6

22 6 3
                                    

1 Viewers: 1 kasih sayang untuk Koala
1 Vote: 1 daun Eucalyptus untuk Koala
1 Comment: 1 pohon Eucalyptus untuk Koala.

Bekas pertempuran terlihat jelas walau hanya temaram lampu lentera yang jadi cahaya satu-satunya di sana, sinar bulan benar-benar tertutup rerimbunan pohon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bekas pertempuran terlihat jelas walau hanya temaram lampu lentera yang jadi cahaya satu-satunya di sana, sinar bulan benar-benar tertutup rerimbunan pohon. Setidaknya cukup untuk melihat sekitaran mereka.

Althea terduduk bersandar di salah satu pohon besar, begitupun Arcio di sebrangnya. Tadinya Arcio mau duduk di samping Thea, tapi di usir.

Keduanya masih mengatur napas, kelelahan. Arcio memandang gadis yang berjarak kurang lebih 2 setengah meter di depannya. Gadis itu malah sibuk mengacuhkannya, ia sibuk mengobati sayatan di lehernya dengan wajah masam.

Lelaki itu terkekeh, matanya menyusuri sekitar sedikit takjub dengan apa yang terjadi tadi. Sihir ilusi Althea memang mengerikan, sangat nyata. Tadinya ia berpikir lentera benar-benar jatuh ke bawah tebing dan sekitar menjadi gelap, ternyata itu ilusi. Dalam artian lain, suasana temaram di lihat oleh Althea tapi, ia hanya melihat kegelapan.

Beberapa pohon terkena sayatan yang menghitam, ia duga itu ulah pedang apinya. Ah, begini ternyata karma akibat menantang seorang Fonny. Arcio memakai sihir langka warisan dari ras nya dan Althea membalasnya dengan hal yang sama. Jauh lebih mengerikan.

Beruntung ia tidak semudah itu terkecoh, walau tetap saja ia kelimpungan.

Althea selesai dengan aktivitasnya, ia hanya meminum Healing potion dan menyiram lukanya dengan cairan herbal tapi membiarkan lukanya terbuka, toh hanya sayatan tipis. Ya walau tetap saja berhasil membuatnya meringis, bahkan hampir menangis tapi ada Arcio tak akan ia lakukan, malu.

"Sudah?"

Althea mengangkat satu alis memandang lelaki dengan rambut hitam urakan itu.

"Kalau sudah, obati lukaku." Arcio menggerakkan kecil satu bahunya yang terluka karena Thea.

"Tidak mau!"

"Lukaku parah lho. Kau tidak main-main."

Althea kembali mengacuhkannya, ia sibuk membuka Saveriumnya dan mengeluarkan bolu pandan dan coklat lalu memakannya dengan lahap tepat di depan Arcio.

Arcio tersenyum kecut, ia bangkit berdiri. Baru selangkah menuju Althea, krystal es mencuat dari tanah di depan Althea dan menyebar sampai ujung sepatunya, seakan pertanda bahwa ia tak boleh mendekat.

Arcio mengambil arah lain namun, hal yang sama tetap terjadi. Karena muak, ia menghilangkan raganya lalu muncul tiba-tiba di samping Althea, ikut bersandar di pohon yang sama.

Gadis itu masih mengacuhkannya. Althea makan dengan lahap, pipinya sampai menggembul lucu, hampir tumpah bahkan menurut Cio.

Laki-laki itu terus memandangi Thea sampai gadis itu merasa muak karenanya. "Apa! Kau mau?!" katanya seraya menyodorkan bolu coklat yang ia pegang.

Magica ViolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang