"Ce"
"Hm"
"Ce"
"What?!"
"Noleh napa sih."
"Apa?"
Devan daritadi frustasi, padahal disaat seperti ini harusnya tuh dia disemangatin gitu abis tanding sama sekolah lain capek juga. Apalagi kali ini, skor sementara PB menang untuk futsalnya.
"CK! Mending cari cewek sekolah lain njir." celetuknya tapi ternyata nggak mempan.
"Gue pergi nih." Devan beranjak dari duduknya lalu berdiri tapi tetap diam di tempat.
"Beneran pergi nih." Mengambil langkah mundur dan--
BUKK
"ANJENGGG PANTAT GUE !!!!!"
"CE! BANTUIN NJIR!!!"
Cece hanya melengos panjang, heran juga kenapa pemuda itu banyak tingkah sekali. Nggak bisa gitu ya nggak bikin malu sehari aja? "Jatuh sendiri bangun sendiri. Dah gue mau cari cowok sekolah lain aja, siapa tahu ada yang ganteng" katanya lalu beranjak tanpa mempedulikan Devan yang terduduk karena tersandung kakinya sendiri tadi.
"HEH! NGGAK BOLEH YA LIRIK LIRIK YANG LAIN CE!!" teriak Devan langsung berdiri tapi ujungnya malah tersandung lagi dan sekarang tersungkur ke depan.
"HUAAAAA CECE INI SAKIT BENERANNN!!"
Kali ini Cece berbalik, merasa lelah sendiri. "Kenapa sih banyak tingkah banget. Tuh mukanya jelek banget abis nyungkur." katanya membantu Devan duduk. "Otak Lo aman kan? Bisa bahaya nih kalau otaknya kepental lagi."
"Issssh, gak usah pegang-pegang" Devan merajuk, bibirnya maju cemberut dan memalingkan mukanya.
"Apaan sihhh! Gak usah drama deh. Sini dibersihin dulu mukanya."
"Ciumm----IYA IYA ENGGAK IH YATUHAN CEEEEEE!!!
"ELO TUH EMANG MINTA GUE ANIYAYA YA PANNN!! UDAH SANA URUS DIRI LO SENDIRI!!!"
"NGGAK! NGGAK! GUE BERCANDA SUMPAH!!"
"BERCANDA NYA LIAT TEMPAT ASU!!"
"YA KALAU DIKASIH BENERAN KAN SIAPA YANG TAHU!!!"
"NIHH GUE CIUM PAKEK SEPATU GUE AJA!!"
"Kebiasaan, urusan rumah tangga diumbar ke publik ya gini."
Baik Cece atau Devan sontak menoleh mendengar perkataan Yuta yang datang mendekat.
"Dahlah, itu mending kawin aja besok."
"Matamu."
"Gue mau cabut. Yut, urus noh temen Lo!!" kata Cece berdiri membenarkan celana olahraganya lalu pergi melenggang begitu saja.
"He, tungguin Ce !!" Belum sempat Devan pergi mengejar Cece, kerah seragam futsalnya sudah ditarik dari belakang oleh Yuta.
"Elo, dipanggil Pak Win disuruh ke samping lapangan futsal"
"Lah? Katanya tadi gue cuma buat gantiin si Kevin!" kata Devan memprotes pada Yuta.
"Ya gak tau anjir! Itu sana cepet Lo dipanggil!" Yuta melepaskan tarikan pada kerah seragam futsal Devan lalu mendorongnya kecil.
"Lah elo mau kemana?"
"Cari anak-anak lain lah, mau pada kumpul." Yuta melenggang pergi begitu saja meninggalkan Devan yang misuh-misuh disuruh ke samping lapangan futsal.
KAMU SEDANG MEMBACA
District 9 : Highschool
FanfictionTerkadang karena kita berbeda akhirnya kita mulai menyesuaikan diri dan melebur menjadi satu. Bukan hanya sebagai teman tetapi sudah sebagai keluarga. Dari bossgengnya sekolah, artis utama sekolah, kapten basket, cowok ganteng yang dikenal hingga k...