Part Three -- His First Day

255 53 10
                                    

Mata Yan Haoxiang terbuka perlahan. Berkas cahaya matahari yang masuk dari sela tirai menarik kesadarannya dari alam mimpi dengan paksa. Butuh beberapa detik untuknya bisa menyadari bahwa ada bantal empuk dan selimut berbulu hangat yang menyelimuti tubuhnya. Jendelanya pun tinggi menjulang dengan kaca yang jernih memantulkan kilau, bukan hanya lubang ventilasi kecil untuk sekedar membiarkan bayang cahaya masuk.

Lantas butuh hampir dua menit lamanya untuk Haoxiang kemudian terkekeh kecil kala mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Pantas semuanya terasa berbeda dan sangat asing. Ini bukan lagi ruangan sempit yang dihuninya di penampungan bersama puluhan barang lelang lain, melainkan kamar barunya. Milik tuannya.

Sedang asyik-asyiknya meneliti suasana sekitar, Haoxiang dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka.

"Haoxiang? Sudah bangun?"

Pangeran He masuk dengan nampan berisi sepiring rotis dan segelas susu di tangan. Sebuah senyum tipis diberikan kepada Haoxiang yang masih terduduk diam di atas ranjang. Matanya mengikuti gerak-gerik Junlin yang terlihat sangat indah di matanya.

"—xiang."

"Haoxiang?"

Si hybrid terlonjak kecil mendapati Junlin menatapnya khawatir. "Ada yang salah?"

Haoxiang menggeleng cepat, kemudian turun dan menghampiri tuannya. "Tidak, tuan."

"Tidak usah memanggilku begitu, hanya Junlin saja cukup," ujar pangeran, "ayo sarapan."

Haoxiang menuruti perintah Junlin dan mengambil posisi duduk di lantai, dekat dengan kakinya. Melihat itu Junlin dengan cekatan menarik Haoxiang kembali berdiri. Mengira ada yang salah dengan perilakunya, Haoxiang menunduk dalam, siap untuk dimarahi.

"Haoxiang, tatap aku," mata Junlin hangat saat bertemu pandang dengannya, "dengarkan aku baik-baik. Aku membayar mahal bukan untuk memperbudak apalagi menjadikanmu peliharaan. Tujuannku membawamu pulang adalah untuk memberi kebebasan dan ingin kau hidup bersamaku."

Junlin melanjutkan kata-katanya sembari mengelus pipi Haoxiang lembut. "Jadi, jangan pernah bertingkah seakan kau lebih rendah dariku atau orang lain di istana ini. Mengerti?"

Sedang yang menjadi lawan bicara tertegun. Ada rasa ingin menangis yang membuncah dari dalam dada mendengar setiap kata yang terlontar dengan tulus dari Junlin. Ini hari pertamanya, tapi ia sudah diperlakukan sebaik ini. Haoxiang merasa tidak pantas.

"Yan Haoxiang, aku butuh jawaban secara verbal."

"Aku mengerti, tu—Junlin," jawabnya cepat yang disambut senyuman manis dari Junlin.

"Bagus, sekarang ayo makan. Setelah ini aku akan memperkenalkanmu dengan yang lain."

Mereka lalu larut dalam hening yang membungkus. Haoxiang pelan mengunyah makanannya. Ia tidak tahu bahwa sekedar roti lapis dan susu bisa seenak ini. Dewi Fortuna benar-benar tengah berpihak padanya.

Sedangkan Junlin menopang dagu di meja menatapnya dalam-dalam. Ia sedang mengingat-ingat bagaimana Jiaqi dulu memperkenalkan Chengxin kepada mereka. Semoga untuk hari ini, mulut Yaowen dapat tertutup rapat atau Junlin siap melemparnya ke danau lewat atap istana.

***

Usai sarapan dan membantu Haoxiang berganti pakaian, Junlin kini menuntunnya menuju ruang tengah istana. Sesuai janjinya, ia akan memperkenalkan Haoxiang secara resmi kepada seluruh isi istana, dimulai dengan keluarga inti.

"Kak Zhen?"

Selain Jiaqi, Yaowen, Chengxin, dan Yaxuan, ada sosok lain yang dikenal Junlin. Zhang Zhenyuan, sepupunya terlihat tengah bergurau dengan Yaowen.

"Oh, Junlin. Aku merindukanmu."

Sedetik kemudian Junlin mendapati dirinya di rengkuh erat oleh Zhenyuan. Memutar mata malas, ia menepuk bahu sepupunya beberapa kali. "Sayangnya aku biasa saja. Untuk apa kemari?"

"Dingin sekali." Zhen melepas pelukannya dengan cemberut. "Aku penasaran dengan desas-desus yang kudengar di luar, jadi kuputuskan untuk datang dan melihat langsung."

Junlin mengabaikan Zhen dan menarik Haoxiang untuk duduk di sofa yang masih kosong. Berhadapan dengan Jiaqi- Chengxin-Zhenyuan, bersisihan dengan sofa yang diduduki Yaowen-Yaxuan.

Pandangan Junlin bertemu dengan tatapan Jiaqi yang keras. Kakaknya terlihat sangat ingin berkata, namun Chengxin mengurungkannya. Jiaqi lantas mengangguk mempersilahkan.

He berdeham kecil sebelum membuka pembicaraan. "Jadi seperti yang kalian dengar dan ketahui, aku kemarin melanggar larangan dari Kak Jiaqi dan datang ke pelelangan di sudut kota. Bukan hanya datang, aku juga ikut dalam lelang dan membawa pulangnya."

Junlin menggenggam jemari Haoxiang yang menunduk. "Perkenalkan dirimu."

Anggota baru istana itu menarik napas panjang sebelum berdiri dari duduknya, lalu membungkuk sembilan puluh derajat. Kala tubuhnya kembali tegak, ada kepercayaan diri yang terpancar dari rautnya.

"Yan Haoxiang, cat hybrid dengan DNA terbaik dikalangannya," tutur Haoxiang persis seperti yang pemandu lelang serukan di pelelangan kemarin hari, "terimakasih atas kemurahan hati tuan-tuan semua yang telah bersedia mengizinkan saya tinggal."

Lantas hening beberapa saat. Agaknya seluruh kepala tengah memproses informasi yang baru di dapat. Sampai Yaowen dengan tepuk tangan kerasnya memecah kebisuan. Si bungsu mendekati Haoxiang untuk mencercanya dengan pertanyaan.

"Apa kau punya ekor?"

"Kupingmu kenapa terlihat normal?"

"Kau bisa mengeong?"

Dari sudut mata, Junlin bisa melihat bagaimana Yaxuan mengurut jidatnya lelah. Kasian anak itu, statusnya sebagai calon pendamping Yaowen mengharuskannya untuk terbiasa dengan sifat bocah yang dimilikinya.

"Yaowen, bertanyalah satu-satu. Kasian Haoxiang bingung menjawabnya."

Kemudian Chengxin ikut mendekati Haoxiang, menarik mundur Yaowen, dan memberikan pelukan singkat sebagai salam perkenalan. "Kau bisa memanggilku Kak Chengxin. Bocah itu Yaowen, Yaxuan, Kak Jiaqi, dan Kak Zhenyuan."

Chengxin menyebutkan nama mereka satu-persatu. Haoxiang terlihat fokus mengingat nama dan wajah dari orang-orang yang Junlin sebut keluarga itu.

"Selamat datang dan semoga hari-harimu menyenangkan," tutup Chengxin dengan senyuman lebar.

Junlin menghembuskan napas luar biasa lega. Tidak ada yang salah dari perkenalan ini. Semua berjalan sesuai ekspektasinya. Walaupun ia masih bisa merasakan tatapan tajam Jiaqi, setidaknya sang Putra Mahkota tidak menunjukkan tanda-tanda keberatan akan kehadiran Haoxiang. Itu merupakan awal yang baik.

TBC

Thank you buat yang udah baca sampe sejauh ini 😭🙏 doain semoga konsisten update sampai tamat 😭🙏 jangan lupa vote and share ya..

Have a nice day/night~

He and His Yan (XiangLin TNT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang