersama Altair dan meninggalkan motor kesayangannya.

Stella kembali menunggu hujan reda dalam kesendirian. Stella sedikit heran saat melihat jalanan begitu sepi. Hanya ada satu atau dua kendaraan yang lewat tiap dua menitnya. Benar benar sepi! Hal itu tentu membuatnya merasa sedikit jenuh dan ketakutan. Jika sepi seperti ini Stella takut tiba tiba ada seseorang yang berniat jahat kepadanya. Meskipun Stella bisa bela diri, tapi tetap saja ia merasa waspada. Ingin sekali rasanya Stella menerobos hujan, namun Stella tidak memiliki jas hujan dan gadis itu tidak mau membuat barang barangnya basah.

Stella menyerngitkan dahinya saat melihat mobil Altair kembali berhenti di dekat halte. Tak lama kemudian Altair keluar dari sana dan berlari lari kecil menghampiri Stella. Di genggaman dua tangan laki laki itu nampak dua gelas brand minuman ternama yang cukup Stella sukai.

"Ngapain lo balik lagi?" Tanya Stella kebingungan.

"Nungguin lo sampai hujannya redah lah! Gue nggak mungkin ngebiarin lo di tempat sepi kayak gini." Ucap Altair sambil duduk di samping Stella. Setelah itu Altair menyerahkan segelas minuman hangat yang tadi ia beli kepada Stella. "Tadi gue pergi buat beli minuman hangat buat kita berdua. Gue tau lo kedinginan." Lanjut Altair seolah tahu kebingungan Stella.

About StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang