◇◇◇◇
Kubuka semua blokir atas akun media sosial dia. Aku tersadar bahwa aku kekanak-kanakan. Ngambek lantas hilang begitu saja. Menghindarinya. Berupaya menolak kenyataan bahwa dia pernah menjadi orang yang berharga buatku.
Aku tidak lagi menghindari jalan yang akan membuatku berpapasan dengannya. Seringkali kulihat dia melewatiku begitu saja. Awal-awal sakit, merasa tidak penting, bahkan langsung dilupakan. Namun semakin ke sini, aku terbiasa. Bahkan kadang-kadang aku menyapa terlebih dahulu meski dia pura-pura tidak menyadari kehadiranku.
"Hai." Dia mempercepat kendaraannya seolah-olah aku ini sesuatu yang berbahaya dan segera dihindari.
"Kamu benar. Aku jadi lebih tenang sekarang."
Kuungkapkan perkembanganku pada temanku. Dia ikut senang akan hal itu.
Melewati minggu-minggu, aku tidak pernah menyinggung mantan maupun kenangan manis. Sebenarnya kenangannya masih, hanya saja kujadikan itu sebagai cerita baik. Sedangkan kenangan buruknya, kujadikan landasan memacu diri menjadi lebih baik.
Hah. Aneh sekali ya. Aku berubah secepat itu. Padahal tadinya saja bisa sebenci pada mantan. Menghindari mantan. Bahkan ikut-ikut mengatai bahwa mantan adalah makhluk terburuk. Sampai aku lupa kalau bagi dia, akupun mantan, makhluk terburuk.
"Tadinya aku pengen ngajak balikan. Tapi kayaknya tidak bisa."
Aku sudah memperkirakan ini. Jadi aku tidak terkejut dan justru tersenyum. Senyum paling lega.
Aku lega kita bisa mengakhiri dengan duduk bersama dan berbicara santai. Meskipun aku lebih banyak menyinggungnya.
"Jangan khawatir. Aku tidak benci padamu lagi."
"Sebenarnya aku juga."
"Kalau begitu kamu bisa menemukan yang lebih baik, bukan?"
"Aku juga sudah belajar dari melihatmu setelah kita putus. Sungguh aku takjub padamu. Membuatku berpikir bahwa aku salah menilaimu."
Karena terdapat teman yang tepat untuk diajak berbicara. Dia pasti tidak menyangka pernyataannya bakal membantuku sejauh ini. Setelah ini kuharap bisa mengajak makan mi lagi.
Dia pergi sembari melambaikan tangan. Sekarang dia tidak menyesal telah membuang uang demi menjajakanku, yang pada akhirnya menolak ajakan balik padahal belum bilang.
Ketika melangkah pulang. Hatiku lebih lega. Ringan dan tidak terbebani ganjalan berat. Melihatnya pergi dan mengucapkan terima kasih.
Cerita kami usai. Kalaupun kami bertemu lagi, akan menjadi cerita lain. tidak membawa sesal maupun dendam lama. Langkah pasti, keyakinan baru yang akan mengiringi kelanjutan kami.Yah. Melupakan mantan itu memang berat, dan yang paling memungkinkan kau lakukan adalah menyelesaikannya.
Bagaimanapun bukan hanya aku yang merasa cerita kami selesai. Diapun juga.
Perasaan ini bukan hanya milikku seorang.
--- ♡♡♡ ---
Catatan Penulis
Hei hei...
Buat yang sudah membaca cerpen ini dan kebetulan juga sedang berjuang move on.Penulis harap cerita ini bisa menjadi pandangan buat kalian bertindak berikutnya.
Move on itu bisa dilakukan kalau kalian sudah menyelesaikan perasaan kalian pada si dia.
Dan jangan membenci mantan ya. Bahwasanya membenci hanya merusak diri kita. Kalaupun mantan kalian ngeselin dan toxic, lebih baik diingat agar menjadi pelajaran dan di waktu berikutnya kalian bisa menghadapinya.Love 💗💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Usai
Short Story{Cerpen} ♤ Selesai ♤ Bertemu kembali dengan mantan, mengingatkanku pada upaya menyelesaikan perasaan padanya. Disela percapakapan kami, aku mengenang yang telah berlalu semenjak putus.