9

8 3 0
                                    

1 Viewers: 1 kasih sayang untuk Koala
1 Vote: 1 daun Eucalyptus untuk Koala
1 Comment: 1 pohon Eucalyptus untuk Koala.

1 Viewers: 1 kasih sayang untuk Koala1 Vote: 1 daun Eucalyptus untuk Koala1 Comment: 1 pohon Eucalyptus untuk Koala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Panggil tabib!"

"Tidak perlu." Nada dingin itu keluar dari mulut Althea.

"Althea!" Arcio membalasnya dengan penuh tekanan.

Darah masih terus mengalir dari hidungnya, membanjiri piyama birunya. Althea terduduk di kasur dengan menekuk lututnya, satu tangannya melingkar memeluk lututnya, satunya lagi sibuk menadah darah yang terus keluar.

Arcio menatap kedua pelayan yang berada di kamarnya. "Keluar!" titahnya, dingin.

Kedua pelayan itu menurut. Arcio duduk bersandar di kursi abu-abu yang berada di kamarnya. Netranya menatap gadis mungil yang mati-matian menahan rasa sakit yang dirasa.

Arcio tahu, kadang Althea memukul-mukul dadanya seakan sesak menjalar di dalamnya. Nafasnya juga seakan tercekat, dan gejala ini sama seperti sebelumnya yang ia lihat di Academy saat malam penyerangan Darkshell yang tiba-tiba.

Arcio menghela nafas kasar lalu bangkit mendekat ke arah Althea. Ia duduk di tepi kasur menghadap gadis itu. "Buka Saverium mu. Ada obatnya kan di dalam?"

Althea menggerakkan satu tangannya. Berkali-kali tapi tak bisa. Bahkan sekedar mengumpulkan magis ke tangannya saja sulit. Rasa sakit itu mengambil fokusnya, darahnya berdesir hebat. Sungguh memuakkan menahan diri agar tidak hilang kendali.

Althea tahu, sedari dirinya bangun tadi, Howly memanggilnya tapi ia tak ada niat untuk membukanya karena malas. Kalau tahu akan begini, akan ia biarkan Howly keluar. Sekarang pun Howly sibuk merengek panik, ia mau keluar membantu Althea tapi bahkan Althea tidak sanggup membuka Saveriumnya.

"A—aku mau racun," pinta Althea dengan lirih.

Arcio menaikkan satu alisnya, bingung.

"Apa kau punya?"

"Hm? Aku tidak bisa mendengarmu. Kau bilang apa?" Arcio maju mendekat.

"Racun ... Apa kau punya?"

Arcio mendengus. "Sudah kubilang ku panggilkan tabib—"

"Percuma—" untuk pertama kalinya Althea mendongak saat sampai di kamar. Mata dan pipinya berair, darah terlukis di sekitar mulut dan hidungnya. Tangannya penuh dengan genangan merah yang tumpah tumpah itu.

Arcio tertegun melihatnya. Gadis di hadapannya dalam kondisi kacau. Manik mata ungu gelap itu menatapnya. Asing. Seakan yang menatapnya bukanlah orang yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Magica ViolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang