Seorang pria dengan tubuh kekar memakai jas abu mahalnya memasuki lobby, ia adalah Adelard Fedde Baren Max. Terkenal dengan sifatnya yang cuek dan dingin, membuat siapapun yang didekatnya merasa terintimidasi. Baren melangkah memasuki lift pribadi miliknya dan memencet angka 35. Begitu sampai, ia memasuki ruangan menaruh jas dan membuka tablet guna melihat perkembangan perusahaan.
"Mr Baren, sekretarismu sudah datang" kata Henry selaku tangan kanan Baren
Baren mengangguk, "baiklah suruh dia kemari"
Terdengar suara ketukan pintu dan ketukan heels yang mengenai lantai, ia berdeham dan memperkenalkan dirinya.
Hening, ia rasa sesi perkenalan diri sudah selesai. Baren membalikkan badan dan mematung sesaat, Demi tuhan ia sangat cantik!
Baren mengernyitkan alis tatkala Lea memukul bibir manisnya, "mengapa ia memukul bibir?"
"are u okay ms?" ia hanya mengangguk tersenyum dan memperlihatkan bahwa ia baik baik saja
Kembali menjadi Baren yang professional dan tegas tehadap karyawan dan perusahaan, Baren mengulurkan tangannya, "saya harap bisa berkerja sama dengan baik Ms Chela"
Lea dengan senang hati menyambut uluran tangan Baren, "saya harap seperti itu Mr Baren" diakhiri dengan senyum manis yang merekah.
Degup jantung Baren tak terkontrol menimbulkan gelenyar aneh ditubuhnya, ia menyuruh Lea kembali dan memulai berkerja.
"ini gue salah denger apa gimana? Mr Baren manggil gue Ms Chela?! Oh tuhan tidaaaaak, jantungkuuu. Haaaa pipiku jugaaaa aaaaaaaaaa tuhaan aku gabisaaaaaa" teriakku brutal dengan memukul pipi, untung saja ruangan ini kedap suara. Jika tidak? Mati sudah diriku dipecat di hari pertama.
Lea merapihkan meja dan bersiap untuk mempelajari dokumen dokumen perusahaan yang akan ia kerjakan. Beruntung sekali ia selalu membantu Jarvis dan daddy dalam urusan perusahaan, akibatnya tak terlalu banyak yang ia hafalkan dan pelajari.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lima puluh, Baren melangkahkan kaki keluar ruangan dan meminta Lea untuk mengikutinya. Baren mengajak Lea untuk menemani makan siang, bersama calon partner bisnis Max Group.
Disepanjang perjalanan dari kantor menuju resto, mereka berdua tidak membuka suara. Melihat sang CEO menutup mulut, Lea menyibukkan diri melihat sekeliling. Tibalah mereka di sebuah resto ternama, resto yang bernuansa eropa klasik.
Seorang pria muda menghampiri Baren lalu menatap Lea dengan lekat,"selamat datang Mr Baren, wah sekretaris baru?sungguh menawan"
Baren membalas tatapan itu dan menarik tangan Lea agar berada di dekatnya.
"selamat siang, saya sekretaris Mr Baren. Richela Valma" jawab Lea dengan mengulurkan tangan
Mr John membalas uluran tangan dan memperkenalkan dirinya, "Johnny Addison, kau bisa memanggilku John or babe. Bagaimana babe saja? Sepertinya itu ide yang sangat bagus"
Baren menarik lengan Lea dan mengubah posisi menjauhi Mr John. Setelah satu jam berlalu, Baren dan Johnny pun menyepakati kontrak.
Selama perjalanan pulang, Lea tak diam saja. Baren mengajaknya berdiskusi mengenai perusahaan dan masalah yang sudah terjadi antara Lea dan Mr John.
"lain kali, hanya perkenalkan diri. Tak usah mengulurkan tanganmu"
Lea meringis mendengar suara datar dan kata kata yang cukup menusuk itu. Tetapi batin Lea berkata lain "posesifnya CEO ku, gemas"
Meskipun ekspresi wajah Baren biasa saja, ia bersorak gembira karena Lea menuruti perintahnya. Tiba tiba Baren mendapat sebuah ide cemerlang
"malam ini kau kemasi barangmu, ku tunggu di bandara pukul 7. Tak ada kata terlambat"
Ya, Baren mengajaknya untuk mengikuti Bussiness Trip ke Amerika selama dua pekan. Hitung hitung untuk mendekatkan diri kepada Lea. Lea mengangguk tanpa mengeluarkan protes apapun.
"hm, menarik" gumam Baren saat mengetahui jawaban Lea
Pukul enam empat lima Lea sampai di bandara, ia memilih untuk menaik taksi karena ia takut jika Baren tiba lebih awal dan melihatnya turun dari mobil Mr Theobald. Lea menarik koper kesayangannya menuju ruang tunggu. Tak lama, Baren datang bersama Henry mengenakan jas hitam beserta rambut jambul yang menggoda hatiku. Ah dua duanya sungguh menawan!
Lea membungkukkan badan dan mengekori Henry bersama Baren menuju ruang tunggu VVIP milik keluarga Max. Jet pribadi milik Baren telah siap, waktunya terbang menuju Amerika. Setibanya di Amerika Baren memilih untuk beristirahat karena waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi.
"aaaaah capek" Lea meregangkan badan dan bersiap menuju ruang mimpi. Gedoran pintu dan bel membuat Lea terbangun, ia melihat jam dan waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi.
"selamat pagi, sarapanmu ms" sapa pelayan mengantarkan sarapan beserta camilan. Lea memilih untuk mandi terlebih dahulu sebelum ia menyantap sarapan pagi. Kegiatan hari ini, Lea menemani Mr Baren menemui adiknya yang sedang melanjutkan kuliah di Amerika, dan mungkin ada jadwal tambahan mengingat sifat Baren yang terlalu out of context
"haloo, sepertinya aku baru melihatmu. Perkenalkan, Wagner Rulan Egon Max panggil saja Alan" ia mengulurkan tangan dengan mengedipkan sebelah matanya. Baren melirik Alan dan berdecih.
Lea menjawab uluran tangan Alan dan menganggukan kepala, "ah ya, aku Richela Valma kau bisa memanggilku Lea"
"Lea? Bukankah namamu Richela?" celetuk Alan
"nama kau juga Wagner, mengapa menjadi Alan?"
Ia tertawa "oh itu, aku dulu tak bisa menyebut Rulan ataupun Wagner. Jadi saja Alan. Lucu bukan?"
"bukan tak bisa, kau saja terlalu bodoh" kali ini Baren yang berbicara
"diamlah Adelard"
Baren menyatukan alis ketika Alan memanggilnya 'Adelard', "sungguh kau sangat tak sopan"
Lea mengangguk dan tersenyum "sepertinya masalah kita sama, dulu aku tak bisa mengucapkan Richela, jadi keluarga ku memutuskan untuk memanggil Lea. Oh ya bukankah kau bisa dipanggil Egon?"
"tidak! Terlalu aneh. Alan saja"
"ekhem" Baren berdeham melihat interaksi Alan dan Lea yang begitu dekat, padahal baru saja berkenalan dua menit yang lalu."ada yang seru?"
Lea menggeleng, "tidak sir"
"ck, galak sekali kau! kuharap Ms Lea tak kabur karena sikapmu yang begitu menyebalkan" ujar Alan santai sambil memasukkan kedua tangannya di saku
"tidak sir, tenang saja" Lea terkekeh
Baren melirik sedikit ke arah Lea dan tersenyum kecil sangat kecil. Karena itu, hanya Baren dan tuhan yang mengetahui bahwa ia sedang tersenyum, "sudahlah, aku akan kembali. Jaga dirimu baik baik"
Alan mengangguk patuh dan memeluk Lea, dengan wajah datarnya Baren menginterupsi Alan dengan dehaman mematikan.
"kau kenapa sih? daritadi ribut sekali. Kalau tak dehaman kau berdecih, kau cemburu?" protes Alan yang tak mengerti mengapa kakaknya begitu sensitive hari ini.
Baren membuka pintu bagian belakang dan duduk menatap lurus kedepan, Lea menghela nafas juga berpamitan dengan Alan. Selama di perjalanan Baren seperti biasa ia hanya diam tak ada suara, bahkan auranya pun sangat menyeramkan.
"sir, maaf jika obrolan saya dan alan menganggumu" ucap Lea dengan sangat hati hati, karena ia takut melihat Baren yang terlihat sangat marah. Padahal menurut logika pun untuk apa seorang Adelard Fedde Baren Max terganggu dengan obrolan singkat seperti itu.
~
jangan lupa vote comment ya! terimakasih <3
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love CEO
RomanceRichela Valma Theobald, Merupakan Anak Konglomerat yaitu Theobald Corperation. Ia gemar menemukan pengalaman baru, di umur yang baru ini ia memilih untuk berkerja di perusahaan lain karena ia ingin berkerja tanpa memiliki embel embel sebagai anak pe...