Chapter 01

432 53 0
                                    


~○○○○○○~

Author POV


Saat itu pagi yang cukup dingin menyelimuti hampir seluruh kota. Membuat jalanan menjadi cukup sepi, yang biasanya dilalui oleh orang-orang untuk berangkat kerja maupun olahraga. Ayam-ayam menjadi enggan berkokok yang biasanya selalu menjadi yang pertama membangunkan penduduk kota kecil itu.

Beruntungnya hari ini adalah hari minggu, sehingga orang-orang bisa melanjutkan mimpinya masing-masing. Tapi tidak dengan gadis satu ini.

Sedari subuh tadi dirinya sudah rapi dengan setelan jas formal warna biru tua dan sepatu high heels kulitnya. Tak lupa rambutnya ditata serapi mungkin dengan potongan layer.

"Whoa. Seorang gadis perawan yang selalu bangun siang sekarang terlihat sangat menggoda di pagi buta seperti ini."

(Y/n) memutar bola matanya malas. Entah bagaimana adiknya ini bisa semenyebalkan sekarang.

"Kau sendiri kan yang bilang kalau ini ciri khas gaya mereka." gerutunya.

Sedangkan gadis berambut ungu itu menyeringai lalu meletakkan gelas jusnya di atas nakas.


"Yaa, kau memang sangat mirip dengan gaya mereka. Bahkan aku berpikir, kau bisa membuat bosnya jatuh cinta." ledeknya.

"Shinoa, cukup. Pergi dari kamarku."

Setengah jam kemudian, ia sudah siap dengan segala perlengkapannya. Kaki jenjangnya melangkah keluar dari rumah kuno itu.

"Semua gara-gara Tuan Ferid. Kalau dia tidak bertingkah, kakak pasti tidak perlu terburu-buru seperti ini."

(Y/n) tersenyum. Ia menunduk dan mengelus kepala Miiko. Tidak seharusnya anak berumur 7 tahun sudah mengetahui kerasnya dunia.

"Kakak pergi dulu ya? Jadilah anak baik dan menurut pada Kak Shinoa. Mengerti?"

"Ya, kalau kau tidak menurut aku akan mengirimmu ke rumah kakek di pinggir jalan."

Miiko menggeleng keras dan memukul Shinoa. Sedangkan gadis itu hanya tertawa.

~oooooo~


Readers POV


Ah akhirnya aku sampai.

Omong-omong Osaka cukup padat.

Aku memang sudah mengantisipasinya.

Tapi tak kusangka akan benar-benar sepadat ini.

Bahkan hanya untuk memegang pegangan dikereta saja aku kesusahan.

Akhirnya beberapa saat kemudian, akhirnya aku terbebas dari neraka dunia ini.

Aku memutuskan untuk naik taksi dari stasiun menuju rumah Bibi. Sialnya sang sopir sepertinya tahu kalau aku pendatang baru, jadi dia sengaja mengambil rute yang panjang. Aku ingin protes. Tapi takut-takut kalau malah diturunkan di tengah jalan.

Sekitar sejam kemudian akhirnya aku sampai. Dan untuk ongkos taksinya....tidak usah dibahas lagi. Dasar sopir jahanam. Lihat saja, aku tidak akan tertipu untuk kedua kalinya.

Atermoiements || Guren IchinoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang