2:: Stella dan Luna

3 0 0
                                    

Sudah hampir 4 tahun lamanya Stella mengenal Reynald, begitu pula sebaliknya. Dan selama 4 tahun itu pula Stella berhasil diam diam menyembunyikan perasaannya kepada Reynald. Sebelumnya Stella merasa cukup dengan hanya ikatan persahabatan mereka saja. Namun sekarang Stella sadar jika dengan hanya ikatan persahabatan, gadis itu tidak akan bisa puas.

Stella yang cantik, kaya, dan pintar seharusnya cocok bersanding dengan Reynald yang nyaris sempurna seperti Stella. Tak jarang ada yang menyebut mereka akan menjadi sepasang kekasih yang serasi. Stella awalnya merasa biasa saja dengan kedekatan mereka yang hanya sebatas sahabat. Yang terpenting ia bisa dekat dengan Reynald dan Reynald selalu perhatian kepadanya. Namun sejak muncul kehadiran seorang gadis bernama Yuri, Stella sudah tidak bisa setenang dulu.

Yuri adalah gadis yang sangat berkebalikan dengan Stella. Jika Stella selalu bersikap semena mena, arogan, dan kejam, maka Yuri sebaliknya. Yuri adalah gadis yang cantik, anggun, ramah, lemah lembut, dan selalu kalem. Nilai minus Yuri jika dibandingkan dengan Stella di mata orang orang adalah prestasinya yang tergolong biasa saja. Dengan kepribadian Yuri yang sangat masuk ke dalam kriteria pacar idaman hampir semua laki laki, Reynald pun jatuh ke dalam pesona gadis bermata sipit itu.

Setelah kemunculan Yuri di hidup Reynald, setiap obrolan Stella jika bersama dengan Reynald pasti selalu ada kaitannya denga Yuri. Laki laki itu seolah menunjukkan bahwa ketertarikannya dengan Yuri sudah tidak tertolong lagi, dan Stella sudah tidak ada kesempatan untuk mengambil hati Reynald. Bahkan terkadang Reynald membandingkan sikap Stella yang sudah diketahui banyak orang sangat berkebalikan dengan Yuri.

Karena hal itu Stella selalu merasa ia sangat tidak suka kepada Yuri meski gadis itu sama sekali belum pernah mencari masalah kepadanya.

"Gue tadi ngelihat Reynald ngasih kado ke Yuri di depan kelas tuh cewek." Suara nyaring seorang gadis yang sangat Stella kenal terdengar cukup keras di tengah keramaian kantin. Sepertinya Luna, gadis bersuara nyaring itu, memang sengaja mengeraskan suaranya yang sangat nyaring.

"Kayaknya bentar lagi ada yang jadian sih." Sahut teman dari Luna.

"Udah terlupakan deh, si pawangnya itu." Teman Luna yang lain juga ikut menyahut. Stella yang mendengar obrolan mereka pun hanya bisa tersenyum miring. Sementara ketiga temannya yang lain cuek saja. Sepertinya Luna dan dua temannya itu ingin mencari masalah dengan Stella, namun tiga teman Stella tidak peduli. Toh ini sudah menjadi makanan sehari hari dari Stella.

"Bagus sih kalau sama si Yuri. Dari pada sama anak haram itu, kebanting banget deh." Luna tertawa sok anggun, yang menurut Stella malah terdengar mengerikan seperti hantu. "Anak haram jelas levelnya bedah jauh lah sama Reynald yang perfect gitu." Lanjut Luna yang mulai berhasil memancing emosi Stella.

"Gue heran kok bisa dia masih punya muka buat sok berkuasa di sini. Emang dasarnya nggak diajarin malu kali ya sama orang tuanya? Ups kayaknya gue salah. Orang tuanya aja nggak lengkap, mana bisa ngajarin ya?"

Stella dengan santai bangkit dari duduknya. Sontak hampir seluruh penghuni kantin memusatkan perhatian mereka kepada Stella. Sudah pasti akan ada keributan yang menarik setelah ini. Wajah Stella yang datar datar saja tanpa emosi pun malah semakin membuat suasana kantin memanas. Sementara Luna hanya tersenyum mengejek ke arah Stella. Gadis itu seolah menunggu apa yang akan Stella lakukan kepadanya.

"Bitch!" Setelah itu Stella langsung menarik keras rambut panjang Luna. Melihat Luna yang ditarik rambutnya tiba tiba, kedua teman Luna pun berusaha menarik Stella namun gagal. Raya dan Felicia sudah terlebih dahulu menghalangi dua gadis itu dengan mengunci pergerakan mereka. Sementara Laura hanya diam saja di tempatnya. Gadis itu memutuskan untuk menjadi penonton. Toh Stella, Raya, dan Felicia sudah berhasil mengatasi tiga gadis tidak tahu malu itu.

About StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang