5

22 7 0
                                    

1 Viewers: 1 kasih sayang untuk Koala
1 Vote: 1 daun Eucalyptus untuk Koala
1 Comment: 1 pohon Eucalyptus untuk Koala.

1 Viewers: 1 kasih sayang untuk Koala1 Vote: 1 daun Eucalyptus untuk Koala1 Comment: 1 pohon Eucalyptus untuk Koala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis dengan tinggi sekitar 157 cm itu bersandar pada cerobong asap di atap salah satu bangunan. Tudung jubahnya jatuh di pundaknya menyingkap rambut ungu yang tertimpa sinar bulan.

Matanya sibuk melihat perpustakaan utama Voscha yang berangsur-angsur sepi, seluruh penyihir Valtory pulang ke rumah mereka masing-masing.

Lumayan lama Althea menatap bangunan perpustakaan itu, setelah merasa cukup, kakinya melangkah bersamaan dengan tudungnya yang terangkat menutupi rambutnya.

Kakinya menyentuh tanah dan berjalan menuju hutan perbatasan Voscha dan Curple, ia tahu ada sesuatu tak kasat mata yang mengikutinya.

Beralih ke sebuah tempat dengan bangunan usang dan sulur-sulur yang merambat di tembok-temboknya. Tiga entitas datang bersamaan melalui portal berbeda. Ketiganya memakai jubah hitam dan topeng hitam dengan lambang khas di sisi mata kanannya. Lambang khas dengan ukiran rumit yang abstrak, namun satu Alcasha mengenal sangat simbol itu.

Salah satu dari mereka seorang wanita dengan rambut panjang merah menyala. Pakaiannya pun terusan berwarna merah terang, langkahnya anggun dan tegas bersamaan.

"Apa yang kalian temukan?" tanya seorang laki-laki dengan pakaian urakan.

"Tidak ada," ujar wanita berambut merah itu. Saat bicara, topengnya berangsur lenyap seakan diserap oleh wajahnya sendiri. Kedua laki-laki bersamanya pun melakukan hal yang sama.

"Eum ... Aku—ada sesuatu yang mengganjal pikiranku," ujar laki-laki lainnya dengan beberapa helai daun menempel pada jubah dan pakaiannya.

"Apa?"

"Tentang penyerangan Valtory Academy. Ada yang aneh, tentang teman-teman kita yang menghilang saat itu."

"Aku menyusuri sekitaran Academy itu dan—tidak menemukan apapun di sana," ujarnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Teman-temannya mendelik sinis saat informasi yang diberikan tidak berguna.

"Lalu?" tanya si wanita acuh tak acuh.

"Entahlah, tapi tidak mungkin teman-teman kita menghilang begitu saja kan' Elle?"

"Mungkin itu dia." Kalimat dari si lelaki urakan itu mengundang tatapan kedua temannya.

"Zyrfonia?" Elle menaikkan satu alisnya, mulai tertarik dengan pembahasan.

Magica ViolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang